Kho Ping Hoo, Suling Emas Jilid 10 Bagian 12

Kamis, 17 Agustus 2017 - 06:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo, Suling...
Suling Emas, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Suling Emas

Ketika secara singkat Kam Si Ek menceritakan bahwa perwira she Phang yang diutus memanggilnya ke benteng itu telah bersekongkol dengan pasukan Kerajaan Liang untuk menawannya, Gubernur Li menjadi marah sekali.

"Keparat itu berani melakukan kejahatan seperti itu?" Gubernur Li menggebrak meja, memanggil seorang panglima dan memerintahnya segera berangkat membawa pasukan dan surat perintahnya untuk menangkap Phang-ciangkun dan menjatuhi hukuman mati! Setelah itu ia menjamu kedua orang tamu agung ini dengan arak dan hidangan lezat, berkali-kali ia memberi selamat atas pembebasan Kam-goanswe daripada bahaya. Kemudian, setelah mereka kenyang makan minum dan mengusir para pelayan, Gubernur Li Ko Yung berkata.

"Goanswe, saya ingin sekali bicara empat mata denganmu, untuk merundingkan urusan negara dalam keadaan kacau-balau seperti sekarang ini." Berkata demikian, ia melirik ke arah Liu Lu Sian. Gadis ini tentu saja maklum bahwa dia merupakan "orang luar" apalagi dia adalah puteri Guru Negara Nan-cao, maka tentu saja ia tidak berhak mendengar. Namun dasar ia berwatak nakal dan kukwai (aneh), ia pura-pura tidak tahu dan enak-enak duduk minum arak wangi! Kam Si Ek merasa tidak enak sekali. Mengusir Liu Lu Sian pergi, tentu saja tidak enak baginya, mendiamkannya saja kekasihnya berada di situ, juga tidak enak terhadap Gubernur Li. Maka dengan memberanikan hati ia lalu berkata sambil bangkit berdiri dan menjura kepada gubernur itu.

"Li-taijin, harap maafkan. Sebelum kita meningkat kepada percakapan urusan negara yang penting, baiklah lebih dulu saya menyatakan terus terang bahwa Nona Liu ini bukanlah orang luar. Dia adalah... adalah... calon isteri saya, yaitu... eh..., kalau saja Taijin sudi melepas budi kebaikan kepada kami berdua untuk menjadi orang perantara dan mengajukan pinangan kepada Beng-kauwcu di Nan-cao." Setelah berkata demikian, dengan muka merah ia duduk kembali. Liu Lu Sian tersenyum di dalam hati, akan tetapi ia diam saja pura-pura tunduk karena malu.

Sejenak gubernur ini tercengang, kemudian ia tertawa bergelak-gelak saking girangnya. Tidak ada kesempatan sebaik ini! Cocok benar dengan cita-cita hatinya. Mengikat hubungan baik dengan Nan-cao! Melepas budi kepada Jenderal Kam! Maka ada kesempatan yang lebih bagus daripada ini demi terlaksananya cita-citanya?

"Ha-ha-ha! Bagus..., bagus sekali! Kionghi, kionghi (selamat,selamat)! Memang sudah tiba waktunya Kam-goanswe memilih teman hidup dan Nona Liu yang cantik jelita puteri Beng-kauwcu benar-benar merupakan pasangan yang amat cocok dengan Kam-goanswe. Sekali lagi kionghi dan tentu saja dengan segala senang hati saya suka menjadi perantara!"

Gubernur Li mengangkat cawan memberi selamat dan dua orang muda itu cepat menghaturkan terima kasih. Setelah itu, Gubernur Li Ko Yung berkata dengan suara bersungguh-sungguh.

"Ji-wi (kalian) tentu maklum bahwa bekas Gubernur Cu Bun yang sekarang mengangkat diri sendiri menjadi Raja Dinasti Liang adalah seorang pengkhianat, maka tidak mengherankan pula ia berusaha menculik Kam-goanswe. Memang dahulu kami bekerja sama dalam usaha menggulingkan Raja Tang yang pada waktu itu merupakan raja lalim. Akan tetapi sama sekali bukan menjadi rencana kami untuk mengangkar diri sendiri menjadi raja, melainkan hanya bermaksud menggulingkan raja lalim dan mencari pengganti yang tepat.

Siapa kira Cu Bun berkhianat dan mendirikan dinasti baru yang sekarang ini. Maka tidak mengherankan apabila mereka yang tadinya membantu dalam perjuangan, kini memisahkan diri dan terbentuklah kerajaan-kerajaan kecil. Sekarang, bagaimana dengan daerah kita yang meliputi Propinsi Shan-si? Tentu saja kita tidak akan tunduk kepada Kerajaan Liang atau kerajaan kecil yang manapun juga. Bagaimana pendapat Kam-goanswe?"

Kam Si Ek mengangguk-angguk, lalu berkata, "Saya setuju dengan pendapat Taijin. Demi kesetiaan leluhur kita yang berjuang untuk negara dan rakyat, saya sendiri tidak akan mudah memilih junjungan, karena sekali kita salah pilih mengabdi kepada raja lalim berarti kita pun membantu kelalimannya."

"Betul sekali ucapan Kam-goanswe! Kita berjuang di bidang yang lain, saya di bidang sipil, Goanswe di bidang muliter, namun pendapat dan tujuan kita cocok! Kita boleh menanti dan memilih secara hati-hati, sementara itu, sebelum muncul seorang pemimpin yang betul-betul cocok, kita tidak bisa membiarkan daerah Shan-si yang menjadi tanggung jawab kita ini dicaplok oleh raja kecil palsu yang manapun juga. Bukankah begitu, Kam-goanswe?" (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.2926 seconds (0.1#10.140)