Imperfect the Series, Gaya Kocak Geng Indekos Dibalut Pesan Positif buat Kaum Hawa
Minggu, 17 Januari 2021 - 22:52 WIB
Adapun Ernest Prakasa menyorot kehidupan geng kosan berpersonilkan Neti, Maria, Endah, dan Prita. Lewat series yang merupakan spin off dari film IMPERFECT ini, Ernest ingin merobohkan standar ganda yang berlaku di industri.
Pertama, ia memakai empat aktris yang namanya belum begitu populer sebagai pemeran utama. Kedua, para pemeran sengaja dipilih untuk patahkan standar kecantikan di masyarakat.
"Terlibat serial ini saya merasa luar biasa bangga, bersyukur. Karena bukan hal yang mudah, yang lazim, sebuah serial mengedepankan pemain yang unknown, yang bukan bintang besar. Cewek-cewek ini bukan cewek-cewek cantik seperti beauty standard yang bertebaran di iklan produk kecantikan dan mereka ini unik sekali. Kesempatan hadirkan serial ini adalah privilege yang luar biasa," tutur Ernest.
Menurut sineas kelahiran Jakarta, 29 Januari 1982, ini adalah kesempatan untuk menghadirkan serial sebagai sebuah privilege. Karena menurut dia, Imperfect the Series adalah sebuah tayangan yang tidak biasa.
"Ketika awal idenya muncul, ketika persiapan film Imperfect itu, aku lagi reading sama mereka. Terus ngeliat chemistry mereka berempat yang sebenarnya kalau Kiki, Aci sama Neneng, satu komunitas, kita sama-sama anak-anak stand up. Tapi Zsa Zsa itu dari luar, bukan komunitas kita, umurnya juga terpaut cukup jauh tapi bisa blend dengan luar biasa," ungkap dia.
Ketika reading film Imperfect, Ernest bercerita sudah punya feeling kalau Kiki, Aci, Neneng, dan Zsa Zsa bisa dieksplor lebih jauh.
"Walaupun orang kalau nonton film Imperfect pasti 4 orang ini akan mencuri perhatian. Tapi, buat aku itu nggak cukup. Mereka layak dapat panggung yang lebih besar lagi. Jadi dari situ aku mulai diskusi sama Pak Parwez, 'Pak kayaknya empat anak ini punya potensi untuk dijadikan series'," tuturnya.
Ernest mempercayakan serial ini dinahkodai oleh Naya Anindita. Mengingat tema yang diemban, alangkah perlu bila series tersebut dikerjakan oleh sutradara perempuan.
"Saya senang ngasih kesempatan sutradara perempuan untuk direct serial ini. Karena angkat isu soal body shaming, beauty standard, insecurities, makanya paling tepat dibawakan sutradara perempuan," tandas Ernest.
Pertama, ia memakai empat aktris yang namanya belum begitu populer sebagai pemeran utama. Kedua, para pemeran sengaja dipilih untuk patahkan standar kecantikan di masyarakat.
"Terlibat serial ini saya merasa luar biasa bangga, bersyukur. Karena bukan hal yang mudah, yang lazim, sebuah serial mengedepankan pemain yang unknown, yang bukan bintang besar. Cewek-cewek ini bukan cewek-cewek cantik seperti beauty standard yang bertebaran di iklan produk kecantikan dan mereka ini unik sekali. Kesempatan hadirkan serial ini adalah privilege yang luar biasa," tutur Ernest.
Menurut sineas kelahiran Jakarta, 29 Januari 1982, ini adalah kesempatan untuk menghadirkan serial sebagai sebuah privilege. Karena menurut dia, Imperfect the Series adalah sebuah tayangan yang tidak biasa.
"Ketika awal idenya muncul, ketika persiapan film Imperfect itu, aku lagi reading sama mereka. Terus ngeliat chemistry mereka berempat yang sebenarnya kalau Kiki, Aci sama Neneng, satu komunitas, kita sama-sama anak-anak stand up. Tapi Zsa Zsa itu dari luar, bukan komunitas kita, umurnya juga terpaut cukup jauh tapi bisa blend dengan luar biasa," ungkap dia.
Ketika reading film Imperfect, Ernest bercerita sudah punya feeling kalau Kiki, Aci, Neneng, dan Zsa Zsa bisa dieksplor lebih jauh.
"Walaupun orang kalau nonton film Imperfect pasti 4 orang ini akan mencuri perhatian. Tapi, buat aku itu nggak cukup. Mereka layak dapat panggung yang lebih besar lagi. Jadi dari situ aku mulai diskusi sama Pak Parwez, 'Pak kayaknya empat anak ini punya potensi untuk dijadikan series'," tuturnya.
Ernest mempercayakan serial ini dinahkodai oleh Naya Anindita. Mengingat tema yang diemban, alangkah perlu bila series tersebut dikerjakan oleh sutradara perempuan.
"Saya senang ngasih kesempatan sutradara perempuan untuk direct serial ini. Karena angkat isu soal body shaming, beauty standard, insecurities, makanya paling tepat dibawakan sutradara perempuan," tandas Ernest.
Lihat Juga :
tulis komentar anda