Perjalanan Nona Rara Batik Kembangkan Bisnis Berkonsep Dari dan untuk Komunitas
Jum'at, 06 Oktober 2023 - 08:08 WIB
JAKARTA - Hari Batik belum lama ini menjadi momentum bagi Nona Rara Batik untuk merayakan perjalanan transformasinya di dunia fashion. Dari awal yang sederhana hingga menjadi simbol tradisi dan pemberdayaan di industri batik dengan omset mencapai belasan miliar.
Tepat 12 tahun lalu, brand rintisan Pipiet Noorastuti bersama Yosep Dimas dan Atiek Octrina ini lahir dari semangat untuk memberdayakan para pengrajin batik serta penjahit lokal di lingkungan terdekatnya di Solo, Jawa Tengah.
Nona Rara Batik menjadi brand lokal yang masih ‘hijau’, beroperasi dari balik layar Facebook dan sebuah toko kecil di ITC Kuningan, Jakarta.
Kini, Nona Rara Batik berkembang kian pesat dan menjangkau komunitas pengrajin batik yang lebih besar di Cirebon, Pekalongan, Solo, Jogja, Tasik, dan Wonogiren. Di tengah misi ini, pelestarian dan perayaan teknik batik autentik, khususnya batik tulis dan cap, menjadi pokok perhatian sekaligus esensi utama brand Nona Rara Batik yang tak pernah dikesampingkan.
Foto/Istimewa
"Baik komunitas pelanggan dan komunitas pengrajin kami sangat merasakan kedalaman Nona Rara Batik. Mereka bukan hanya pelanggan dan pengrajin pada umumnya, tapi juga memahami narasi, akar, dan visi kami," kata Pipiet Noorastuti, pendiri Nona Rara Batik belum lama ini.
Dengan skala bisnis Nona Rara Batik saat ini yang sudah menjadi top-of-mind fashion brand batik, memenuhi tuntutan dari pasar dan konsumen telah menjadi sebuah tantangan tersendiri. Meski demikian, Nona Rara Batik tetap setia pada proses pembuatan batik yang tradisional dan autentik demi melestarikan nilai budaya sekaligus kesejahteraan para pengrajinnya, serta enggan menggunakan alternatif lain yang sering terlihat di pasaran saat ini.
“Koneksi yang terjalin antara brand dan komunitas-komunitas ini tak hanya mengubah mereka menjadi pemangku kepentingan dan membuat brand lebih relatable saja. Namun, interaksi tidak langsung yang terjalin di dalamnya juga telah ‘memanusiakan’ brand dan akibatnya, brand pun dapat memberikan impak positif yang nyata dalam hal omset dan pertumbuhan,” beber Pipiet.
Tepat 12 tahun lalu, brand rintisan Pipiet Noorastuti bersama Yosep Dimas dan Atiek Octrina ini lahir dari semangat untuk memberdayakan para pengrajin batik serta penjahit lokal di lingkungan terdekatnya di Solo, Jawa Tengah.
Nona Rara Batik menjadi brand lokal yang masih ‘hijau’, beroperasi dari balik layar Facebook dan sebuah toko kecil di ITC Kuningan, Jakarta.
Kini, Nona Rara Batik berkembang kian pesat dan menjangkau komunitas pengrajin batik yang lebih besar di Cirebon, Pekalongan, Solo, Jogja, Tasik, dan Wonogiren. Di tengah misi ini, pelestarian dan perayaan teknik batik autentik, khususnya batik tulis dan cap, menjadi pokok perhatian sekaligus esensi utama brand Nona Rara Batik yang tak pernah dikesampingkan.
Foto/Istimewa
"Baik komunitas pelanggan dan komunitas pengrajin kami sangat merasakan kedalaman Nona Rara Batik. Mereka bukan hanya pelanggan dan pengrajin pada umumnya, tapi juga memahami narasi, akar, dan visi kami," kata Pipiet Noorastuti, pendiri Nona Rara Batik belum lama ini.
Dengan skala bisnis Nona Rara Batik saat ini yang sudah menjadi top-of-mind fashion brand batik, memenuhi tuntutan dari pasar dan konsumen telah menjadi sebuah tantangan tersendiri. Meski demikian, Nona Rara Batik tetap setia pada proses pembuatan batik yang tradisional dan autentik demi melestarikan nilai budaya sekaligus kesejahteraan para pengrajinnya, serta enggan menggunakan alternatif lain yang sering terlihat di pasaran saat ini.
“Koneksi yang terjalin antara brand dan komunitas-komunitas ini tak hanya mengubah mereka menjadi pemangku kepentingan dan membuat brand lebih relatable saja. Namun, interaksi tidak langsung yang terjalin di dalamnya juga telah ‘memanusiakan’ brand dan akibatnya, brand pun dapat memberikan impak positif yang nyata dalam hal omset dan pertumbuhan,” beber Pipiet.
Lihat Juga :
tulis komentar anda