Benarkah Vape Berbahaya bagi Paru-Paru? Ini Kata Praktisi Kesehatan
Sabtu, 22 Juli 2023 - 18:46 WIB
JAKARTA - Seorang pengguna rokok elektrik atau vape di Inggris, Alex Gittins (31 tahun), mengambil langkah hukum dengan menggugat toko vape Easi-Vape yang berbasis di County Durham. Gittins meyakini Ia jatuh sakit karena likuid yang dijual oleh toko vape tersebut.
Ia mengklaim mulai menggunakan rokok elektrik sejak April 2023, tepat satu bulan sebelum Ia mengalami gejala-gejala awal paru-paru kolaps (pneumothorax). Ia sendiri telah merokok selama 15 tahun sebelum mencoba vape. Namun, benarkah Gittins jatuh sakit karena menggunakan vape?
Menanggapi hal ini, pemerhati kesehatan masyarakat dr. Tri Budhi menyoroti adanya hal yang mestinya ditelusuri lebih lanjut di samping efek vaping. Ia menyatakan perlu ada penilaian menyeluruh untuk menyimpulkan kondisi Gittins, misal intensitas konsumsi serta riwayat penyakit sebelum menggunakan vape.
“Berita asli nya dari Inggris. Dia (Gittins) sudah merokok selama 15 tahun. Berarti sejak usia 15-an sudah kena TAR. Sedangkan, rokok itu rata-rata 20 tahunan pemakaian sudah menimbulkan gejala, minimal PPOK (penyakit paru obstruktif kronis),” kata Tri Budhi dalam keterangannya baru-baru ini.
Perwakilan dari Easi-Vape sendiri telah angkat suara dan percaya mereka punya cukup bukti bahwa vape yang dijual tidak serta merta menyebabkan penyakit yang diderita oleh Gittins. Pasalnya, semua likuid yang dijual adalah likuid legal yang terdaftar pada Badan Regulasi Obat dan Kesehatan Inggris.
Vape hanya untuk pengguna nikotin dewasa
Dalam gugatannya, Gittins menuntut agar toko Easi-Vape ditutup secara permanen. Selain karena penyakit yang dideritanya, Ia khawatir semakin banyak anak-anak yang tertarik untuk memulai vaping.
“Kekhawatiran utama saya ialah, ini bisa terjadi pada anak-anak. Begitu banyak dari mereka yang berlarian sambil merokok vape, tetapi pemerintah tidak melakukan apa pun untuk melarangnya,” kata Gittins.
Ia mengklaim mulai menggunakan rokok elektrik sejak April 2023, tepat satu bulan sebelum Ia mengalami gejala-gejala awal paru-paru kolaps (pneumothorax). Ia sendiri telah merokok selama 15 tahun sebelum mencoba vape. Namun, benarkah Gittins jatuh sakit karena menggunakan vape?
Menanggapi hal ini, pemerhati kesehatan masyarakat dr. Tri Budhi menyoroti adanya hal yang mestinya ditelusuri lebih lanjut di samping efek vaping. Ia menyatakan perlu ada penilaian menyeluruh untuk menyimpulkan kondisi Gittins, misal intensitas konsumsi serta riwayat penyakit sebelum menggunakan vape.
“Berita asli nya dari Inggris. Dia (Gittins) sudah merokok selama 15 tahun. Berarti sejak usia 15-an sudah kena TAR. Sedangkan, rokok itu rata-rata 20 tahunan pemakaian sudah menimbulkan gejala, minimal PPOK (penyakit paru obstruktif kronis),” kata Tri Budhi dalam keterangannya baru-baru ini.
Perwakilan dari Easi-Vape sendiri telah angkat suara dan percaya mereka punya cukup bukti bahwa vape yang dijual tidak serta merta menyebabkan penyakit yang diderita oleh Gittins. Pasalnya, semua likuid yang dijual adalah likuid legal yang terdaftar pada Badan Regulasi Obat dan Kesehatan Inggris.
Vape hanya untuk pengguna nikotin dewasa
Dalam gugatannya, Gittins menuntut agar toko Easi-Vape ditutup secara permanen. Selain karena penyakit yang dideritanya, Ia khawatir semakin banyak anak-anak yang tertarik untuk memulai vaping.
“Kekhawatiran utama saya ialah, ini bisa terjadi pada anak-anak. Begitu banyak dari mereka yang berlarian sambil merokok vape, tetapi pemerintah tidak melakukan apa pun untuk melarangnya,” kata Gittins.
Lihat Juga :
tulis komentar anda