Jadi Warisan Tak Benda UNESCO, Jamu Buktikan Jejak Empiris Obat Bahan Alami yang Bermutu
Jum'at, 31 Mei 2024 - 12:08 WIB
JAKARTA - Jamu yang menjadi warisan budaya tak benda dari UNESCO terus memperlihatkan peran sebagai obat dengan bahan alam yang bermanfaat untuk kesehatan.
Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen Kesehatan, Mohamad Kashuri mengatakan bahwa bukti empiris dapat menjadi dasar klaim khasiat kategori jamu atau dapat menjadi salah satu data dukung awal dalam pembuktian klaim pada kategori obat herbal terstandar dan fitofarmaka, selain bukti ilmiah berupa data praklinik dan data klinik.
“Selama ini bukti empiris yang dimaksud berasal dari naskah klasik, farmakope, monografi, atau referensi ilmiah lain yang diakui. Pemahaman mengenai manfaat jejak empiris obat bahan alam Indonesia diharapkan dapat mendorong semua pihak, baik pemerintah, akademisi, dan masyarakat untuk mulai melakukan dokumentasi tumbuhan obat atau ramuan obat dengan cara yang tepat, sehingga dapat menjadi modal ditemukannya obat bahan alam baru yang bermanfaat dan bernilai ekonomi,” kata Mohamad Kashuri di Aula Bhineka Tunggal Ika, Gedung Badan POM, Jumat (31/5/2024).
Pada peringatan Hari Jamu Nasional ke-16 pada 27 Mei 2024 yang diselenggarakan Badan POM, jamu mengukuhkan sebagai bagian dari kesehatan masyarakat.
Lewat tema “Sehatkan Negeri Bersama Jamu,” berbagai rangkaian kegiatan menarik dilaksanakan, seperti FGD, talkshow, webinar hingga business matching yang membahas sisi hilir pengembangan obat bahan alam.
Sebagai penutup kegiatan Pekan Jamu, dilaksanakan FGD “Jejak Empiris Obat Bahan Alam Menuju Produk Bermutu” yang menitikberatkan pengembangan dari sisi hulu dengan mempertimbangkan jamu dari sisi sumber bahan baku tanaman obat, sehingga dapat ditelusuri, dicatat dan didokumentasikan sebagai data empiris tanaman obat atau pengobatan tradisional.
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan, Kemenko Bidang PMK, Budiono Subambang mengapresiasi Badan POM atas kegiatan Pekan Jamu dan diharapkan menjadi momentum dalam melestarikan dan mengembangkan budaya jamu Indonesia.
Pada kesempatan ini juga dibahas mengenai Konsep pembuktian empiris sebagai jaminan keamanan dan khasiat Jamu, Pemanfaatan data Ristoja dalam pembuktian empiris Jamu dan Pentingnya dokumentasi kekayaan kearifan lokal dan cara mendokumentasikan yang baik yang disampaikan oleh dr. Noor Wijayahadi MKes, PhD, apt. Rohmat Mujahid, S.Si, MSc dan Dr. Djoko Santosa, M.Si. Selain itu, disampaikan mengenai Peran Badan POM dalam mendampingi obat bahan alam di daerahnya menjadi produk bermutu yang diwakili oleh Kepala Balai Besar POM di Pontianak dan Kepala Balai POM di Jambi.
“Melalui kegiatan hari ini, semoga pemahaman pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan praktisi kesehatan serta masyarakat mengenai pentingnya data empiris dalam pengembangan obat bahan alam, dapat menjadi trigger bagi semua pihak untuk memulai pengumpulan data empiris obat bahan alam bagi perkembangan obat bahan alam menuju produk bermutu,” ujar Budiono Subambang.
Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen Kesehatan, Mohamad Kashuri mengatakan bahwa bukti empiris dapat menjadi dasar klaim khasiat kategori jamu atau dapat menjadi salah satu data dukung awal dalam pembuktian klaim pada kategori obat herbal terstandar dan fitofarmaka, selain bukti ilmiah berupa data praklinik dan data klinik.
“Selama ini bukti empiris yang dimaksud berasal dari naskah klasik, farmakope, monografi, atau referensi ilmiah lain yang diakui. Pemahaman mengenai manfaat jejak empiris obat bahan alam Indonesia diharapkan dapat mendorong semua pihak, baik pemerintah, akademisi, dan masyarakat untuk mulai melakukan dokumentasi tumbuhan obat atau ramuan obat dengan cara yang tepat, sehingga dapat menjadi modal ditemukannya obat bahan alam baru yang bermanfaat dan bernilai ekonomi,” kata Mohamad Kashuri di Aula Bhineka Tunggal Ika, Gedung Badan POM, Jumat (31/5/2024).
Pada peringatan Hari Jamu Nasional ke-16 pada 27 Mei 2024 yang diselenggarakan Badan POM, jamu mengukuhkan sebagai bagian dari kesehatan masyarakat.
Lewat tema “Sehatkan Negeri Bersama Jamu,” berbagai rangkaian kegiatan menarik dilaksanakan, seperti FGD, talkshow, webinar hingga business matching yang membahas sisi hilir pengembangan obat bahan alam.
Sebagai penutup kegiatan Pekan Jamu, dilaksanakan FGD “Jejak Empiris Obat Bahan Alam Menuju Produk Bermutu” yang menitikberatkan pengembangan dari sisi hulu dengan mempertimbangkan jamu dari sisi sumber bahan baku tanaman obat, sehingga dapat ditelusuri, dicatat dan didokumentasikan sebagai data empiris tanaman obat atau pengobatan tradisional.
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan, Kemenko Bidang PMK, Budiono Subambang mengapresiasi Badan POM atas kegiatan Pekan Jamu dan diharapkan menjadi momentum dalam melestarikan dan mengembangkan budaya jamu Indonesia.
Pada kesempatan ini juga dibahas mengenai Konsep pembuktian empiris sebagai jaminan keamanan dan khasiat Jamu, Pemanfaatan data Ristoja dalam pembuktian empiris Jamu dan Pentingnya dokumentasi kekayaan kearifan lokal dan cara mendokumentasikan yang baik yang disampaikan oleh dr. Noor Wijayahadi MKes, PhD, apt. Rohmat Mujahid, S.Si, MSc dan Dr. Djoko Santosa, M.Si. Selain itu, disampaikan mengenai Peran Badan POM dalam mendampingi obat bahan alam di daerahnya menjadi produk bermutu yang diwakili oleh Kepala Balai Besar POM di Pontianak dan Kepala Balai POM di Jambi.
“Melalui kegiatan hari ini, semoga pemahaman pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan praktisi kesehatan serta masyarakat mengenai pentingnya data empiris dalam pengembangan obat bahan alam, dapat menjadi trigger bagi semua pihak untuk memulai pengumpulan data empiris obat bahan alam bagi perkembangan obat bahan alam menuju produk bermutu,” ujar Budiono Subambang.
(tdy)
Lihat Juga :
tulis komentar anda