Studi: Covid-19 Meningkatkan Risiko Gangguan Kejiwaan
Rabu, 11 November 2020 - 16:33 WIB
JAKARTA - Penelitian terbaru menemukan bahwa Covid-19 meningkatkan risiko mengembangkan gangguan kejiwaan. Hampir satu dari lima orang yang tertular virus didiagnosis dengan kecemasan, depresi atau gangguan kejiwaan lainnya dalam tiga bulan.
Dilansir Daily Mail, peneliti Universitas Oxford mengatakan, penelitian terhadap hampir 70 juta orang di AS mengkonfirmasi ketakutan mereka bahwa Covid-19 terkait dengan kesehatan mental yang buruk. (Baca juga: DJ Katty Butterfly Makin Tekun Dalami Islam )
Hasil penelitian ini menunjukkan satu dari 16 penyintas virus corona didiagnosis dengan penyakit mental untuk pertama kalinya dan sisanya kambuh. Para peneliti, yang temuannya dipublikasikan di Lancet Psychiatry, berpendapat bahwa ini sebagian merupakan efek gangguan yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19.
Tetapi mereka percaya Covid-19 m
ungkin berdampak pada sistem saraf pusat yang secara langsung memengaruhi fungsi otak. Ditemukan juga bahwa orang dengan masalah kesehatan mental lebih berisiko tertular Covid-19. Para ahli berspekulasi ini mungkin karena obat mereka mempermudah virus corona untuk menginfeksi sel.
Di antara orang-orang yang sudah memiliki kondisi kejiwaan, risiko terkena Covid-19 adalah 65% lebih tinggi daripada mereka yang tidak memilikinya. Peneliti menilai, ini adalah penemuan yang paling mengejutkan. Namun tim mengingatkan tidak terlalu signifikan bahwa kelompok ini perlu melindungi.
Profesor Paul Harrison, psikiater yang memimpin studi Oxford, mencurigai hubungan antara Covid-19 dan gangguan kejiwaan adalah campuran dari virus corona yang berdampak nyata pada otak, dan dampak pandemi terhadap kesehatan mental masyarakat.
"Saya pikir faktor selanjutnya, lingkungan Covid, pengetahuan Anda tentang Covid, dan kekhawatiran yang harus dimiliki untuk kesehatan masa depan Anda. Saya pikir itu sangat mungkin menjadi faktor penting," kata Harrison.
Penelitian tersebut membandingkan Covid-19 dengan berbagai peristiwa kesehatan lain yang terjadi selama pandemi menggunakan catatan kesehatan elektronik. Di antaranya influenza (flu), infeksi saluran pernapasan lain seperti pneumonia, infeksi kulit, batu empedu, batu ginjal, dan patah tulang yang besar.
Dilansir Daily Mail, peneliti Universitas Oxford mengatakan, penelitian terhadap hampir 70 juta orang di AS mengkonfirmasi ketakutan mereka bahwa Covid-19 terkait dengan kesehatan mental yang buruk. (Baca juga: DJ Katty Butterfly Makin Tekun Dalami Islam )
Hasil penelitian ini menunjukkan satu dari 16 penyintas virus corona didiagnosis dengan penyakit mental untuk pertama kalinya dan sisanya kambuh. Para peneliti, yang temuannya dipublikasikan di Lancet Psychiatry, berpendapat bahwa ini sebagian merupakan efek gangguan yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19.
Tetapi mereka percaya Covid-19 m
ungkin berdampak pada sistem saraf pusat yang secara langsung memengaruhi fungsi otak. Ditemukan juga bahwa orang dengan masalah kesehatan mental lebih berisiko tertular Covid-19. Para ahli berspekulasi ini mungkin karena obat mereka mempermudah virus corona untuk menginfeksi sel.
Di antara orang-orang yang sudah memiliki kondisi kejiwaan, risiko terkena Covid-19 adalah 65% lebih tinggi daripada mereka yang tidak memilikinya. Peneliti menilai, ini adalah penemuan yang paling mengejutkan. Namun tim mengingatkan tidak terlalu signifikan bahwa kelompok ini perlu melindungi.
Profesor Paul Harrison, psikiater yang memimpin studi Oxford, mencurigai hubungan antara Covid-19 dan gangguan kejiwaan adalah campuran dari virus corona yang berdampak nyata pada otak, dan dampak pandemi terhadap kesehatan mental masyarakat.
"Saya pikir faktor selanjutnya, lingkungan Covid, pengetahuan Anda tentang Covid, dan kekhawatiran yang harus dimiliki untuk kesehatan masa depan Anda. Saya pikir itu sangat mungkin menjadi faktor penting," kata Harrison.
Penelitian tersebut membandingkan Covid-19 dengan berbagai peristiwa kesehatan lain yang terjadi selama pandemi menggunakan catatan kesehatan elektronik. Di antaranya influenza (flu), infeksi saluran pernapasan lain seperti pneumonia, infeksi kulit, batu empedu, batu ginjal, dan patah tulang yang besar.
Lihat Juga :
tulis komentar anda