Kenali Risiko dan Gejala Limfoma, Kanker Darah yang Harus Diwaspadai sejak Dini
Jum'at, 15 September 2023 - 17:29 WIB
Selain itu, adapun beberapa orang yang lebih berisiko terkena kanker limfoma yakni mereka yang memiliki riwayat keluarga penderita kanker limfoma. Dalam kasus ini, Andhika Rahman menyarankan seseorang yang memiliki riwayat keluarga kanker limfoma segera lakukan screening di usia 20 tahun.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tidak Menular Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dr. Eva Susanti, S.KP., M.Kes mengatakan layanan screening kini sudah tersedia untuk 14 penyakit penyebab utama kematian dan berbiaya besar. Tidak hanya itu, screening yang tersedia pun sudah mendetail, masing-masing usia berbeda.
“Kami sudah melakukan perbaikan laboratorium masyarakat. Tier 1,2,3,4,5 untuk melengkapi pemeriksaan penunjang mendukung penegakan diagnosis,” kata Eva Susanti.
Tidak hanya kemudahan dan kelengkapan di bagian screening, Eva Susanti juga mengatakan sudah memproses obat-obatan yang sulit didapat masyarakat Indonesia.
“Kemudian untuk obat, kemarin kita sudah mengumpulkan organisasi profesi, kita menuliskan obat-obatan yang memang tidak ada gitu ya atau susah di akses. Nah itu juga kemarin kita sudah mengusulkan ini sudah berproses untuk menjadikan obat itu obat program,” kata Eva.
“Jadi obat itu bagaimana caranya pemerintah yang beli dan itu ada selalu stoknya. Jangan sampai kekurangan obat gitu,” ucap dia lagi.
Dengan segala kelengkapan fasilitas yang ada ini, diharapkan masyarakat Indonesia tidak telat untuk mendeteksi dini limfoma serta melakukan pengobatan agar semakin cepat juga untuk sembuh.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tidak Menular Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dr. Eva Susanti, S.KP., M.Kes mengatakan layanan screening kini sudah tersedia untuk 14 penyakit penyebab utama kematian dan berbiaya besar. Tidak hanya itu, screening yang tersedia pun sudah mendetail, masing-masing usia berbeda.
“Kami sudah melakukan perbaikan laboratorium masyarakat. Tier 1,2,3,4,5 untuk melengkapi pemeriksaan penunjang mendukung penegakan diagnosis,” kata Eva Susanti.
Tidak hanya kemudahan dan kelengkapan di bagian screening, Eva Susanti juga mengatakan sudah memproses obat-obatan yang sulit didapat masyarakat Indonesia.
“Kemudian untuk obat, kemarin kita sudah mengumpulkan organisasi profesi, kita menuliskan obat-obatan yang memang tidak ada gitu ya atau susah di akses. Nah itu juga kemarin kita sudah mengusulkan ini sudah berproses untuk menjadikan obat itu obat program,” kata Eva.
“Jadi obat itu bagaimana caranya pemerintah yang beli dan itu ada selalu stoknya. Jangan sampai kekurangan obat gitu,” ucap dia lagi.
Dengan segala kelengkapan fasilitas yang ada ini, diharapkan masyarakat Indonesia tidak telat untuk mendeteksi dini limfoma serta melakukan pengobatan agar semakin cepat juga untuk sembuh.
(tdy)
tulis komentar anda