Belum Ada Obatnya, Kenali Penularan Virus Marburg dan Pencegahannya
Selasa, 16 Mei 2023 - 17:41 WIB
Seiring dengan semakin parahnya penyakit, banyak organ yang terganggu termasuk pankreas, hati, dan ginjal. Pada kondisi yang semakin kritis, dapat terjadi kejang, dehidrasi berat, gangguan metabolisme yang berat, kegagalan fungsi berbagai organ, koma, dan syok.
Dalam kasus yang fatal, kematian umumnya terjadi antara 8-9 hari setelah timbulnya gejala, biasanya didahului kehilangan darah yang parah dan syok.
Dokter Johan menekankan bahwa virus Marburg dapat menular melalui cairan tubuh hewan atau manusia yang terinfeksi, seperti darah, air liur, keringat, urin, dan feses. Virus Marburg juga dapat menular melalui kontak tidak langsung dengan benda yang terkontaminasi, dan virus mampu bertahan selama 4-5 hari pada benda tersebut.
"Pada ibu hamil yang terinfeksi, virus Marburg dapat ditemukan di air ketuban atau plasenta, dan bahkan dapat ditemukan di air susu ibu (ASI) setelah dia sembuh. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan untuk tidak menyusui demi mencegah penularan virus ke anak," papar dr. Johan.
Beberapa tindakan pencegahan dapat dilakukan, di antaranya menjaga kesehatan tubuh dengan pola makan bergizi, minum air yang cukup, istirahat yang cukup, dan olahraga teratur. Kemudian, menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar juga sangat penting, seperti rajin mencuci tangan.
Selain itu, menghindari paparan virus melalui kontak dengan manusia, hewan, atau benda yang terkontaminasi, terutama yang berasal dari negara dengan kasus virus Marburg. Juga disarankan untuk tidak mengonsumsi daging hewan yang tidak diolah dan dimasak dengan baik.
Saat ini belum ada obat atau vaksin khusus untuk penyakit virus Marburg. Penderita perlu segera diisolasi dan diberikan penanganan intensif berupa cairan, nutrisi, serta obat untuk meredakan gejala yang dialami seperti demam, nyeri, dehidrasi, dan pendarahan.
"Pada penderita penyakit virus Marburg yang telah sembuh, virusnya masih dapat ditemukan di organ tertentu seperti cairan semen di testis atau cairan mata. Oleh karena itu, risiko penularan khususnya melalui hubungan seksual perlu diwaspadai selama 12 bulan sejak timbulnya gejala atau sampai dua kali pemeriksaan cairan semen hasilnya tidak terdeteksi (negatif) untuk virus Marburg." jelas dr. Johan.
Sementara itu, hingga kini, jumlah manusia yang terinfeksi virus Marburg tercatat belum sampai 600 di seluruh dunia, dibandingkan dengan Covid-19 yang telah menjangkiti ribuan orang hanya di Indonesia.
Dalam kasus yang fatal, kematian umumnya terjadi antara 8-9 hari setelah timbulnya gejala, biasanya didahului kehilangan darah yang parah dan syok.
Dokter Johan menekankan bahwa virus Marburg dapat menular melalui cairan tubuh hewan atau manusia yang terinfeksi, seperti darah, air liur, keringat, urin, dan feses. Virus Marburg juga dapat menular melalui kontak tidak langsung dengan benda yang terkontaminasi, dan virus mampu bertahan selama 4-5 hari pada benda tersebut.
"Pada ibu hamil yang terinfeksi, virus Marburg dapat ditemukan di air ketuban atau plasenta, dan bahkan dapat ditemukan di air susu ibu (ASI) setelah dia sembuh. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan untuk tidak menyusui demi mencegah penularan virus ke anak," papar dr. Johan.
Beberapa tindakan pencegahan dapat dilakukan, di antaranya menjaga kesehatan tubuh dengan pola makan bergizi, minum air yang cukup, istirahat yang cukup, dan olahraga teratur. Kemudian, menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar juga sangat penting, seperti rajin mencuci tangan.
Selain itu, menghindari paparan virus melalui kontak dengan manusia, hewan, atau benda yang terkontaminasi, terutama yang berasal dari negara dengan kasus virus Marburg. Juga disarankan untuk tidak mengonsumsi daging hewan yang tidak diolah dan dimasak dengan baik.
Saat ini belum ada obat atau vaksin khusus untuk penyakit virus Marburg. Penderita perlu segera diisolasi dan diberikan penanganan intensif berupa cairan, nutrisi, serta obat untuk meredakan gejala yang dialami seperti demam, nyeri, dehidrasi, dan pendarahan.
"Pada penderita penyakit virus Marburg yang telah sembuh, virusnya masih dapat ditemukan di organ tertentu seperti cairan semen di testis atau cairan mata. Oleh karena itu, risiko penularan khususnya melalui hubungan seksual perlu diwaspadai selama 12 bulan sejak timbulnya gejala atau sampai dua kali pemeriksaan cairan semen hasilnya tidak terdeteksi (negatif) untuk virus Marburg." jelas dr. Johan.
Sementara itu, hingga kini, jumlah manusia yang terinfeksi virus Marburg tercatat belum sampai 600 di seluruh dunia, dibandingkan dengan Covid-19 yang telah menjangkiti ribuan orang hanya di Indonesia.
tulis komentar anda