Kenali Gejala dan Terapi bagi Anak dengan Kelainan Jantung Bawaan
Jum'at, 10 Maret 2023 - 14:14 WIB
JAKARTA - Menurut data Kementerian Kesehatan, penyakit jantung bawaan merupakan penyebab kematian tersering dari seluruh kelainan bawaan. Kasusnya terjadi pada 8 dari 1.000 kelahiran hidup.
Angka kematian terjadi dalam 6 bulan pertama kehidupan anak, dan 80% kematian terjadi pada usia 1 tahun. Penanganan penyakit jantung bawaan dapat dilakukan dengan terapi non operatif hingga terapi operatif, bergantung pada tingkat keparahannya.
Penyakit jantung bawaan (PJB) atau congenital heart diseases merupakan kelainan pada struktur dan fungsi jantung yang sudah ada sejak lahir. Kondisi ini dapat mengancam jiwa, karena mengganggu aliran darah dari dan menuju ke jantung.
Pakar Jantung Anak Prof. Dr. dr. Najib Advani, Sp.A (K) MMed. (Paed.) mengatakan, kelainan jantung bawaan memiliki beberapa gejala.
"Ada beberapa kasus gejalanya muncul langsung setelah bayi baru lahir. Misalnya bibir, kulit, jari tangan, dan kaki kebiruan, sesak napas atau kesulitan bernapas, kesulitan makan, berat lahir rendah, nyeri dada, serta pertumbuhan yang lambat," beber Prof. Najib Advani dalam sesi edukasi bertajuk Seminar Awam Dalam Rangka Congenital Heart Defect Awareness Week yang digelar RS Premier Bintaro (RSPB) belum lama ini.
Selain itu, lanjut Prof. Najib, ada juga gejala yang muncul beberapa tahun setelah lahir. "Seperti irama jantung yang tidak normal, pusing, kesulitan bernapas, pingsan, maupun kelelahan.” terangnya.
Pada kesempatan yang sama, Spesialis Jantung dr. Febtusia Puspitasari, Sp.JP, FIHA, FAsCC mengatakan, penyakit jantung bawaan bisa terjadi karena gangguan pada saat proses pembentukan dan juga perkembangan jantung ketika janin masih ada di dalam kandungan.
"Terapi yang dapat dilakukan pada kasus jantung bawaan tergantung dari kondisi pasien dan kasus yang diderita. Untuk tindakan non-bedah, yang dapat dilakukan yaitu pemasangan coil atau alat seperti payung/jamur, tindakan balloon valvuloplasty, dan atau balloon atrial septostomy (BAS)," papar dr. Febtusia Puspitasari.
Sedangkan untuk terapi bedah, lanjut dr. Febtusia Puspitasari, antara lain operasi paliatif pulmonary artery banding, operasi ligasi (pengikatan) PDA, operasi paliatif blalock-tausig shunt (BTS), operasi arterial switch dan penutupan VSD, serta bi-ventricular repair (koreksi total) ataupun single ventricular repair (Fontan).
Angka kematian terjadi dalam 6 bulan pertama kehidupan anak, dan 80% kematian terjadi pada usia 1 tahun. Penanganan penyakit jantung bawaan dapat dilakukan dengan terapi non operatif hingga terapi operatif, bergantung pada tingkat keparahannya.
Penyakit jantung bawaan (PJB) atau congenital heart diseases merupakan kelainan pada struktur dan fungsi jantung yang sudah ada sejak lahir. Kondisi ini dapat mengancam jiwa, karena mengganggu aliran darah dari dan menuju ke jantung.
Pakar Jantung Anak Prof. Dr. dr. Najib Advani, Sp.A (K) MMed. (Paed.) mengatakan, kelainan jantung bawaan memiliki beberapa gejala.
"Ada beberapa kasus gejalanya muncul langsung setelah bayi baru lahir. Misalnya bibir, kulit, jari tangan, dan kaki kebiruan, sesak napas atau kesulitan bernapas, kesulitan makan, berat lahir rendah, nyeri dada, serta pertumbuhan yang lambat," beber Prof. Najib Advani dalam sesi edukasi bertajuk Seminar Awam Dalam Rangka Congenital Heart Defect Awareness Week yang digelar RS Premier Bintaro (RSPB) belum lama ini.
Selain itu, lanjut Prof. Najib, ada juga gejala yang muncul beberapa tahun setelah lahir. "Seperti irama jantung yang tidak normal, pusing, kesulitan bernapas, pingsan, maupun kelelahan.” terangnya.
Pada kesempatan yang sama, Spesialis Jantung dr. Febtusia Puspitasari, Sp.JP, FIHA, FAsCC mengatakan, penyakit jantung bawaan bisa terjadi karena gangguan pada saat proses pembentukan dan juga perkembangan jantung ketika janin masih ada di dalam kandungan.
"Terapi yang dapat dilakukan pada kasus jantung bawaan tergantung dari kondisi pasien dan kasus yang diderita. Untuk tindakan non-bedah, yang dapat dilakukan yaitu pemasangan coil atau alat seperti payung/jamur, tindakan balloon valvuloplasty, dan atau balloon atrial septostomy (BAS)," papar dr. Febtusia Puspitasari.
Sedangkan untuk terapi bedah, lanjut dr. Febtusia Puspitasari, antara lain operasi paliatif pulmonary artery banding, operasi ligasi (pengikatan) PDA, operasi paliatif blalock-tausig shunt (BTS), operasi arterial switch dan penutupan VSD, serta bi-ventricular repair (koreksi total) ataupun single ventricular repair (Fontan).
Lihat Juga :
tulis komentar anda