Rapid Test Antigen Tidak Efektif 100%?
Jum'at, 01 Januari 2021 - 08:01 WIB
JAKARTA - Beberapa kondisi rapid test antigen dapat digunakan di antaranya, investigasi cepat bila terjadi kecurigaan wabah di suatu tempat yang sifatnya semi-tertutup atau tertutup, terutama bila hasil Polymerase Chain Reaction (PCR) tidak keluar cepat.
Hasil positif dapat membantu untuk segera melakukan tindakan pencegahan penularan infeksi lebih luas. Rapid test antigen juga mendukung investigasi wabah pada tempat di mana orang banyak berkumpul, seperti asrama, panti asuhan, panti jompo, pabrik, pesantren, sekolah, perkantoran, kapal pesiar. (Baca juga: Target Objek Wisata Ramai Pengunjung, Dinkes-Disparbud Gelar Rapid Test Antigen )
Rapid test antigen juga dapat digunakan untuk segera melakukan skrining pada orang yang rentan terinfeksi sebagai skrining pada orang yang kontak erat tanpa gejala, termasuk pemantauan tren insidens penyakit Covid-19 di masyarakat, terutama bagi pekerja di bidang kesehatan atau bidang esensial lain (yang tetap harus bekerja di kantor).
Pemilihan rapid test antigen yang berkualitas sangat penting, WHO mensyaratkan agar rapid test antigen SARS-CoV-2 yang digunakan memiliki sensitivitas kurang lebih 80% dan spesifisitas sekira 97%.
Pemerintah sendiri menganjurkan rapid test antigen untuk mengendalikan COVID-19 bagi mereka yang akan bepergian.
Dr. Muhammad Irhamsyah, Sp.PK, M.Kes, Dokter Spesialis Patologi Klinik Primaya Hospital Bekasi Timur menilai langkah ini cukup efektif.
“Saya rasa program ini efektif, namun tidak 100% efektif karena dari segi akurasi alat yang masih rendah dibandingkan dengan tes material genetik SARS COV2 (PCR),” ujar dr. Irhamsyah. (Baca juga: Apa Saja Manfaat yang Diperoleh saat Minum Air Kelapa? )
“Sehingga hasilnya negatif, bukan berarti menyingkirkan kemungkinan terinfeksi SARS-cov-2. Karenanya disarankan untuk melakukan tes ulang atau tes konfirmasi dengan PCR tes karena probabilitas terinfeksi relatif tinggi, terutama bila pasien bergejala atau diketahui memiliki kontak dengan orang yang terkonfirmasi COVID-19,” sambung dia. Sri noviarni
Hasil positif dapat membantu untuk segera melakukan tindakan pencegahan penularan infeksi lebih luas. Rapid test antigen juga mendukung investigasi wabah pada tempat di mana orang banyak berkumpul, seperti asrama, panti asuhan, panti jompo, pabrik, pesantren, sekolah, perkantoran, kapal pesiar. (Baca juga: Target Objek Wisata Ramai Pengunjung, Dinkes-Disparbud Gelar Rapid Test Antigen )
Rapid test antigen juga dapat digunakan untuk segera melakukan skrining pada orang yang rentan terinfeksi sebagai skrining pada orang yang kontak erat tanpa gejala, termasuk pemantauan tren insidens penyakit Covid-19 di masyarakat, terutama bagi pekerja di bidang kesehatan atau bidang esensial lain (yang tetap harus bekerja di kantor).
Pemilihan rapid test antigen yang berkualitas sangat penting, WHO mensyaratkan agar rapid test antigen SARS-CoV-2 yang digunakan memiliki sensitivitas kurang lebih 80% dan spesifisitas sekira 97%.
Pemerintah sendiri menganjurkan rapid test antigen untuk mengendalikan COVID-19 bagi mereka yang akan bepergian.
Dr. Muhammad Irhamsyah, Sp.PK, M.Kes, Dokter Spesialis Patologi Klinik Primaya Hospital Bekasi Timur menilai langkah ini cukup efektif.
“Saya rasa program ini efektif, namun tidak 100% efektif karena dari segi akurasi alat yang masih rendah dibandingkan dengan tes material genetik SARS COV2 (PCR),” ujar dr. Irhamsyah. (Baca juga: Apa Saja Manfaat yang Diperoleh saat Minum Air Kelapa? )
“Sehingga hasilnya negatif, bukan berarti menyingkirkan kemungkinan terinfeksi SARS-cov-2. Karenanya disarankan untuk melakukan tes ulang atau tes konfirmasi dengan PCR tes karena probabilitas terinfeksi relatif tinggi, terutama bila pasien bergejala atau diketahui memiliki kontak dengan orang yang terkonfirmasi COVID-19,” sambung dia. Sri noviarni
(tdy)
tulis komentar anda