Gejolak Muda Pada Masa Perang

Sabtu, 02 Mei 2015 - 09:52 WIB
Gejolak Muda Pada Masa...
Gejolak Muda Pada Masa Perang
A A A
FILM ini diangkat dari memoar karya Vera Brittain, seorang gadis yang melewati masa remajanya dalam Perang Dunia I. Adaptasinya dibuat dalam bentuk film yang indah.

Lahir dari keluarga berada di Inggris, Vera (Alicia Vikander) tumbuh sebagai gadis yang tidak biasa. Pada usia remaja dia sudah bermimpi menjadi seorang penulis, sesuatu yang tidak lazim dalam lingkungan keluarganya. Tak heran, meski sangat dekat dengan adik satusatunya, Edward (Taron Egerton), dan sahabatnya Victor (Colin Morgan), dia tak pernah memperlihatkan puisi-puisi buatannya kepada mereka.

Justru kepada Roland (Kit Harrington), teman yang ditaksirnyalah, dia berani menunjukkannya. Roland, yang juga ingin menjadi penulis tapi merasa tak punya bakat, langsung kagum pada karya-karya Vera. Ketertarikan yang sama membuat keduanya langsung akrab. Vera pun menyimpan rasa kepada Roland, begitu juga sebaliknya. Hidup keempatnya pun baik-baik saja, penuh keceriaan khas anak muda.

Apalagi, Vera berhasil masuk ke Universitas Somerville Collage, Oxford, demi mewujudkan mimpinya untuk hidup sebagai penulis. Saat dia merasa hidupnya sudah begitu sempurna, perang datang dan negara membutuhkan tenaga anak-anak muda untuk menjadi tentara di medan perang. Roland jadi yang pertama mengajukan diri sebagai tentara, menyusul Victor dan Edward.

Melihat ketiga orang yang dicintainya terjun dalam perang, hidup Vera tak tenang. Dia lalu melupakan mimpi sebagai penulis lantas terjun menjadi perawat sukarela. Tak hanya merawat tentara Inggris, dia bahkan ikut merawat tentara Jerman yang menjadi musuh Inggris. Sutradara James Kent membuat Testament of Youthmenjadi sebuah film yang enak dinikmati.

Visualnya tak hanya indah, tapi juga mampu berbicara lebih. Utamanya tentang perasaan-perasaan terdalam Vera sebagai tokoh utamanya. Kent kerap menggambarkan imajinasi dan harapan Vera dalam bahasa visual yang kuat, membantu penonton memahami karakter Vera yang romantis. Lihatlah bagaimana di usianya yang beranjak remaja dan tengah jatuh cinta khayalannya tentang romantisme dan persentuhan fisik menguasai pikirannya.

Begitu juga dengan harapan besarnya agar Edward bisa segera pulang dari medan perang. Tak hanya visual tersebut digambarkan dengan kuat, tapi juga disajikan dengan indah. Belum lagi penulis skenario Juliette Towhidi cukup mampu menyeimbangkan antara perkembangan karakter Vera dan situasi atau peristiwa perang yang melingkupinya.

Kepedihan perang cukup tergambar dari pengalamanpengalaman Vera, Edward, Roland, dan Victor. Meski fokusnya tetap pada kehidupan Vera, Towhidi cukup berhasil menggambarkan sejarah kekelaman perang saat itu. Yang juga menjadikan film ini kuat adalah akting Alicia Vikander yang sangat kuat.

Penonton bisa melihat kecerdasan dan keteguhan hati Vera lewat mata dan ekspresi wajahnya. Bahkan, walau film ini tak terlalu memiliki banyak konflik dan cenderung berjalan dengan tempo lambat, tak sedikit pun membuat Testament of Youth sebagai film yang membosankan. Penyebabnya adalah melihat akting Vikander sendiri adalah sebuah hiburan yang menyenangkan.

Sebagai sebuah film berlatar perang, Testament of Youthmemang tak sekuat English Patient atau Brothers, tapi jelas ini adalah film yang menyenangkan dan akan menghibur mata penonton.

Herita endriana
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0290 seconds (0.1#10.140)