Arak-arakan Hewan Kurban di Malang Jadi Daya Tarik Wisatawan, Tradisi Sejak 1970
Kamis, 29 Juni 2023 - 20:05 WIB
Di sisi lain Ketua Panitia Kurban Kampung Temenggungan Zulfikar Alamsyah menyatakan tradisi mengarak hewan kurban di Kampung Temenggungan sudah ada sejak tahun 1970an. Kebiasaan setiap hari raya Iduladha ini awalnya dilakukan oleh ulama setempat. Tujuannya agar darah hewan kurban lebih segar dan mudah mengalir saat disembelih. Sehingga daging hewan kurban tidak mengandung darah lagi saat dipotong untuk dibagikan ke warga sekitar.
Ternyata tradisi ini justru populer karena arak-arakan semakin meriah diikuti oleh warga. Sehingga banyak anak muda yang memeriahkan dengan membawa balon hingga flare. Kemudian yang awalnya hanya mengarak kambing jenis Etawa, kini mereka juga mengarak sapi.
"Kita saat ini ingin melestarikan tradisi yang sudah ada sejak 70an. Karena memiliki manfaat yang baik bagi yanh berkurban karena mendapat syafaat, sementara kambingnya usai di arak darahnya lebih segar saat disembelih," terang Zulfikar kembali.
Meriahnya tradisi mengarak hewan kurban yang meriah ternyata membuat kampung-kampung lain di Kota Malang jadi tertarik untuk ikut bergabung.
Zulfikar mengatakan jika Kampung Jodipan Kulon, Kampung Gatot Subroto, hingga Kampung Kidul Pasar Kota Malang kini ikut bergabung dengan tradisi mereka. Hal ini membuat jumlah hewan kurban bertambah secara signifikan, total ada 61 ekor kambing dan 4 ekor sapi siap disembelih pada Iduladha 1444 H.
Karena tradisi ini semakin besar, warga akhirnya menjadikan tradisi mengarak hewan kurban menjadi semacam festival. Sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat luar Kampung Temengguan untuk datang menyaksikan arak-arakan hewan kurban.
Hasilnya Jalan Prof Mohammad Yamin terpantau sangat padat manusia dan hewan kurban sejak pukul 07.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB.
"Setiap tahunnya kita memberikan variasi yang menarik. Sehingga selalu jadi pusat perhatian setiap Iduladha. Tahun ini yang paling meriah dari tahun-tahun sebelumnya," pungkasnya.
Lihat Juga: Viral! Seorang Mualaf di Papua Ingin Jadikan Babi sebagai Hewan Kurban, Netizen Apresiasi Niatnya
Ternyata tradisi ini justru populer karena arak-arakan semakin meriah diikuti oleh warga. Sehingga banyak anak muda yang memeriahkan dengan membawa balon hingga flare. Kemudian yang awalnya hanya mengarak kambing jenis Etawa, kini mereka juga mengarak sapi.
"Kita saat ini ingin melestarikan tradisi yang sudah ada sejak 70an. Karena memiliki manfaat yang baik bagi yanh berkurban karena mendapat syafaat, sementara kambingnya usai di arak darahnya lebih segar saat disembelih," terang Zulfikar kembali.
Meriahnya tradisi mengarak hewan kurban yang meriah ternyata membuat kampung-kampung lain di Kota Malang jadi tertarik untuk ikut bergabung.
Zulfikar mengatakan jika Kampung Jodipan Kulon, Kampung Gatot Subroto, hingga Kampung Kidul Pasar Kota Malang kini ikut bergabung dengan tradisi mereka. Hal ini membuat jumlah hewan kurban bertambah secara signifikan, total ada 61 ekor kambing dan 4 ekor sapi siap disembelih pada Iduladha 1444 H.
Karena tradisi ini semakin besar, warga akhirnya menjadikan tradisi mengarak hewan kurban menjadi semacam festival. Sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat luar Kampung Temengguan untuk datang menyaksikan arak-arakan hewan kurban.
Hasilnya Jalan Prof Mohammad Yamin terpantau sangat padat manusia dan hewan kurban sejak pukul 07.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB.
"Setiap tahunnya kita memberikan variasi yang menarik. Sehingga selalu jadi pusat perhatian setiap Iduladha. Tahun ini yang paling meriah dari tahun-tahun sebelumnya," pungkasnya.
Lihat Juga: Viral! Seorang Mualaf di Papua Ingin Jadikan Babi sebagai Hewan Kurban, Netizen Apresiasi Niatnya
(hri)
tulis komentar anda