Didukung Nagaswara, Perjuangan Elkasih atas Hak Cipta Buahkan Hasil
Rabu, 11 November 2020 - 15:44 WIB
JAKARTA - Grup band Elkasih gandeng label Nagaswara untuk pengelolaan 13 lagu mereka. Mereka mempercayakan pengelolaan royalti karya-karya mereka selanjutnya di bawah bendera Nagaswara Publisherindo Musik. Melalui momentum Hari Pahlawan, Elkasih berupaya memperjuangkan hak royalti yang selama 10 tahun terakhir ini masih belum ada kejelasan.
( )
"Kami tidak pernah mendapatkan sepeser pun hak kami. Itulah permasalahannya selama 10-12 tahun. Baru sekarang kami dapat memerdekakan hak-hak kami yang sempat tersandera, dan kita ingin memperjuangkannya di mana hal terpenting kita tahu seperti apa laporannya. Royalti mau Rp1 pun enggak apa-apa yang penting itu hasil kerja, hasil keringat kita," ujar kibordis Elkasih, El Ari dalam jumpa pers di kantor Nagaswara, Jakarta Pusat, Selasa (10/11) malam.
Elkasih pada dasarnya ingin menyelesaikan permasalahan ini secara kekeluargaan selama ada transparansi. Sayangnya, sampai saat ini pihak yang menguasai lagu-lagu Elkasih selama 10 tahun belum mau diajak duduk bareng untuk mencarikan solusi terbaik. Sementara lagu-lagu Elkasih selama satu dekade terakhir dikomersialkan. "Mereka enggak bisa diajak ngobrol. Kita komunikasi dengan El Ibnu, dia bilang lagu kita harus dilindungi oleh Nagaswara," ungkap El Ari.
Keluhan terkait royalti atas hak cipta dari Elkasih itu pun disambut dengan tangan terbuka oleh Nagaswara yang memang komitmen untuk memperjuangkan hak royalti atas karya cipta . Menurut CEO Nagaswara, Rahayu Kertawiguna, musisi berhak mendapat royalti dari karya-karya yang telah mereka hasilkan.
"Saya apresiasi upaya dan perjuangan Elkasih untuk mendapatkan hak-hak atas lagu mereka. Tangan saya dan Nagaswara selalu terbuka untuk sama-sama mengelola lagu-lagu tersebut. Silakan terus berkarya, Elkasih bersama Nagaswara," kata Rahayu.
Rahayu menilai masalah ini bisa terus terjadi karena kebanyakan itu terjadi putus komunikasi antara musisi dengan perusahaan label rekaman atau publishing. Hal tersebut membuat hak atas karya musisi terabaikan. Putus komunikasi juga bisa terjadi karena pihak label bubar akibat bangkrut, sehingga tidak ada data atau laporan jelas royalti. Ujung-ujungnya hasil royalti tidak sampai ke tangan penulis lagu atau musisi.
"Saya mengimbau pencipta lagu dan pemilik hak untuk proaktif menanyakan royalti ini atau bahkan memberikan teguran atau sanksi kepada pihak yang nakal daripada dibiarkan terus, makanya harus aktif dari pihak pencipta lagunya sebagai pemilik karya," terang Rahayu.
Dalam kesempatan sama, pemerhati musik Bens Leo mengaku prihatin dan sedih dengan etika seniman saat ini ketika membawakan karya cipta musisi lain penghargaan dalam bentuk kesadaran untuk meminta izin si pemilik lagu masih sangat rendah.
"Jadi kalau ambil atau gunakan (meng-cover) karya orang lain sebaiknya tata krama atau sopannya harus izin dahulu karena ada hak ekonomi dan moral yang merupakan prinsip dasar dalam hak cipta karya. Dan saya melihat Nagaswara begitu komitmen serta perhatian untuk perlindungan karya musisi terkait hak ekonomi atau hak moral," papar Bens Leo.
(Baca juga: JKT48 Terdampak Pandemi, Sepi Job Berujung Pengurangan Personel )
Sementara itu, El Kasih merupakan band yang terbentuk pada 1 Januari 2008. Pada tahun yang sama, El Kasih merilis mini album perdana mereka yang berjudul Pesan Dari Surga dengan single Kau Tigakan Cinta. Melalui mini album tersebut, nama El Kasih menggema di blantika musik Indonesia. Dua tahun berselang, Elkasih merilis album kedua mereka Cinta Itu Ada. Album ini berisi tujuh buah lagu, dan hampir seluruh lagunya diciptakan Noventino Budi Lesmana alias El Ibnu.
