Mencicipi Kelezatan Nasi Boran, Salah Satu Kuliner Legendaris Lamongan

Kamis, 18 April 2024 - 07:31 WIB
"Ya istilahnya kalau sekarang wakul, tapi ukurannya jumbo terbuat dari anyaman bambu. Orang Lamongan menyebutnya Boranan. Ya namanya jadi nasi boran," ucap perempuan yang berjualan sejak 1982.

Ia menambahkan dulu lauknya hanya berupa tempe, tahu, telur, atau ayam kampung. Namun, seiring perkembangan zaman ada penambahan lauk.

"Ya kalau nasi boran lauknya sekarang lebih variatif. Ada udang, telur, tahu, peyek kacang, hati ayam, dan ikan bandeng," ujar dia.

Selain lauk di atas ada beberapa lauk yang khas jarang ditemukan di daerah luar Lamongan. Lauk tersebut yakni gimbal empuk, pletuk dan ikan sili. Gimbal empuk merupakan makanan berbentuk bulat yang terbuat dari tepung terigu dan bumbu lainnya dan memiliki rasa gurih. Sedangkan Pletuk merupakan kacang kedelai yang di sangrai dan di tumbuk halus.

Pada penyajiannya pun nasi boran terbilang cukup unik, tak ada nasi boran yang disajikan dalam piring. Penyajian nasi boran pada umumnya pada selembar kertas minyak dilapisi daun pisan, kemudian dibentuk kerucut.

Dalam sehari Suparni sendiri memerlukan maksimal 10 kilogram beras mengingat kapasitas tempat atau 'boran' maksimal 10 kilogram nasi. Namun bila sepi ia hanya menyiapkan 5 kilogram beras, yang dapat memproduksi 5 kilogram nasi.

Perempuan yang sehari - hari berjualan di selatan Kantor Pemkab Lamongan tepatnya di pertigaan bawah pohon beringin Jalan KH Achmad Dahlan ini, mengaku dari porsi nasi tersebut bila ramai mampu menjual hingga 100 bungkus.

"Kalau lagi ramai 100 bungkus laku. Terlebih kalau liburan biasanya malah masak nasi dan lauknya lagi karena kurang. Ya kalau puasa gini kan orang - orang banyak yang buka puasa di masjid malamnya juga sahur di rumah,jadi ya turunlah," tuturnya sambil tersenyum.

Jumlah itu kian meningkat ketika momen lebaran dimana arus mudik dan balik, para masyarakat yang melakukan aktivitas silaturahmi pada Hari Raya Idul Fitri. Kenaikan bahkan mencapai 100 porsi lebih atau naik sekitar 50 persennya.

"Saya jualan dari jam 20.00 WIB sampai 03.00 WIB. Kalau tidak puasa jualan mulai jam 14.00 WIB sampai 02.00 WIB," ujar perempuan 53 tahun ini.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More