Perbandingan Kehidupan Meghan Markle dan Putri Diana, Benarkah Sama-sama Ditekan Berlebihan?
Sabtu, 02 November 2024 - 17:00 WIB
Dilansir dari US Magazine, Diana yang waktu itu baru berusia 19 tahun telah bertunangan dengan Charles pada 1981. Sebelum benar-benar menikah, harus diakui bahwa dirinya telah terintimidasi oleh gagasan kehidupan kerajaan.
Benar saja, setelah menikah bersama Charles, Diana segera menyadari bahwa tidak ada buku panduan apa pun untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di dalam istana. Bukan hanya soal adaptasi yang cepat, tetapi juga mengenai sikap-sikap tertentu yang diberikan kepada publik.
Diana bahkan sempat mengalami kondisi yang kurang baik selama kehamilan anak pertama, Pangeran William. Ia kemudian mengalami depresi pascapersalinan. Belum selesai dengan itu, Diana tetap harus berupaya untuk mengatasi tekanan kehidupan kerajaan.
"Mungkin saya adalah orang pertama di keluarga ini yang pernah mengalami depresi atau menangis secara terbuka. Ketika tidak ada yang mendengarkan Anda, atau kita merasa tidak ada yang mendengar, segala macam hal mulai terjadi," kata Diana seraya mencatat bahwa ia merasakan banyak dukungan dari masyarakat, tetapi tidak begitu banyak dari Keluarga Kerajaan.
Setelah berpisah dari Charles, Diana menyadari bahwa orang-orang di sekitar istana mulai memperlakukannya secara berbeda. Ia juga merasa selalu menjadi berita utama di koran setiap hari, bahkan lebih buruk setelah pernikahannya dengan Charles dulu.
Pada akhir 1993, Diana memutuskan untuk menarik diri dari kehidupan publik di tengah tekanan yang tidak dapat ditoleransi dan banyaknya narasi kejam tentang perpisahannya. Putri Wales itu menuntaskan perceraiannya dengan Charles pada Agustus 1996.
Penulis dan pakar kerajaan, Katie Nicholl, mengatakan kepada Radio 1 Newsbeat bahwa Diana selama hidupnya telah menjadi ikon kerajaan yang tidak ada duanya. Namun, sang pakar menambahkan bahwa seiring bertambahnya ketenaran, Diana juga menerima lebih banyak komentar negatif.
"Diana dikritik di media. Dia adalah orang paling terkenal di dunia dan paparazzi selalu hadir dalam kehidupan Pangeran William dan Harry," jelas Katie.
Benar saja, setelah menikah bersama Charles, Diana segera menyadari bahwa tidak ada buku panduan apa pun untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di dalam istana. Bukan hanya soal adaptasi yang cepat, tetapi juga mengenai sikap-sikap tertentu yang diberikan kepada publik.
Diana bahkan sempat mengalami kondisi yang kurang baik selama kehamilan anak pertama, Pangeran William. Ia kemudian mengalami depresi pascapersalinan. Belum selesai dengan itu, Diana tetap harus berupaya untuk mengatasi tekanan kehidupan kerajaan.
"Mungkin saya adalah orang pertama di keluarga ini yang pernah mengalami depresi atau menangis secara terbuka. Ketika tidak ada yang mendengarkan Anda, atau kita merasa tidak ada yang mendengar, segala macam hal mulai terjadi," kata Diana seraya mencatat bahwa ia merasakan banyak dukungan dari masyarakat, tetapi tidak begitu banyak dari Keluarga Kerajaan.
Setelah berpisah dari Charles, Diana menyadari bahwa orang-orang di sekitar istana mulai memperlakukannya secara berbeda. Ia juga merasa selalu menjadi berita utama di koran setiap hari, bahkan lebih buruk setelah pernikahannya dengan Charles dulu.
Pada akhir 1993, Diana memutuskan untuk menarik diri dari kehidupan publik di tengah tekanan yang tidak dapat ditoleransi dan banyaknya narasi kejam tentang perpisahannya. Putri Wales itu menuntaskan perceraiannya dengan Charles pada Agustus 1996.
Penulis dan pakar kerajaan, Katie Nicholl, mengatakan kepada Radio 1 Newsbeat bahwa Diana selama hidupnya telah menjadi ikon kerajaan yang tidak ada duanya. Namun, sang pakar menambahkan bahwa seiring bertambahnya ketenaran, Diana juga menerima lebih banyak komentar negatif.
Baca Juga
"Diana dikritik di media. Dia adalah orang paling terkenal di dunia dan paparazzi selalu hadir dalam kehidupan Pangeran William dan Harry," jelas Katie.
tulis komentar anda