Ramai Fenomena Cuci Darah di Kalangan Anak Indonesia, Ketua IDAI Soroti 5 Hal Penting
Jum'at, 02 Agustus 2024 - 14:00 WIB
Salah satu pola makan anak Indonesia yang menjadi perhatian adalah karena meningkatnya kebiasaan mengonsumsi gula dan garam. Mirisnya, gula yang menurutnya musuh bagi anak-anak, justru dianggap aman oleh masyarakat Indonesia.
“Gula itu bahaya karena tidak dianggap berbahaya. Dan makanan tinggi garam juga itu sebaiknya harus dihindari," ujarnya.
Minuman kemasan yang dijual di minimarket menurutnya juga perlu dihindari anak-anak. Hal tersebut lantaran mayoritas produk minuman kemasan memiliki kandungan sirup jagung yang tinggi fruktosa. Ini jenis pemanis yang bisa menyebabkan berbagai penyakit metabolik di dalam tubuh.
"Cegah semaksimal mungkin jangan sampai anak kita itu banyak minum manis atau yang mengandung pemanis yang banyak pada minuman kemasan. Itu kalau kita ke minimarket ya kanan kiri di lemari pendingin itu minuman manis semua," sarannya.
"Dan pemanisnya itu biasanya sirup jagung yang tinggi fruktosa. Ini pemanis yang luar biasa bisa menyebabkan berbagai penyakit metabolik di dalam tubuh," lanjutnya.
Selain memicu berbagai penyakit metabolik di dalam tubuh, kandungan pemanis dalam produk minuman kemasan juga kerap bikin anak-anak ketagihan. Akibatnya, gula darah mereka bisa melonjak dan menurun drastis.
“Dan bahayanya minum manis ini dia adiksi ya, kecanduan. Jadi karena lezat, jadi pingin lagi, pingin lagi,” ungkapnya.
Kebanyakan, kasus gagal ginjal anak didominasi dengan kondisi penyakit yang telah kronis alias sudah parah. Karena itu, dr Piprim menilai, melakukan deteksi dini pada anak tak kalah penting. Salah satu yang mudah dipantau adalah dari tumbuh kembang anak. Orang tua diimbau untuk memiliki buku Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) agar bisa memantau secara detail terkait perkembangan anak.
"Jadi kita bisa lihat kurva pertumbuhannya. Seperti kenaikan berat badannya, panjang badannya, itu adalah parameter awal untuk orang tua bisa menilai anak saya nih tumbuhnya masih bagus nggak, on the track nggak,” tuturnya.
“Gula itu bahaya karena tidak dianggap berbahaya. Dan makanan tinggi garam juga itu sebaiknya harus dihindari," ujarnya.
Minuman kemasan yang dijual di minimarket menurutnya juga perlu dihindari anak-anak. Hal tersebut lantaran mayoritas produk minuman kemasan memiliki kandungan sirup jagung yang tinggi fruktosa. Ini jenis pemanis yang bisa menyebabkan berbagai penyakit metabolik di dalam tubuh.
"Cegah semaksimal mungkin jangan sampai anak kita itu banyak minum manis atau yang mengandung pemanis yang banyak pada minuman kemasan. Itu kalau kita ke minimarket ya kanan kiri di lemari pendingin itu minuman manis semua," sarannya.
"Dan pemanisnya itu biasanya sirup jagung yang tinggi fruktosa. Ini pemanis yang luar biasa bisa menyebabkan berbagai penyakit metabolik di dalam tubuh," lanjutnya.
Selain memicu berbagai penyakit metabolik di dalam tubuh, kandungan pemanis dalam produk minuman kemasan juga kerap bikin anak-anak ketagihan. Akibatnya, gula darah mereka bisa melonjak dan menurun drastis.
“Dan bahayanya minum manis ini dia adiksi ya, kecanduan. Jadi karena lezat, jadi pingin lagi, pingin lagi,” ungkapnya.
4. Deteksi Dini Lewat Buku KIA
Kebanyakan, kasus gagal ginjal anak didominasi dengan kondisi penyakit yang telah kronis alias sudah parah. Karena itu, dr Piprim menilai, melakukan deteksi dini pada anak tak kalah penting. Salah satu yang mudah dipantau adalah dari tumbuh kembang anak. Orang tua diimbau untuk memiliki buku Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) agar bisa memantau secara detail terkait perkembangan anak.
"Jadi kita bisa lihat kurva pertumbuhannya. Seperti kenaikan berat badannya, panjang badannya, itu adalah parameter awal untuk orang tua bisa menilai anak saya nih tumbuhnya masih bagus nggak, on the track nggak,” tuturnya.
tulis komentar anda