Jadi Makanan Ikonik Betawi, Begini Sejarah dan Asal-usul Roti Buaya yang Dulu Tak Boleh Disantap
Rabu, 21 Juni 2023 - 17:37 WIB
Sejarah lain juga menyebut bahwa pembuatan roti buaya bermula saat bangsa Eropa menduduki kawasan Batavia. Pasalnya, saat itu roti adalah makanan yang langka dan mahal karena hanya dinikmati oleh kaum bangsawan Eropa. Itulah sebabnya roti buaya dianggap sebagai simbol kemakmuran.
Dulu setelah proses ijab kabul pernikahan masyarakat Betawi, roti buaya biasanya akan ditempelkan di garda depan rumah atau dipajang di lemari. Namun, setelah memasuki abad ke-20, masyarakat memprotes tradisi ini karena terbilang mubazir.
Karena protes inilah roti buaya yang awalnya cenderung tawar diberi rasa yang manis agar bisa dikonsumsi. Bahkan tradisi ini berkembang.
Kini, setelah proses ijab kabul selesai, roti akan dipotong dan dibagikan ke anak tetangga. Terutama bagi mereka yang masih melajang atau gadis.
Masyarakat Betawi mempercayai bahwa buaya adalah hewan yang setia. Hal itu dikarenakan perilaku buaya yang hanya kawin sekali seumur hidup. Itulah sebabnya roti buaya dijadikan simbol kesetiaan oleh masyarakat Betawi secara turun-temurun.
Selain itu, roti buaya juga memiliki simbol kemapanan ekonomi seorang pria. Sebab harga roti bisa dijangkau oleh siapa pun, sehingga lelaki mampu membeli roti buaya.
Tak heran, hingga saat ini roti buaya baik dalam ukuran kecil maupun besar masih dijadikan seserahan di setiap pernikahan adat Betawi. Setelah prosesi ijab kabul, roti buaya biasanya menjadi santapan yang dibagi-bagikan kepada para tamu, khususnya para wanita lajang.
3. Dulu Tak Boleh Dimakan
Di awal kehadirannya, roti buaya hanya dijadikan ikon atau simbol bagi masyarakat Betawi. Sehingga dulu mereka tidak menjadikan roti buaya sebagai makanan, melainkan pajangan.Dulu setelah proses ijab kabul pernikahan masyarakat Betawi, roti buaya biasanya akan ditempelkan di garda depan rumah atau dipajang di lemari. Namun, setelah memasuki abad ke-20, masyarakat memprotes tradisi ini karena terbilang mubazir.
Baca Juga
Karena protes inilah roti buaya yang awalnya cenderung tawar diberi rasa yang manis agar bisa dikonsumsi. Bahkan tradisi ini berkembang.
Kini, setelah proses ijab kabul selesai, roti akan dipotong dan dibagikan ke anak tetangga. Terutama bagi mereka yang masih melajang atau gadis.
4. Simbol Kesetiaan dan Jadi Seserahan Pernikahan
Jika pada zaman dulu kaum bangsawan Eropa menggunakan bunga agar pernikahan terlihat sakral, masyarakat Betawi membuat versi mereka sendiri menggunakan roti buaya sebagai lambang kesakralannya.Masyarakat Betawi mempercayai bahwa buaya adalah hewan yang setia. Hal itu dikarenakan perilaku buaya yang hanya kawin sekali seumur hidup. Itulah sebabnya roti buaya dijadikan simbol kesetiaan oleh masyarakat Betawi secara turun-temurun.
Selain itu, roti buaya juga memiliki simbol kemapanan ekonomi seorang pria. Sebab harga roti bisa dijangkau oleh siapa pun, sehingga lelaki mampu membeli roti buaya.
Tak heran, hingga saat ini roti buaya baik dalam ukuran kecil maupun besar masih dijadikan seserahan di setiap pernikahan adat Betawi. Setelah prosesi ijab kabul, roti buaya biasanya menjadi santapan yang dibagi-bagikan kepada para tamu, khususnya para wanita lajang.
Lihat Juga :
tulis komentar anda