Potensi Pengembangan Produk Fashion di Pesantren
Senin, 14 Desember 2020 - 01:35 WIB
JAKARTA - Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi Banten bersinergi dengan perancang busana Wignyo Rahadi menggelar program pelatihan dan pemberdayaan di bidang fashion untuk para santri. Hal itu karena mempertimbangkan besarnya potensi usaha produk fashion dan sumber daya bidang fashion di pondok pesantren di wilayah Banten.
Desainer Wignyo Rahadi menjelaskan, pesantren mempunyai andil cukup besar dalam proses menciptakan sumber daya manusia yang unggul, berkualitas, dan religius di bidang usaha fashion. Sebagai upaya pengembangan serta penguatan ekonomi dan keuangan syariah di Tanah Air, salah satunya dengan mendorong kemandirian ekonomi pesantren.
(
)
“Begitu banyak potensi unit usaha pesantren yang dapat dikembangkan,” ujar Wignyo melalui keterangan tertulis.
Di wilayah Banten, di antaranya adalah potensi usaha konveksi dan industri fashion. Menurut Wignyo, apabila potensi tersebut didayagunakan secara profesional, maka akan mampu menggerakkan ekonomi pesantren.
“Tak hanya itu, pendayagunaan ini bahkan dapat memberikan manfaat ke lingkungan masyarakat sekitar pesantren. Apabila dikembangkan lebih jauh dapat turut mewujudkan kekuatan ekonomi baru di Indonesia yang berbasis syariah,” ujar Wignyo.
Wignyo menambahkan, Pondok Pesantren Roudlotul Huda di Pandeglang, Banten, dan masyarakat sekitar sebenarnya telah menjalani usaha konveksi. Untuk lebih memaksimalkan usaha konveksi tersebut, maka diadakanlah pelatihan bidang fashion yang disebut Bootcamp Fashion.
“Ini merupakan bagian dari program pengembangan kemandirian ekonomi pondok pesantren melalui peningkatan kualitas dan kapasitas produk fashion muslim,” ujar Wignyo.
Bootcamp Fashion 2020 dilaksanakan pada November 2020 selama 14 hari yang diikuti oleh 40 peserta, terdiri dari santri dan beberapa UMKM fashion binaan KPw Bank Indonesia Provinsi Banten. Peserta pelatihan ini dibagi dalam 2 kelas, yaitu kelas desain dan kelas menjahit.
Dengan mengikuti Bootcamp Fashion 2020, peserta ditargetkan dapat merealisasikan sketsa rancangan menjadi busana siap pakai. Selama masa pelatihan, peserta diarahkan membuat tiga jenis busana siap pakai. “Dimulai dari busana dengan desain dasar, selanjutnya busana dengan pengembangan desain seperti pecah pola dan aplikasi lebih dari satu jenis bahan, serta terakhir yang lebih kompleks adalah busana untuk fashion show,” ujar Wignyo.
( )
Peserta Bootcamp Fashion 2020 ditantang untuk mengaplikasikan kain tradisional asal Banten, yaitu Tenun Baduy dan Batik Lebak, dalam ragam rancangan dengan sentuhan modern. Koleksi busana karya para santri Pondok Pesantren Roudlotul Huda dan peserta Fashion Bootcamp 2020 berkesempatan ditampilkan dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten yang diselenggarakan secara virtual pada awal Desember 2020.
Desainer Wignyo Rahadi menjelaskan, pesantren mempunyai andil cukup besar dalam proses menciptakan sumber daya manusia yang unggul, berkualitas, dan religius di bidang usaha fashion. Sebagai upaya pengembangan serta penguatan ekonomi dan keuangan syariah di Tanah Air, salah satunya dengan mendorong kemandirian ekonomi pesantren.
(
Baca Juga
“Begitu banyak potensi unit usaha pesantren yang dapat dikembangkan,” ujar Wignyo melalui keterangan tertulis.
Di wilayah Banten, di antaranya adalah potensi usaha konveksi dan industri fashion. Menurut Wignyo, apabila potensi tersebut didayagunakan secara profesional, maka akan mampu menggerakkan ekonomi pesantren.
“Tak hanya itu, pendayagunaan ini bahkan dapat memberikan manfaat ke lingkungan masyarakat sekitar pesantren. Apabila dikembangkan lebih jauh dapat turut mewujudkan kekuatan ekonomi baru di Indonesia yang berbasis syariah,” ujar Wignyo.
Wignyo menambahkan, Pondok Pesantren Roudlotul Huda di Pandeglang, Banten, dan masyarakat sekitar sebenarnya telah menjalani usaha konveksi. Untuk lebih memaksimalkan usaha konveksi tersebut, maka diadakanlah pelatihan bidang fashion yang disebut Bootcamp Fashion.
“Ini merupakan bagian dari program pengembangan kemandirian ekonomi pondok pesantren melalui peningkatan kualitas dan kapasitas produk fashion muslim,” ujar Wignyo.
Bootcamp Fashion 2020 dilaksanakan pada November 2020 selama 14 hari yang diikuti oleh 40 peserta, terdiri dari santri dan beberapa UMKM fashion binaan KPw Bank Indonesia Provinsi Banten. Peserta pelatihan ini dibagi dalam 2 kelas, yaitu kelas desain dan kelas menjahit.
Dengan mengikuti Bootcamp Fashion 2020, peserta ditargetkan dapat merealisasikan sketsa rancangan menjadi busana siap pakai. Selama masa pelatihan, peserta diarahkan membuat tiga jenis busana siap pakai. “Dimulai dari busana dengan desain dasar, selanjutnya busana dengan pengembangan desain seperti pecah pola dan aplikasi lebih dari satu jenis bahan, serta terakhir yang lebih kompleks adalah busana untuk fashion show,” ujar Wignyo.
( )
Peserta Bootcamp Fashion 2020 ditantang untuk mengaplikasikan kain tradisional asal Banten, yaitu Tenun Baduy dan Batik Lebak, dalam ragam rancangan dengan sentuhan modern. Koleksi busana karya para santri Pondok Pesantren Roudlotul Huda dan peserta Fashion Bootcamp 2020 berkesempatan ditampilkan dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten yang diselenggarakan secara virtual pada awal Desember 2020.
(tsa)
tulis komentar anda