Waspada, Dampak Serius Diabetes Melitus Mengakibatkan Kebutaan
Sabtu, 12 Desember 2020 - 01:33 WIB
JAKARTA - Kebutaan adalah dampak serius dari diabetes melitus yang jarang diketahui sebagian besar masyarakat, bahkan oleh penderita diabetes sendiri.
Risiko gangguan mata hingga kebutaan akibat diabetes disebut retinopati diabetik dan merupakan 3 besar komplikasi diabetes terbanyak dan penyebab kebutaan global ke-5 terbesar. (Baca juga: 7 Cara Cegah Diabetes, Salah Satunya Minum Kopi dan Teh )
Dalam upaya pencegahan dan penanganan dini gejala Retinopati Diabetik pada penderita diabetes di Indonesia, Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) bersama Novartis Indonesia mengadakan kampanye “Fight Against Blindness from Diabetes.” Dalam kampanye tersebut akan dilakukan pemeriksaan sebanyak 10,000 pasien diabetes di beberapa kota besar Indonesia.
“Selain screening di sejumlah puskesmas, klinik dan rumah sakit, kami juga mengedukasi pasien dan juga masyarakat luas mengenai risiko buta akibat Diabetes Mellitus. Kampanye ini bersinambung dengan semangat peringatan Hari Pengelihatan Dunia pada 14 Oktober lalu dan Hari Diabetes Sedunia pada 14 November,” jelas dr. M Sidik, SpM(K), Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia pada (11/12) 2020 lalu saat mensosialisasikan kepada pers via aplikasi virtual mengenai program kampanye dan bahaya penyakit Retinopati Diabetik.
dr. M Sidik, SpM(K) lanjut mengatakan bahwa kampanye ini pun semakin penting agar dapat membantu para penderita diabetes agar tetap menjaga kesehatan selama pandemic COVID-19, dimana kondisi tubuh lebih rentan karena harus lebih banyak berdiam diri di rumah dan memiliki keterbatasan ruang gerak.
“Lebih dari 60% pasien Diabetes Mellitus memiliki gangguan penglihatan yang disebabkan oleh berbagai kelainan seperti Katarak, kelainan refraksi, Glaukoma, Diabetik Retinopati, dan lain lain. Faktanya, banyak pasien yang tidak memeriksakan matanya karena belum memiliki keluhan atau tidak sempat periksa mata karena harus berobat untuk kompllikasi Diabetes Mellitus lainnya. Gangguan penglihatan dan kebutaan akan menurunkan kualitas hidup pasien dan menjadi beban keluarga, masyarakat dan juga Pemerintah,” papar Dr. Yeni D Lestari, SpM(K).
Karena itu pemeriksaan atau skrining mata pada pasien Diabetes Mellitus sangat penting untuk mencegah kebutaan dan harus menjadi bagian dari layanan rutin yang disediakan oleh fasilitas kesehatan terutama di fasilitas kesehatan primer.
Diabetes Mellitus merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah. Retinopati Diabetik terjadi saat kadar darah yang tinggi merusak pembuluh darah di retina mata. Pembuluh darah akan bocor sehingga muncul bintik-bintik perdarahan di retina. Hal ini menyebabkan penglihatan kabur hingga buta.
“Kerusakan pada retina ini sering tidak dirasakan oleh pasien terutama pada fase-fase awal penyakit, sehingga banyak pasien yang datang berobat pada keadaan yang sudah lanjut; dan perlu diingat Kondisi ini akan bersifat permanen apabila tidak segera ditangani dengan tepat. Walaupun masih pandemi, para pasien diabetes diimbau untuk tetap melakukan konsultasi dan pemeriksaan rutin, tentunya dengan tetap mengikuti protokol kesehatan yang berlaku. Hal ini perlu dilakukan guna memastikan penyakitnya tetap terkendali serta mengantisipasi kemungkinan terjadinya perburukan penglihatan," jelas Prof. dr. Arief S Kartasasmita, SpM(K), PhD.
Berdasarkan hasil survei Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) yang dilakukan oleh PERDAMI dalam kurun 2014 hingga 2016, sebanyak delapan juta orang mengalami gangguan penglihatan, 1,6 juta menderita kebutaan, dan 6,4 juta menderita gangguan penglihatan skala sedang hingga berat. (Baca juga: Dimas Ahmad Izin Kencan, Raffi Ahmad Langsung Pinjami Mobil )
Hanum Yahya, Country Head of Public Affairs, Communications & Patient Advocacy Novartis Indonesia mengatakan, untuk dapat mencegah dan mengobati Retinopati Diabetik diperlukan pemeriksaan dini agar dapat diketahui perawatan serta pengobatan yang tepat. Data yang akurat dapat juga memberikan indikasi beban sosial dan ekonomi yang dapat disebabkan oleh kebutaan. Karena itu penting bagi kami untuk memberikan edukasi kepada masyarakat dalam upaya pencegahan gangguan penglihatan, khususnya yang diakibatkan oleh penyakit diabetes, agar lebih banyak mata yang dapat diselamatkan.
Menurut WHO, setidaknya 2,2 miliar orang secara global memiliki gangguan penglihatan atau kebutaan. Sekitar 1 miliar orang diantaranya memiliki gangguan penglihatan yang sebenarnya bisa dicegah atau belum ditangani, dan 3 juta orang memiliki gangguan penglihatan atau buta akibat Retinopati Diabetik.
