Usai Suntik Vaksin Tak Otomatis Langsung Kebal Covid-19, Ini Penjelasannya!

Jum'at, 22 Januari 2021 - 10:45 WIB
Karenanya, protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan haruslah tetap dipegang hingga cakupan vaksin mendekati kekebalan kelompok, yaitu dimana sudah cukup banyak orang yang kebal terhadap penyakit sehingga penyebaran dapat dihentikan.

Beberapa studi telah memprediksi setidaknya populasi yang divaksin haruslah mencapai 75-80% agar mencapai kekebalan kelompok, dan bisa saja naik jika varian virus baru muncul. “Setiap orang harus tetap memakai masker dan melakukan upaya mengurangi transmisi virus sehingga dapat dikontrol,” kata Imunologis dan profesor dari University of Washington Marion Pepper dikutip dari Wsj.

Virus corona masuk ke tubuh lewat hidung atau mulut. Namun organ yang paling hebat merasakan dampaknya adalah paru. Vaksin disuntikkan ke tubuh pada jaringan otot di lengan kemudian antibodi berkembang di darah sebelum bergerak ke hidung untuk mencegah infeksi. “Antibodi dapat melintasi paru lebih mudah daripada di hidung atau tenggorokan.

Jadi lebih mudah mencegah penyakit berat atau simtomatik daripada infeksi,” kata Deepta Bhattacharya, profesor imunonibiologi di University of Arizona, AS. Walau sudah vaksin sekalipun, jika seseorang terpapar virus, maka virus tersebut dapat membuat respon imun bekerja untuk mengontrol infeksi.

Potensi penularan bergantung pada seberapa cepat infeksi dapat dikontrol tubuh. “Kebanyakan vaksin mencegah penyakit seperti halnya mencegah infeksi,” kata Anna Durbin, profesor di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health yang bekerja dalam pengujian vaksin AstraZeneca dan Pfizer. Dia meyakini bahwa penelitian tentang vaksin Covid akhirnya akan menunjukkan pengurangan penyebaran asimtomatik walau tidak menghilangkan secara total.

Baca Juga : Modifikasi Gaya Hidup Kontrol Penyakit Radang Usus Kronis

Bahkan walau vaksin tidak mencegah penyebaran secara optimal, vaksin tetap dapat membantu populasi dalam mencapai kekebalan kelompok, menurut Arnold Monto, epidemiolog dari University of Michigan School of Public Health. Terkait penyebaran asimtomatik, Dr. Monto mengatakan virus lain juga bersifat sama. Ketika vaksin rubella hadir misalnya, ada bukti bahwa terjadi infeksi asimtomatik kembali.

Namun toh kekebalan kelompok tetap tercapai. “Sampai cakupan vaksin meluas dan kekebalan kelompok terjadi, kita harus tetap waspada masih bisa terkena virus baik dari orang yang sudah divaksin maupun belum. Tapi jika mayoritas populasi sudah divaksin, penyebaran asimtomayik tidak akan berdampak pada kesehatan publik,” kata John R. Mascola, direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases’ Vaccine Research Center. Sri Noviarni

(wur)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More