Pentingnya Diskusi Kepuasan di Antara Pasangan untuk Wujudkan Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan
Rabu, 05 April 2023 - 13:13 WIB
JAKARTA - Walau telah mengambil langkah signifikan dalam mengadvokasi hak-hak pribadi, perempuan masih mengalami tantangan pada aspek kesehatan seksual dan reproduksi. Hal ini menyebabkan kesenjangan kepuasan seksual antara laki-laki dan perempuan.
Faktanya, penelitian terbaru yang dilakukan oleh Durex Indonesia pada 2022 menunjukkan bahwa 1 dari 3 perempuan yang aktif secara seksual di Indonesia memalsukan orgasmenya. Bahkan, perempuan jauh lebih sering memalsukan orgasme mereka daripada laki-laki.
Layaknya perempuan memperjuangkan haknya di masa lalu, upaya menutup kesenjangan akses terhadap kesehatan seksual dan kepuasan yang lebih baik dapat dimulai dengan membahas secara terbuka mengenai topik tersebut. Mengapa hal itu penting?
Psikolog Klinis Inez Kristanti menjelaskan, kita memiliki budaya di mana diskusi tentang seksualitas ditentang dan diabaikan. Hal ini terutama dirasakan oleh perempuan, karena ada stigma dan stereotip tertentu tentang seksualitas perempuan yang akhirnya membuat perempuan menghindari topik ini sepenuhnya.
"Karena itu, orang enggan untuk membicarakan apa yang mereka inginkan, bahkan dalam relasi paling intim mereka," katanya, Rabu (5/4/2023).
Sebuah studi dari Rutgers melihat hal ini lebih dalam. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa ketika perempuan jarang mendapatkan kepuasan dalam hubungan seks, mereka belajar untuk menginginkan dan mengharapkan lebih sedikit orgasme dari pasangannya. Dan, ketika perempuan menurunkan ekspektasi mereka akan orgasme, kesenjangan kepuasan itu akan melebar.
“Ini tidak hanya tentang orgasme. Ketika perempuan menjadi begitu terbiasa tak menerima hal-hal tertentu, termasuk orgasme, beberapa mungkin berpikir “ya memang begitu selayaknya jadi perempuan”. Tapi, menurut saya, tidak. Seharusnya tidak begitu. Perempuan memiliki hak untuk speak up dan menuntut hal yang berbeda,” beber Inez.
Lantas, bagaimana untuk mengatasi masalah ini?
"Kita semua tahu bahwa setiap orang mencapai kepuasan secara berbeda. Masalahnya adalah, kita jarang, bahkan mungkin tidak pernah, membicarakannya. Itulah mengapa sangat penting bagi kita untuk menciptakan lingkungan di mana diskusi tentang seksualitas itu diterima dengan baik," terang Inez.
Faktanya, penelitian terbaru yang dilakukan oleh Durex Indonesia pada 2022 menunjukkan bahwa 1 dari 3 perempuan yang aktif secara seksual di Indonesia memalsukan orgasmenya. Bahkan, perempuan jauh lebih sering memalsukan orgasme mereka daripada laki-laki.
Layaknya perempuan memperjuangkan haknya di masa lalu, upaya menutup kesenjangan akses terhadap kesehatan seksual dan kepuasan yang lebih baik dapat dimulai dengan membahas secara terbuka mengenai topik tersebut. Mengapa hal itu penting?
Psikolog Klinis Inez Kristanti menjelaskan, kita memiliki budaya di mana diskusi tentang seksualitas ditentang dan diabaikan. Hal ini terutama dirasakan oleh perempuan, karena ada stigma dan stereotip tertentu tentang seksualitas perempuan yang akhirnya membuat perempuan menghindari topik ini sepenuhnya.
"Karena itu, orang enggan untuk membicarakan apa yang mereka inginkan, bahkan dalam relasi paling intim mereka," katanya, Rabu (5/4/2023).
Sebuah studi dari Rutgers melihat hal ini lebih dalam. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa ketika perempuan jarang mendapatkan kepuasan dalam hubungan seks, mereka belajar untuk menginginkan dan mengharapkan lebih sedikit orgasme dari pasangannya. Dan, ketika perempuan menurunkan ekspektasi mereka akan orgasme, kesenjangan kepuasan itu akan melebar.
“Ini tidak hanya tentang orgasme. Ketika perempuan menjadi begitu terbiasa tak menerima hal-hal tertentu, termasuk orgasme, beberapa mungkin berpikir “ya memang begitu selayaknya jadi perempuan”. Tapi, menurut saya, tidak. Seharusnya tidak begitu. Perempuan memiliki hak untuk speak up dan menuntut hal yang berbeda,” beber Inez.
Lantas, bagaimana untuk mengatasi masalah ini?
"Kita semua tahu bahwa setiap orang mencapai kepuasan secara berbeda. Masalahnya adalah, kita jarang, bahkan mungkin tidak pernah, membicarakannya. Itulah mengapa sangat penting bagi kita untuk menciptakan lingkungan di mana diskusi tentang seksualitas itu diterima dengan baik," terang Inez.
tulis komentar anda