Edward Hutabarat Hadirkan Keindahan Borobudur dan Wastra Indonesia di Carrousel du Louvre Paris
Minggu, 19 November 2023 - 11:11 WIB
JAKARTA - Edward Hutabarat bersama Best of Indonesia akan memboyong sejumlah karya dalam pameran yang direncanakan berlangsung pada 28 November 2023 hingga 8 Januari 2024 di Carrousel du Louvre, Paris.
"Saya bangga dan sangat senang diundang oleh Carrousel du Louvre untuk memamerkan karya saya di tempat yang sangat bersejarah di Paris,” kata Edward Hutabarat dalam konferensi pers di Jakarta belum lama ini.
Dengan tajuk “Selimut Nusantara”, pameran itu bakal memperlihatkan seni tenun Indonesia dari berbagai daerah, mulai Tenun Ikat dari Sumba dan Timor (Nusa Tenggara Timur), serta Bali dan Sumbawa (Nusa Tenggara Barat); juga Ulos dari Samosir dan Tenun Songket (Sumatera). Tak hanya kain, pameran ini juga akan menunjukkan Candi Borobudur sebagai candi Budha terbesar di dunia.
Pameran mendapat sokongan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia.
"Saya menghargai inisiatif Best of Indonesia untuk memperkenalkan budaya Indonesia, sekaligus mendorong pemasaran dan promosinya kepada masyarakat Prancis, khususnya Eropa secara umum, dengan cara yang elegan di venue terhormat seperti Carrousel du Louvre. Ini sesuai dengan upaya pemerintah untuk membangun citra Indonesia sebagai negara yang kaya akan budaya," tutur Hilmar Farid, Ph.D., Direktur Jenderal Kemendikbudristek.
"Dunia perlu lebih tahu tentang kekayaan alam dan budaya Indonesia serta kreativitasnya, dan saya pikir karya Edward Hutabarat sangat mewakili misi itu," tambahnya.
“Selimut Nusantara” membawa sebuah peradaban yang berkaitan dengan masyarakat Indonesia. Sebab kain ini mempunyai keistimewaan masing-masing, mulai dari proses pembuatan hingga cara pakai yang memiliki sebutannya tersendiri.
Oleh sebab itu, Edward Hutabarat memiliki tujuan menjadikan selimut sebagai bagian dari gaya hidup seperti yang ia katakan.
"Saya ingin selimut ini menjadi bagian dari gaya hidup di ranah internasional," katanya.
"Dalam mengembangkan warisan budaya Indonesia, saya selalu berfokus pada empat aspek utama, yaitu identitas, kualitas, kreativitas, dan kesederhanaan. Dengan poin-poin ini, saya menciptakan skenario timur bertemu barat. Tren yang tak mengenal gender ini hadir dengan cita rasa dan perasaan, mencerminkan harmoni, bukan ambisi atau emosi," pungkas salah satu perancang busana ternama Indonesia itu. MG/Mei Syarawati Nurhakim
"Saya bangga dan sangat senang diundang oleh Carrousel du Louvre untuk memamerkan karya saya di tempat yang sangat bersejarah di Paris,” kata Edward Hutabarat dalam konferensi pers di Jakarta belum lama ini.
Dengan tajuk “Selimut Nusantara”, pameran itu bakal memperlihatkan seni tenun Indonesia dari berbagai daerah, mulai Tenun Ikat dari Sumba dan Timor (Nusa Tenggara Timur), serta Bali dan Sumbawa (Nusa Tenggara Barat); juga Ulos dari Samosir dan Tenun Songket (Sumatera). Tak hanya kain, pameran ini juga akan menunjukkan Candi Borobudur sebagai candi Budha terbesar di dunia.
Pameran mendapat sokongan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia.
"Saya menghargai inisiatif Best of Indonesia untuk memperkenalkan budaya Indonesia, sekaligus mendorong pemasaran dan promosinya kepada masyarakat Prancis, khususnya Eropa secara umum, dengan cara yang elegan di venue terhormat seperti Carrousel du Louvre. Ini sesuai dengan upaya pemerintah untuk membangun citra Indonesia sebagai negara yang kaya akan budaya," tutur Hilmar Farid, Ph.D., Direktur Jenderal Kemendikbudristek.
"Dunia perlu lebih tahu tentang kekayaan alam dan budaya Indonesia serta kreativitasnya, dan saya pikir karya Edward Hutabarat sangat mewakili misi itu," tambahnya.
“Selimut Nusantara” membawa sebuah peradaban yang berkaitan dengan masyarakat Indonesia. Sebab kain ini mempunyai keistimewaan masing-masing, mulai dari proses pembuatan hingga cara pakai yang memiliki sebutannya tersendiri.
Oleh sebab itu, Edward Hutabarat memiliki tujuan menjadikan selimut sebagai bagian dari gaya hidup seperti yang ia katakan.
"Saya ingin selimut ini menjadi bagian dari gaya hidup di ranah internasional," katanya.
"Dalam mengembangkan warisan budaya Indonesia, saya selalu berfokus pada empat aspek utama, yaitu identitas, kualitas, kreativitas, dan kesederhanaan. Dengan poin-poin ini, saya menciptakan skenario timur bertemu barat. Tren yang tak mengenal gender ini hadir dengan cita rasa dan perasaan, mencerminkan harmoni, bukan ambisi atau emosi," pungkas salah satu perancang busana ternama Indonesia itu. MG/Mei Syarawati Nurhakim
(tsa)
Lihat Juga :
tulis komentar anda