Mengenal Echovirus-11, Virus Mematikan yang Menyerang Puluhan Bayi di Eropa
Senin, 10 Juli 2023 - 14:56 WIB
JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi bahwa 26 bayi di Eropa yakni Kroasia, Prancis, Italia, Spanyol, Swedia, dan Inggris terinfeksi jenis virus enterovirus langka, echovirus-11. Di mana delapan bayi dilaporkan meninggal dunia.
Dilansir dari NBC News, Senin (10/7/2023) berdasarkan data WHO , kematian bayi karena echovirus-11 paling banyak dilaporkan di Prancis. Virus mematikan ini menyebabkan para bayi tersebut mengalami kegagalan organ dan sepsis.
"Ini dianggap tidak biasa karena kerusakan yang sangat cepat dan tingkat kematian terkait kasus di antara bayi yang terkena dampak," tulis WHO.
Sementara beberapa dari 26 kasus echovirus-11 diidentifikasi pada awal 2022. Setidaknya setengah dari kasus baru dilaporkan sejak akhir musim semi 2023.
"Kebanyakan enterovirus menyebabkan penyakit yang sangat ringan pada anak-anak yang mereka infeksi," kata Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO Dr. Mike Ryan.
"Tetapi dalam proporsi kecil, kami melihat penyakit bencana yang jauh lebih signifikan," sambungnya.
Enterovirus dapat sangat mempengaruhi bayi baru lahir lantaran sistem kekebalannya belum cukup matang untuk melawan infeksi. Tidak ada cara untuk mengetahui apakah jenis virus khusus ini sudah ada di AS dan bayi yang sakit.
Echovirus dapat disebarkan melalui kotoran atau dengan menghirup tetesan pernapasan, dan biasanya hidup di sistem pencernaan. Petugas kesehatan di Inggris sebelumnya melaporkan peningkatan serupa yang tidak biasa pada miokarditis parah, atau radang jantung.
Kasus ini ditemukan di antara 10 bayi yang mengidap enterovirus lain yang disebut coxsackievirus. Di mana satu korban meninggal dunia. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyebut lebih dari 100 jenis enterovirus dapat menginfeksi manusia.
"Mengingat peredaran virus terganggu oleh pandemi Covid-19, kami tetap waspada terhadap setiap perubahan penularan enterovirus," ujar Kepala Divisi Virus CDC Penyakit Dr. Janell Routh.
Dilansir dari NBC News, Senin (10/7/2023) berdasarkan data WHO , kematian bayi karena echovirus-11 paling banyak dilaporkan di Prancis. Virus mematikan ini menyebabkan para bayi tersebut mengalami kegagalan organ dan sepsis.
"Ini dianggap tidak biasa karena kerusakan yang sangat cepat dan tingkat kematian terkait kasus di antara bayi yang terkena dampak," tulis WHO.
Sementara beberapa dari 26 kasus echovirus-11 diidentifikasi pada awal 2022. Setidaknya setengah dari kasus baru dilaporkan sejak akhir musim semi 2023.
"Kebanyakan enterovirus menyebabkan penyakit yang sangat ringan pada anak-anak yang mereka infeksi," kata Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO Dr. Mike Ryan.
"Tetapi dalam proporsi kecil, kami melihat penyakit bencana yang jauh lebih signifikan," sambungnya.
Enterovirus dapat sangat mempengaruhi bayi baru lahir lantaran sistem kekebalannya belum cukup matang untuk melawan infeksi. Tidak ada cara untuk mengetahui apakah jenis virus khusus ini sudah ada di AS dan bayi yang sakit.
Echovirus dapat disebarkan melalui kotoran atau dengan menghirup tetesan pernapasan, dan biasanya hidup di sistem pencernaan. Petugas kesehatan di Inggris sebelumnya melaporkan peningkatan serupa yang tidak biasa pada miokarditis parah, atau radang jantung.
Baca Juga
Kasus ini ditemukan di antara 10 bayi yang mengidap enterovirus lain yang disebut coxsackievirus. Di mana satu korban meninggal dunia. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyebut lebih dari 100 jenis enterovirus dapat menginfeksi manusia.
"Mengingat peredaran virus terganggu oleh pandemi Covid-19, kami tetap waspada terhadap setiap perubahan penularan enterovirus," ujar Kepala Divisi Virus CDC Penyakit Dr. Janell Routh.
(dra)
Lihat Juga :
tulis komentar anda