Risiko gangguan mata hingga kebutaan akibat diabetes disebut retinopati diabetik dan merupakan 3 besar komplikasi diabetes terbanyak dan penyebab kebutaan global ke-5 terbesar. (Baca juga: 7 Cara Cegah Diabetes, Salah Satunya Minum Kopi dan Teh )
Dalam upaya pencegahan dan penanganan dini gejala Retinopati Diabetik pada penderita diabetes di Indonesia, Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) bersama Novartis Indonesia mengadakan kampanye “Fight Against Blindness from Diabetes.” Dalam kampanye tersebut akan dilakukan pemeriksaan sebanyak 10,000 pasien diabetes di beberapa kota besar Indonesia.
“Selain screening di sejumlah puskesmas, klinik dan rumah sakit, kami juga mengedukasi pasien dan juga masyarakat luas mengenai risiko buta akibat Diabetes Mellitus. Kampanye ini bersinambung dengan semangat peringatan Hari Pengelihatan Dunia pada 14 Oktober lalu dan Hari Diabetes Sedunia pada 14 November,” jelas dr. M Sidik, SpM(K), Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia pada (11/12) 2020 lalu saat mensosialisasikan kepada pers via aplikasi virtual mengenai program kampanye dan bahaya penyakit Retinopati Diabetik.
dr. M Sidik, SpM(K) lanjut mengatakan bahwa kampanye ini pun semakin penting agar dapat membantu para penderita diabetes agar tetap menjaga kesehatan selama pandemic COVID-19, dimana kondisi tubuh lebih rentan karena harus lebih banyak berdiam diri di rumah dan memiliki keterbatasan ruang gerak.
“Lebih dari 60% pasien Diabetes Mellitus memiliki gangguan penglihatan yang disebabkan oleh berbagai kelainan seperti Katarak, kelainan refraksi, Glaukoma, Diabetik Retinopati, dan lain lain. Faktanya, banyak pasien yang tidak memeriksakan matanya karena belum memiliki keluhan atau tidak sempat periksa mata karena harus berobat untuk kompllikasi Diabetes Mellitus lainnya. Gangguan penglihatan dan kebutaan akan menurunkan kualitas hidup pasien dan menjadi beban keluarga, masyarakat dan juga Pemerintah,” papar Dr. Yeni D Lestari, SpM(K).
Karena itu pemeriksaan atau skrining mata pada pasien Diabetes Mellitus sangat penting untuk mencegah kebutaan dan harus menjadi bagian dari layanan rutin yang disediakan oleh fasilitas kesehatan terutama di fasilitas kesehatan primer.
Diabetes Mellitus merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah. Retinopati Diabetik terjadi saat kadar darah yang tinggi merusak pembuluh darah di retina mata. Pembuluh darah akan bocor sehingga muncul bintik-bintik perdarahan di retina. Hal ini menyebabkan penglihatan kabur hingga buta.
“Kerusakan pada retina ini sering tidak dirasakan oleh pasien terutama pada fase-fase awal penyakit, sehingga banyak pasien yang datang berobat pada keadaan yang sudah lanjut; dan perlu diingat Kondisi ini akan bersifat permanen apabila tidak segera ditangani dengan tepat. Walaupun masih pandemi, para pasien diabetes diimbau untuk tetap melakukan konsultasi dan pemeriksaan rutin, tentunya dengan tetap mengikuti protokol kesehatan yang berlaku. Hal ini perlu dilakukan guna memastikan penyakitnya tetap terkendali serta mengantisipasi kemungkinan terjadinya perburukan penglihatan," jelas Prof. dr. Arief S Kartasasmita, SpM(K), PhD.
Berdasarkan hasil survei Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) yang dilakukan oleh PERDAMI dalam kurun 2014 hingga 2016, sebanyak delapan juta orang mengalami gangguan penglihatan, 1,6 juta menderita kebutaan, dan 6,4 juta menderita gangguan penglihatan skala sedang hingga berat. (Baca juga: Dimas Ahmad Izin Kencan, Raffi Ahmad Langsung Pinjami Mobil )
Hanum Yahya, Country Head of Public Affairs, Communications & Patient Advocacy Novartis Indonesia mengatakan, untuk dapat mencegah dan mengobati Retinopati Diabetik diperlukan pemeriksaan dini agar dapat diketahui perawatan serta pengobatan yang tepat. Data yang akurat dapat juga memberikan indikasi beban sosial dan ekonomi yang dapat disebabkan oleh kebutaan. Karena itu penting bagi kami untuk memberikan edukasi kepada masyarakat dalam upaya pencegahan gangguan penglihatan, khususnya yang diakibatkan oleh penyakit diabetes, agar lebih banyak mata yang dapat diselamatkan.
Menurut WHO, setidaknya 2,2 miliar orang secara global memiliki gangguan penglihatan atau kebutaan. Sekitar 1 miliar orang diantaranya memiliki gangguan penglihatan yang sebenarnya bisa dicegah atau belum ditangani, dan 3 juta orang memiliki gangguan penglihatan atau buta akibat Retinopati Diabetik.
(tdy)
Lihat Juga :
tulis komentar anda