Tips Pemulihan Mental untuk Korban KDRT, Ikuti 9 Cara Ini

Senin, 19 Agustus 2024 - 03:03 WIB
Ketiga bercerita. Menceritakan peristiwa yang dialami merupakan salah satu bentuk terapi. Tentu saja saat memutuskan untuk bercerita, kita memilih orang yang tepat yang bisa dipercaya. Bercerita dapat dilakukan pada orang tua, sahabat, kelompok pendukung, maupun terapis.



Keempat menulis. Menulis merupakan salah satu bentuk pemulihan yang dapat dilakukan jika belum siap menceritakan pengalaman atau kondisi traumatis yang dialami, dengan menulis tekanan emosi dapat diluapkan sehingga stress berkurang.

Kelima mencari atau bergabung dalam kelompok pendukung. Bergabung dalam kelompok pendukung dapat membantu dalam memulihkan trauma, karena seseorang akan menyadari bahwa ia tidak sendiri, dan ada orang lain yang mengalami hal yang sama dan saling memberikan dukungan satu sama lain.

Keenam melatih diri atau belajar tentang seluk beluk KDRT dan cara mengatasinya. Pengetahuan yang cukup terkait kekerasan dan penanganannya sangat diperlukan. Hal tersebut akan sangat membantu jika suatu saat berada dalam situasi yang sama, sehingga tahu apa yang harus dilakukan, siapa yang harus dihubungi atau bahkan cara memberikan kode/tanda bahwa saat ini sedang mengalami kekerasan dan butuh pertolongan.

Ketujuh, melakukan kunjungan ke profesional kesehatan mental secara berkala untuk mendapatkan terapi tambahan lain sehingga membantu mempercepat proses pemulihan.

Kedelapan latihan mengontrol trauma secara bertahap. Saat ada pemicu trauma, upayakan untuk mampu mengontrol gejala trauma yang muncul secara mandiri dengan teknik relaksasi, distraksi, meditasi, atau bahkan melakukan aktivitas yang digemari. Hal tersebut dapat mengalihkan fokus anda terhadap ingatan berkaitan ddengan peristiwa traumatis.

Kesembilan, kembali membangun koneksi. Rasa trauma akan membuat seseorang menjadi tidak percaya dengan orang-orang dan lingkungan sekitar sehingga seseorang menarik diri dari lingkungan sosial.

“Rasa trauma dan peristiwa traumatis perlahan dapat ditangani atau dikontrol, mulailah menjalin hubungan kembali dengan lingkungan sosial yang membuat nyaman. Koneksi yang dibangun kembali memungkinkan seseorang mendapatkan dukungan dan dapat mengalihkan ingatan dari peristiwa traumatis,” pungkas Uswatun.
(tsa)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More