Hati-hati Bahaya Kanker Paru Mengintai, Pertahun Ada 34 Ribu Kasus Baru
Selasa, 28 November 2023 - 17:28 WIB
JAKARTA - Perubahan pola gaya hidup ikut berdampak pada peningkatan penyakit yang tak dapat terhindarkan. Salah satu penyakit tidak menular yang alami peningkatan di Indonesia dan mengkhawatirkan adalah kanker paru-paru.
Untuk memperingati Bulan Peduli Kanker Paru Sedunia, Roche Indonesia bersama dengan RSUP Persahabatan dan CISC mengadakan diskusi menyoroti pentingnya akses diagnosis yang saat ini belum ditanggung oleh BPJS Kesehatan, khususnya untuk pemeriksaan imunohistokimia dan molekuler.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid mengatakan kasus baru dilaporkan 34 ribu kasus baru pertahunnya.
“Dari sebanyak 34.783 orang terdiagnosis, 30.483 orang di antaranya meninggal sehingga angka orang yang bertahan usai terdiagnosis kanker paru-paru hanyalah 20 persen. Sejauh ini penelitian faktor risiko terjadinya kanker paru-paru berasal dari paparan rokok dan turunan lainnya.
Selain itu pekerja yang bersentuhan dengan zat kimia, asbes dan beberapa partikel juga berisiko. Ditambah dengan paparan polusi udara seperti 2,5 partikulat meter (PM) dan PM 10 dan masih banyak lagi.
Alhasil, tentu perlunya pemahaman masyarakat dan aksesibilitas terhadap pemeriksaan ini berperan penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker paru, menekan angka kasus kematian, dan beban pembiayaan kanker.
“Kami telah secara aktif menerapkan transformasi sistem kesehatan, salah satunya dengan mendorong upaya deteksi dini secara terus-menerus. Selain meningkatkan kualitas hidup pasien, upaya ini juga akan memudahkan identifikasi pengobatan yang tepat, sehingga beban pembiayaan perawatan kesehatan dapat tetap dikendalikan,” ujar dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid.
Lebih lanjut dr. Siti Nadia Tarmizi menambahkan, kesadaran masyarakat mengenai pentingnya deteksi dini sudah semakin meningkat. Meski demikian, pemahaman tentang pemeriksaan dengan metode Imunohistokimia (IHK), terutama bagi pasien kanker paru masih menemui tantangan.
Kepala Pelayanan Medik RSUP Persahabatan dr. Erlang Samoedro, Sp.P (K) menambahkan bahwa faktor risiko kanker paru tidak hanya terkait dengan kebiasaan merokok.
Untuk memperingati Bulan Peduli Kanker Paru Sedunia, Roche Indonesia bersama dengan RSUP Persahabatan dan CISC mengadakan diskusi menyoroti pentingnya akses diagnosis yang saat ini belum ditanggung oleh BPJS Kesehatan, khususnya untuk pemeriksaan imunohistokimia dan molekuler.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid mengatakan kasus baru dilaporkan 34 ribu kasus baru pertahunnya.
“Dari sebanyak 34.783 orang terdiagnosis, 30.483 orang di antaranya meninggal sehingga angka orang yang bertahan usai terdiagnosis kanker paru-paru hanyalah 20 persen. Sejauh ini penelitian faktor risiko terjadinya kanker paru-paru berasal dari paparan rokok dan turunan lainnya.
Selain itu pekerja yang bersentuhan dengan zat kimia, asbes dan beberapa partikel juga berisiko. Ditambah dengan paparan polusi udara seperti 2,5 partikulat meter (PM) dan PM 10 dan masih banyak lagi.
Alhasil, tentu perlunya pemahaman masyarakat dan aksesibilitas terhadap pemeriksaan ini berperan penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker paru, menekan angka kasus kematian, dan beban pembiayaan kanker.
“Kami telah secara aktif menerapkan transformasi sistem kesehatan, salah satunya dengan mendorong upaya deteksi dini secara terus-menerus. Selain meningkatkan kualitas hidup pasien, upaya ini juga akan memudahkan identifikasi pengobatan yang tepat, sehingga beban pembiayaan perawatan kesehatan dapat tetap dikendalikan,” ujar dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid.
Lebih lanjut dr. Siti Nadia Tarmizi menambahkan, kesadaran masyarakat mengenai pentingnya deteksi dini sudah semakin meningkat. Meski demikian, pemahaman tentang pemeriksaan dengan metode Imunohistokimia (IHK), terutama bagi pasien kanker paru masih menemui tantangan.
Kepala Pelayanan Medik RSUP Persahabatan dr. Erlang Samoedro, Sp.P (K) menambahkan bahwa faktor risiko kanker paru tidak hanya terkait dengan kebiasaan merokok.
tulis komentar anda