( )
"Kami tidak pernah mendapatkan sepeser pun hak kami. Itulah permasalahannya selama 10-12 tahun. Baru sekarang kami dapat memerdekakan hak-hak kami yang sempat tersandera, dan kita ingin memperjuangkannya di mana hal terpenting kita tahu seperti apa laporannya. Royalti mau Rp1 pun enggak apa-apa yang penting itu hasil kerja, hasil keringat kita," ujar kibordis Elkasih, El Ari dalam jumpa pers di kantor Nagaswara, Jakarta Pusat, Selasa (10/11) malam.
Elkasih pada dasarnya ingin menyelesaikan permasalahan ini secara kekeluargaan selama ada transparansi. Sayangnya, sampai saat ini pihak yang menguasai lagu-lagu Elkasih selama 10 tahun belum mau diajak duduk bareng untuk mencarikan solusi terbaik. Sementara lagu-lagu Elkasih selama satu dekade terakhir dikomersialkan. "Mereka enggak bisa diajak ngobrol. Kita komunikasi dengan El Ibnu, dia bilang lagu kita harus dilindungi oleh Nagaswara," ungkap El Ari.
Keluhan terkait royalti atas hak cipta dari Elkasih itu pun disambut dengan tangan terbuka oleh Nagaswara yang memang komitmen untuk memperjuangkan hak royalti atas karya cipta . Menurut CEO Nagaswara, Rahayu Kertawiguna, musisi berhak mendapat royalti dari karya-karya yang telah mereka hasilkan.
"Saya apresiasi upaya dan perjuangan Elkasih untuk mendapatkan hak-hak atas lagu mereka. Tangan saya dan Nagaswara selalu terbuka untuk sama-sama mengelola lagu-lagu tersebut. Silakan terus berkarya, Elkasih bersama Nagaswara," kata Rahayu.
Rahayu menilai masalah ini bisa terus terjadi karena kebanyakan itu terjadi putus komunikasi antara musisi dengan perusahaan label rekaman atau publishing. Hal tersebut membuat hak atas karya musisi terabaikan. Putus komunikasi juga bisa terjadi karena pihak label bubar akibat bangkrut, sehingga tidak ada data atau laporan jelas royalti. Ujung-ujungnya hasil royalti tidak sampai ke tangan penulis lagu atau musisi.
"Saya mengimbau pencipta lagu dan pemilik hak untuk proaktif menanyakan royalti ini atau bahkan memberikan teguran atau sanksi kepada pihak yang nakal daripada dibiarkan terus, makanya harus aktif dari pihak pencipta lagunya sebagai pemilik karya," terang Rahayu.
Dalam kesempatan sama, pemerhati musik Bens Leo mengaku prihatin dan sedih dengan etika seniman saat ini ketika membawakan karya cipta musisi lain penghargaan dalam bentuk kesadaran untuk meminta izin si pemilik lagu masih sangat rendah.
"Jadi kalau ambil atau gunakan (meng-cover) karya orang lain sebaiknya tata krama atau sopannya harus izin dahulu karena ada hak ekonomi dan moral yang merupakan prinsip dasar dalam hak cipta karya. Dan saya melihat Nagaswara begitu komitmen serta perhatian untuk perlindungan karya musisi terkait hak ekonomi atau hak moral," papar Bens Leo.
(Baca juga: JKT48 Terdampak Pandemi, Sepi Job Berujung Pengurangan Personel )
Sementara itu, El Kasih merupakan band yang terbentuk pada 1 Januari 2008. Pada tahun yang sama, El Kasih merilis mini album perdana mereka yang berjudul Pesan Dari Surga dengan single Kau Tigakan Cinta. Melalui mini album tersebut, nama El Kasih menggema di blantika musik Indonesia. Dua tahun berselang, Elkasih merilis album kedua mereka Cinta Itu Ada. Album ini berisi tujuh buah lagu, dan hampir seluruh lagunya diciptakan Noventino Budi Lesmana alias El Ibnu.
(nug)
tulis komentar anda