Harris Nasution, Koreografer dan Konseptor Gelaran Tari Kolosal Nusantara di Pembukaan MotoGP Mandalika 2024
Rabu, 02 Oktober 2024 - 15:15 WIB
JAKARTA - Sebanyak 250 penari asal Nusa Tenggara Barat (NTB) mementaskan tari Kreasi Nusantara sesaat sebelum memulai race MotoGP seri Pertamina Grand Prix of Indonesia 2024 di Pertamina Mandalika International Street Circuit, Kuta, Praya, Lombok Tengah, NTB, Minggu (29/9/2024). Atraksi budaya tari Nusantara ini untuk memeriahkan dan mengiringi para pembalap menjalani race MotoGP seri Pertamina GP of Indonesia 2024.
Berbagai unsur kebudayaan khas Indonesia dari Sabang sampai Merauke berpadu cantik, selaras, menggambarkan keanekaragaman budaya Indonesia. Untuk tahun ini, penari yang pentas lebih banyak dari gelaran MotoGP tahun lalu, yakni sebelumnya 150 kini 250 penari.
Adalah Harris Nasution, sutradara, koreografer, sekaligus konseptor tarian kolosal dan kreasi Nusantara. Mantan murid Guruh Soekarno Putera di tahun 90-an itu juga yang menyiapkan para penari.
Kecintaan Harris pada tarian tradisional Indonesia sudah ia pupuk sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Maka tak heran, kini dia menjadi salah satu koreografer tari kreasi Nusantara di Indonesia, dan mengemban tugas untuk memperkenalkan Indonesia melalui tarian di ajang MotoGP Mandalika.
"Tarian ini yang menggambarkan keanekaragaman Budaya di Indonesia, Zamrud Katulistiwa. Sehingga, para turis ataupun tamu yang hadir saat itu, bisa menyaksikan keindahan budaya Indonesia melalui tarian," ujar Harris.
Sehingga, para tamu di Sirkuit Mandalika bisa menyaksikan budaya di Indonesia seperti Gendang Beligh dari Nusa Tenggara Barat dan Tari Perang dari NTB, Tari Gandrung Sasak yang merupakan kombinasi antara daerah NTB dan Bali, Tari Bedhaya Jawa Tengah, Tari Dayak khas Kalimantan, Reog Ponorogo, serta tari khas Betawi.
Untuk memeriahkan kolosal, juga ada color guard atau permainan bendera serta penampilan dari Novia Bachmid sebagai penyanyi Indonesia Raya dan penampilan dari Putri Indonesia NTB.
"Indonesia itu kaya akan suku, budaya, tarian. Jadi kami ingin memperlihatkan dalam bentuk kolosal kepada tamu mancanegara yang hadir. Kalaupun berasal dari turis lokal, juga mampu mengingatkan kembali, kita ini bangsa yang kaya akan budaya," tutur Harris.
Setidaknya, untuk meng-handle 250 penari, Harris membutuhkan waktu kurang lebih dari satu bulan. Mulai dari pembuatan konsep bersama Injourney Tourism Development Corporation (ITDC), persiapan latihan, pemilihan kostum tari, koreografi, tata letak, dan sebagainya.
"Tarian ini sebenarnya efektif latihannya sekitar 6 harian, sisanya kita lebih ke GR (gladi resik)," ujar dia.
Meski para penari berasal dari sekolah-sekolah seperti SMA, mahasiswa, sanggar setempat, serta tambahan penari dari Jakarta, Harris mengaku semua bisa berjalan lancar. Mereka mampu mengikuti proses latihan dan arahan darinya, sehingga gelaran dapat berjalan sesuai skenario.
"Saya bersyukur bisa diberi kesempatan dalam memperkenalkan budaya Indonesia lewat tarian dan gelaran kolosal ini. Semoga bisa membawa Indonesia semakin mendunia lagi," pungkasnya.
Berbagai unsur kebudayaan khas Indonesia dari Sabang sampai Merauke berpadu cantik, selaras, menggambarkan keanekaragaman budaya Indonesia. Untuk tahun ini, penari yang pentas lebih banyak dari gelaran MotoGP tahun lalu, yakni sebelumnya 150 kini 250 penari.
Adalah Harris Nasution, sutradara, koreografer, sekaligus konseptor tarian kolosal dan kreasi Nusantara. Mantan murid Guruh Soekarno Putera di tahun 90-an itu juga yang menyiapkan para penari.
Kecintaan Harris pada tarian tradisional Indonesia sudah ia pupuk sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Maka tak heran, kini dia menjadi salah satu koreografer tari kreasi Nusantara di Indonesia, dan mengemban tugas untuk memperkenalkan Indonesia melalui tarian di ajang MotoGP Mandalika.
"Tarian ini yang menggambarkan keanekaragaman Budaya di Indonesia, Zamrud Katulistiwa. Sehingga, para turis ataupun tamu yang hadir saat itu, bisa menyaksikan keindahan budaya Indonesia melalui tarian," ujar Harris.
Sehingga, para tamu di Sirkuit Mandalika bisa menyaksikan budaya di Indonesia seperti Gendang Beligh dari Nusa Tenggara Barat dan Tari Perang dari NTB, Tari Gandrung Sasak yang merupakan kombinasi antara daerah NTB dan Bali, Tari Bedhaya Jawa Tengah, Tari Dayak khas Kalimantan, Reog Ponorogo, serta tari khas Betawi.
Untuk memeriahkan kolosal, juga ada color guard atau permainan bendera serta penampilan dari Novia Bachmid sebagai penyanyi Indonesia Raya dan penampilan dari Putri Indonesia NTB.
"Indonesia itu kaya akan suku, budaya, tarian. Jadi kami ingin memperlihatkan dalam bentuk kolosal kepada tamu mancanegara yang hadir. Kalaupun berasal dari turis lokal, juga mampu mengingatkan kembali, kita ini bangsa yang kaya akan budaya," tutur Harris.
Setidaknya, untuk meng-handle 250 penari, Harris membutuhkan waktu kurang lebih dari satu bulan. Mulai dari pembuatan konsep bersama Injourney Tourism Development Corporation (ITDC), persiapan latihan, pemilihan kostum tari, koreografi, tata letak, dan sebagainya.
"Tarian ini sebenarnya efektif latihannya sekitar 6 harian, sisanya kita lebih ke GR (gladi resik)," ujar dia.
Meski para penari berasal dari sekolah-sekolah seperti SMA, mahasiswa, sanggar setempat, serta tambahan penari dari Jakarta, Harris mengaku semua bisa berjalan lancar. Mereka mampu mengikuti proses latihan dan arahan darinya, sehingga gelaran dapat berjalan sesuai skenario.
"Saya bersyukur bisa diberi kesempatan dalam memperkenalkan budaya Indonesia lewat tarian dan gelaran kolosal ini. Semoga bisa membawa Indonesia semakin mendunia lagi," pungkasnya.
(tsa)
tulis komentar anda