Teknologi Digital Jadi Wajah Baru Dunia Hiburan
Sabtu, 17 Oktober 2020 - 13:15 WIB
Bahkan, peragaan busana pun bisa disaksikan secara virtual. Belum lama ini, Kurator dan Crea?tive Director, Jay Subyakto, mengadakan pagelaran peragaan busana secara virtual. Tentunya pagelaran ini ditujukan untuk memberikan semangat kepada para desainer muda Indonesia dan sekaligus membantu bisnis para UMKM (usaha mikro kecil menengah) di bidang fesyen agar tetap eksis. (Baca juga: Perkuat Imunitas Agar Tetap Sehat Selama Pandemi)
"Bukan hanya tantangan, tetapi juga ada kelebihannya membuat virtual show ini. Kalau fashion show pada umumnya kita bisa dengan mudah menentukan tema. Kalau melalui gawai, kita harus bikin formatnya, karena harus ada detail, nuansa, bukan hanya sekadar orang memakai busana, tapi harus ada konsep visualnya," ungkap Jay.
Melihat banyaknya virtual show yang seakan menjadi tren baru, membuat pengamat media sosial, Nukman Luthfie mengungkapkan bahwa masyarakat sekarang sudah banyak beralih ke dunia daring untuk memenuhi kebutuhan hiburan dan sumber informasi. Selain itu, agar para pelaku dunia hiburan bisa tetap berproduktif dan tidak jalan di tempat saja.
"Hiburan atau showbiz dalam bentuk virtual atau daring ini semakin banyak diminati, sehingga para pelaku bisnis atau penyelenggara berlomba-lomba ikut meramaikan dunia maya dengan berbagi acara kreatif dan konten acara hiburan yang beraneka ragam," jelas Nukman.
Beberapa platform digital pun seakan tidak mau kalah menawarkan aplikasi terbaiknya, seperti Loket Live yang memberikan layanan komprehensif dalam satu platform. Layanan ini berperan sebagai end to end service bagi para kreator acara, mulai dari pembuatan konsep dan persiapan event, pembuatan halaman event secara virtual, tampilan halaman streaming video, hingga analisis laporan setelah event selesai. (Baca juga: Didesak Mundur Puluhan Ribu Demonstran, PM Thailand Bertahan)
"Secara konsep, kami memberikan eksklusivitas dengan fitur lengkap untuk membantu pelaku industri, khususnya penyelenggara event agar bisa menyelenggarakan acaranya dengan cara yang mudah digunakan, efektif, dan efisien," Head of LOKET, Tubagus Utama.
Namun, bukan berarti dengan gabung dalam satu platform digital tidak memiliki tantangan tersendiri dalam membuat suatu virtual show bisa berjalan lancar. Banyak tantangan yang harus dilalui salah satunya bagaimana menghadirkan suasana dan juga detail pengalaman menyaksikan produk yang dipersembahkan hanya dari layar kaca. Selain itu, koneksi jaringan yang harus selalu dijaga.
"Tantangan lainnya para pelaku industri harus bisa beradaptasi dengan kondisi saat ini dan menggunakan kreativitas dalam menghadapi tantangan. Karena hanya yang kreatif, mampu melihat peluang, meningkatkan kompetensi, dan bertahan," ungkapnya.
Meskipun menawarkan banyak kemudahan, virtual show juga memiliki sisi negatif untuk masyarakat, salah satunya adalah kejenuhan. ?Direktur GM Production Indonesia yang juga sebagai ketua DPD Industri Event Indonesia (IVENDO), Ridho Sinto Mardaris, mengatakan, apabila konsep virtual ini dilakukan secara terus-menerus maka akan membuat masyarakat menjadi jenuh. (Lihat videonya: Pernyataan Bank Dunia Mengenai Undang-Undang Cipta Kerja)
Pihaknya pun belum menemukan formula yang tepat dalam membuat penyelenggaraan pertunjukan virtual. Permasalahannya, bagaimana para pekerja event ini bisa mendatangkan massa untuk menonton secara virtual namun tetap tidak berbayar?
"Bukan hanya tantangan, tetapi juga ada kelebihannya membuat virtual show ini. Kalau fashion show pada umumnya kita bisa dengan mudah menentukan tema. Kalau melalui gawai, kita harus bikin formatnya, karena harus ada detail, nuansa, bukan hanya sekadar orang memakai busana, tapi harus ada konsep visualnya," ungkap Jay.
Melihat banyaknya virtual show yang seakan menjadi tren baru, membuat pengamat media sosial, Nukman Luthfie mengungkapkan bahwa masyarakat sekarang sudah banyak beralih ke dunia daring untuk memenuhi kebutuhan hiburan dan sumber informasi. Selain itu, agar para pelaku dunia hiburan bisa tetap berproduktif dan tidak jalan di tempat saja.
"Hiburan atau showbiz dalam bentuk virtual atau daring ini semakin banyak diminati, sehingga para pelaku bisnis atau penyelenggara berlomba-lomba ikut meramaikan dunia maya dengan berbagi acara kreatif dan konten acara hiburan yang beraneka ragam," jelas Nukman.
Beberapa platform digital pun seakan tidak mau kalah menawarkan aplikasi terbaiknya, seperti Loket Live yang memberikan layanan komprehensif dalam satu platform. Layanan ini berperan sebagai end to end service bagi para kreator acara, mulai dari pembuatan konsep dan persiapan event, pembuatan halaman event secara virtual, tampilan halaman streaming video, hingga analisis laporan setelah event selesai. (Baca juga: Didesak Mundur Puluhan Ribu Demonstran, PM Thailand Bertahan)
"Secara konsep, kami memberikan eksklusivitas dengan fitur lengkap untuk membantu pelaku industri, khususnya penyelenggara event agar bisa menyelenggarakan acaranya dengan cara yang mudah digunakan, efektif, dan efisien," Head of LOKET, Tubagus Utama.
Namun, bukan berarti dengan gabung dalam satu platform digital tidak memiliki tantangan tersendiri dalam membuat suatu virtual show bisa berjalan lancar. Banyak tantangan yang harus dilalui salah satunya bagaimana menghadirkan suasana dan juga detail pengalaman menyaksikan produk yang dipersembahkan hanya dari layar kaca. Selain itu, koneksi jaringan yang harus selalu dijaga.
"Tantangan lainnya para pelaku industri harus bisa beradaptasi dengan kondisi saat ini dan menggunakan kreativitas dalam menghadapi tantangan. Karena hanya yang kreatif, mampu melihat peluang, meningkatkan kompetensi, dan bertahan," ungkapnya.
Meskipun menawarkan banyak kemudahan, virtual show juga memiliki sisi negatif untuk masyarakat, salah satunya adalah kejenuhan. ?Direktur GM Production Indonesia yang juga sebagai ketua DPD Industri Event Indonesia (IVENDO), Ridho Sinto Mardaris, mengatakan, apabila konsep virtual ini dilakukan secara terus-menerus maka akan membuat masyarakat menjadi jenuh. (Lihat videonya: Pernyataan Bank Dunia Mengenai Undang-Undang Cipta Kerja)
Pihaknya pun belum menemukan formula yang tepat dalam membuat penyelenggaraan pertunjukan virtual. Permasalahannya, bagaimana para pekerja event ini bisa mendatangkan massa untuk menonton secara virtual namun tetap tidak berbayar?
Lihat Juga :
tulis komentar anda