Kho Ping Hoo, Suling Emas Jilid 17 Bagian 12

Sabtu, 11 November 2017 - 06:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo, Suling Emas Jilid 17 Bagian 12
Suling Emas, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Suling Emas

Kim-mo Taisu melangkah menghampiri meja dengan sikap masih tenang, mata tiada lepas dari gerakan raja pengemis itu, kemudian ia menarik bangku dan duduk. "Terima kasih, Kai-ong." Kembali Pouw-kai-ong menuangkan arak ke dalam mangkok sampai penuh. Mangkok itu, ia letakkan di atas telapak tangan kanannya dan ia mengerahkan hawa sin-kang di tubuhnya, disalurkan melalui tangan kanan terus menjalar ke mangkok arak. Sebentar saja arak di dalam mangkok itu bergolak mendidih dan beruap! Inilah hawa sin-kang yang bukan main tingginya!

"Silakan minum, Kim-mo Taisu!" katanya tersenyum sinis seraya menyodorkan mangkok arak mendidih itu kepada tamunya.

Kim-mo Taisu menjadi kaget, kagum dan juga mendongkol. Harus ia akui bahwa demonstrasi hawa sin-kang yang diperlihatkan raja pengemis itu memang hebat dan hanya orang dengan kepandaian tinggi saja yang akan mampu melakukannya. Akan tetapi, orang lain boleh merasa jerih, baginya demonstarasi itu hanyalah permainan untuk menakuti anak kecil! Sambil tersenyum pula ia mengulur tangan menerima mangkok arak mendidih itu sambil mengerahkan sin-kangnya.

Aneh tapi nyata. Begitu mangkok arak mendidih itu berada di telapak tangan Kim-mo Taisu, mendadak uapnya hilang dan arak itu tidak bergolak mendidih lagi!

"Terima kasih, sayang arakmu dingin." Kata Kim-mo Taisu sambil menuangkan arak ke mulutnya, tetapi arak itu tidak mau keluar dari mangkok karena ternyata telah membeku! Inilah demonstrasi yang lebih hebat lagi, menggunakan sifat dingin dari tenaga sin-kang yang sudah mencapai tingkat tinggi. Sambil tersenyum lebar Kim-mo Taisu meletakkan mangkok itu ke atas meja dan memandang tuan rumah.

Agak berubah air muka yang pucat dari raja pengemis itu. Telah dua kali ia menguji dan mendapat kenyataan bahwa kepandaian tamunya benar-benar hebat, maka ia harus berlaku hati-hati sekali. "Kim-mo Taisu, keperluan apakah yang membawamu datang mencari aku?"

Kim-mo Taisu menyambar mangkok arak dan meneguknya habis, lalu mengangguk-angguk dan menjilati bibirnya. "Arak baik, arak baik...!"

Pouw-kai-ong tertawa. "Ha-ha-ha, kiranya kau setan arak. Minumlah!" Ia melemparkan seguci arak ke arah Kim-mo Taisu. Lemparan ini kuat bukan main karena disertai tenaga lwee-kang, sedangkan jarak antara mereka dekat saja, hanya terpisah sebuah meja. Namun dengan enaknya Kim-mo Taisu menerima guci arak itu dan terus menggelogoknya langsung tanpa cawan atau mangkok lagi. Setelah lima enam mangkok arak memasuki perutnya, baru ia berhenti dan meletakkan guci arak di atas meja.

"Pouw-kai-ong, kebetulan sekali aku berkenalan dengan Liong-kauwsu (Guru Silat Liong) di Sin-yang dan karena tidak tahan mendengar tangis seorang ayah kehilangan puterinya, maka aku datang kesini mencarimu."

"Aaahhhh....!" Wanita cantik baju biru yang sejak tadi duduk tenang menonton pertunjukan ilmu yang hebat itu, kini berseru tertahan, wajahnya berubah pucat. Akan tetapi Pouw Kee Lui tertawa mengejek. "Kim-mo Taisu, setelah sekarang kau dapat bertemu denganku, apa yang kau kehendaki?"

"Orang she Pouw, kau telah menculik puteri Liong-kauwsu. Sekarang harap kau memandang mukaku dan mengembalikan puterinya itu, kalau tidak... ha-ha-ha, terpaksa aku lupa bahwa aku telah kau suguhi arak yang baik!" Pouw Kee Lui juga tertawa. "Heh-heh-heh, aku pun menyuguhi arak padamu sama sekali bukan dengan maksud menyuap." Ia lalu bangkit berdiri dan memperkenalkan wanita yang duduk disebelahnya. "Kim-mo Taisu, perkenalkan, inilah isteriku yang bernama Liong Bi Loan, puteri Liong-kauwsu dari Sin-yang!"

"Is..... terimu.....?" Kim-mo Taisu terkejut dan heran. "Moi-moi kekasihku, kaukatakanlah kepada Kim-mo Taisu, benarkah bahwa aku menculikmu?"

Dengan muka berubah menjadi merah sekali karena jengah, wanita itu memandang Kim-mo Taisu dan berkata, "Aku pergi mengikutinya dengan sukarela, urusan kami berdua ini apa sangkut pautnya dengan orang luar?"

Kim-mo Taisu memandang terbelalak kepada wanita itu. Sungguh tak pernah disangkanya sama sekali bahwa ia akan menghadapi hal seperti ini, tak mengira bahwa urusan akan menjadi begini. Kalau ia tahu sebelumnya, tentu saja ia tidak sudi ikut mencampuri. Dapat ia menduga bahwa wanita ini telah terpikat oleh Pouw-kai-ong, telah jatuh cinta atau juga karena takut. Akan tetapi wajah yang cantik itu sama sekali tidak membayangkan rasa takut, jadi terang bahwa wanita ini telah jatuh cinta kepada Si Raja Pengemis! Tentu saja Kim-mo Taisu tidak tahu apa yang telah terjadi, tidak tahu bahwa sesungguhnya bukan karena takut atau cinta, melainkan karena sudah terlanjur terjun ke dalam lumpur kehinaan maka wanita itu terpaksa mengikuti Pouw Kee Lui! (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.1273 seconds (0.1#10.140)