Kho Ping Hoo, Suling Emas Jilid 6 Bagian 8

Senin, 10 Juli 2017 - 06:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo, Suling Emas Jilid 6 Bagian 8
Suling Emas, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping, Suling Emas

"Ha-ha-ha-ha, kau sungguh tak memandang mata kepadaku, Kim-mo-eng! Apa kaukira dapat mempermainkan aku hanya dengan sepotong ranting saja seperti yang kaulakukan kepada Lu Sian?"

"Kau tahu bahwa aku tidak memiliki senjata pedang, Pat-jiu Sin-ong." Jawab Kwee Seng dengan sikap tenang, akan tetapi diam-diam ia senang juga karena ternyata Ketua Beng-kauw ini biarpun wataknya aneh dan kadang-kadang kejam ganas, namun masih memiliki kegagahan seorang tokoh besar sehingga tadi menarik kembali pedangnya karena senjata lawan yang tak berimbang kekuatannya itu patah.

"Lu Sian, kaupinjamkan pedangmu kepadanya, biar dia mencoba membuktikan omongannya bahwa Pat-sian-kun dapat mengalahkan Pat-mo-kun kita."

Lu Sian mengeluarkan suara ketawa mengejek mencabut pedangnya dan melontarkannya ke arah Kwee Seng. Jangan dipandang ringan lontaran ini, karena pedang itu bagaikan anak panah terlepas dari busurnya terbang ke arah Kwee Seng. Ahli silat biasa saja tentu akan "termakan" oleh pedang terbang ini. Akan tetapi dengan tenang Kwee Seng mengulur tangan dan tahu-tahu ia telah menangkap pedang itu dari samping tepat pada gagangnya.

"Ha-ha-ha, sekarang kau sudah bersenjata pedang. Kalau kalah jangan mencari alasan lain. Awas, sambut ini jurus ke tujuh Pat-mo-kun!" kata Pat-jiu Sin-ong sambil menggerakkan pedangnya membabat ke arah iga kiri Kwee Seng dilanjutkan dengan putaran pedang membalik ke atas menusuk mata kanan.

Diam-diam Kwee Seng mendongkol. Terang bahwa Ketua Beng-kauw ini sengaja mengejek dan memandang rendah kepadanya sehingga setiap menyerang menyebut urutan nomor jurus Pat-mo-kun. Kalau ia tidak memperhatikan kelihaiannya, kakek yang sombong ini akan menjadi semakin sombong, pikirnya. Maka ia cepat memutar pedang pinjamannya itu, pedang yang amat ringan dan enak di pakai.

Tahu bahwa pedang Toa-hong-kiam ini merupakan pedang pusaka yang ampuh juga, hatinya besar dan cepat ia mainkan Pat-sian Kiam-sut dengan pengerahan tenaga sin-kangnya. Dua kali serangan lawan dapat ia tangkis dengan meminjam tenaga lawan kemudian pedangnya terpental seperti terlepas dari tangannya, padahal sebetulnya terpentalnya pedang itu terkendali sepenuhnya oleh tenaga sin-kangnya, maka dapat ia atur sehingga pedang itu terpental dengan ujungnya mengarah tenggorokan lawan yang sama sekali tidak menyangkanya.

Pat-jiu Sin-ong diam-diam kaget juga,karena ia tiidak mengira bahwa serangan pertamanya itu seakan-akan malah dijadikan batu loncatan oleh Kwee Seng sehingga bukan merupakan serangan lagi melainkan merupakan tenaga bantuan bagi lawan untuk balas menyerang dengan tenaga sedikit namun dapat mematikan!

Ketika Pat-jiu Sin-ong menarik kembali pedangnya dan menangkis sambil menggetarkan pedangnya untuk membuka kesempatan serangan balasan, kembali pedang Kwee Seng yang tertangkis itu terpental dan langsung membabat leher! Kaget sekali hati Pat-jiu Sin-ong. Bukan kaget menghadapi serangan ini baginya mudah saja menghindari diri daripada babatan.

Akan tetapi yang mengejutkan hatinya adalah menyaksikan perubahan jurus-jurus Ilmu Silat Pat-sian-kun ini. Ia mengenal bahwa semua gerakan Kwee Seng adalah benar-benar Pat-sian-kun dimainkan seperti ini sehingga menjadi ilmu silat yang lihai sekali dan benar-benar ia melihat bahwa kalau ia melanjutkan serangan-serangan dengan Pat-mo-kun, ia selalu akan terserang oleh Kwee Seng karena setiap kali ia menangkis dengan jurus Pat-mo-kun, pedang di tangan Kwee Seng yang tertangkis itu terpental dan langsung menjadi jurus lain yang melanjutkan serangan!

Pat-jiu Sin-ong mengeluarkan seruan keras, lengking suaranya hebat sekali, seakan-akan menggetarkan bumi yang berada dibawah kaki, gemanya sampai panjang susul-menyusul di kanan kiri puncak. Kwee Seng cepat mengerahkan sin-kangnya karena jantungnya berguncang mendengar lengking tinggi ini. Diam-diam ia makin kagum. Kakek ini bukan main hebatnya, dan lengking tadi tak salah lagi tentulah Ilmu Coan-im-I-hun-to (Ilmu Kirim Suara Pengaruhi Semangat Lawan) yang terkenal sekali dari Ketua Beng-kauw. Kalau saja sin-kangnya tidak sudah amat kuat, tentu ia akan menjadi setengah lumpuh mendengar seruan ini, bahkan ia percaya mereka yang tidak memiliki ilmu tinggi, mendengar lengking ini bisa jantungnya dan tewas seketika!

Ia dapat melindungi jantung dan perasaannya daripada pengaruh lengking tadi, sedangkan permainan pedangnya tetap tenang dan selalu menggunakan kesempatan melanjutkan serangan-serangan yang terus ia dasarkan pada Ilmu Silat Pat-sian-kun. Betapapun juga, Kwee Seng adalah seorang satria perkasa, sekali berjanji hendak menggunakan Pat-sian-kun, ia akan terus menggunakan ini, biar andaikata ia terancam bahaya maut sekalipun! (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0406 seconds (0.1#10.140)