Usai Suntik Vaksin Tak Otomatis Langsung Kebal Covid-19, Ini Penjelasannya!
Jum'at, 22 Januari 2021 - 10:45 WIB
JAARTA - Meski sudah divaksin bukan berarti bebas berkeliaran tanpa protokol kesehatan. Faktanya vaksin bukan mencegah terinfeksi virus corona. Ya, masyarakat tetap harus menjaga protokol kesehatan walau sudah divaksin sekalipun. Para ahli berpendapat vaksin bukanlah mencegah infeksi virus namun hanya membantu melindungi dari risiko terkena penyakit Covid-19 yang berat.
Penelitian yang tayang di New England Journal of Medicine menyebutkan, proteksi dari dosis vaksin pertama Pfizer tidak akan dimulai dalam waktu 12 hari. Yang kemudian diestimasi baru 52% efektif setelah beberapa minggu kemudian.
Baik Pfizer maupun vaksin Moderna membutuhkan dua dosis. Keduanya dilaporkan 95% efektif tapi setidaknya dalam waktu satu atau dua minggu setelah injeksi dosis yang kedua. Dan tetap saja masih ada kemungkinan tidak dapat melindungi orang secara keseluruhan. “Tidak ada yang namanya 100%,” tegas Dr. Paul A. Offit, ahli penyakit infeksi dan direktur Vaccine Education Center di Children’s Hospital of Philadelphia, AS mengutip dari Healthline.
Itu artinya, sambungnya, satu dari 20 orang yang divaksin masih bisa terkena infeksi sedang hingga ringan. Kondisi ini menyusul laporan beberapa orang baik umum maupun tenaga kesehatan yang masih terinfeksi Covid-19 meski sudah divaksin.
Bahkan di Inggris, salah seorang yang mendapat vaksin Pfizer pertama, Collin Horseman (85) meninggal beberapa hari setelah terkonfirmasi positif Covid-19. Diduga ia menderita infeksi ginjal di akhir Desember dan terkena virus corona pada saat itu.
Produsen vaksin Pfizer dan Moderna yang diedarkan di Amerika Serikat, mengklaim vaksin mereka 95% efektif dalam mencegah orang sakit akibat gejala Covid-19. Tapi belum cukup bukti apakah vaksin juga mencegah infeksi dan penyebaran asimtomatik.
Maksudnya adalah orang yang terinfeksi yang tidak memiliki gejala (asimtomatik). Produsen vaksin mengatakan, penelitian masih dilakukan untuk mencari jawabannya. Tanpa vaksin, peneliti menekankan bahwa penyebaran asimtomatik mengakibatkan tingginya kasus Covid-19 yang terjadi.
Penelitian yang tayang di New England Journal of Medicine menyebutkan, proteksi dari dosis vaksin pertama Pfizer tidak akan dimulai dalam waktu 12 hari. Yang kemudian diestimasi baru 52% efektif setelah beberapa minggu kemudian.
Baik Pfizer maupun vaksin Moderna membutuhkan dua dosis. Keduanya dilaporkan 95% efektif tapi setidaknya dalam waktu satu atau dua minggu setelah injeksi dosis yang kedua. Dan tetap saja masih ada kemungkinan tidak dapat melindungi orang secara keseluruhan. “Tidak ada yang namanya 100%,” tegas Dr. Paul A. Offit, ahli penyakit infeksi dan direktur Vaccine Education Center di Children’s Hospital of Philadelphia, AS mengutip dari Healthline.
Itu artinya, sambungnya, satu dari 20 orang yang divaksin masih bisa terkena infeksi sedang hingga ringan. Kondisi ini menyusul laporan beberapa orang baik umum maupun tenaga kesehatan yang masih terinfeksi Covid-19 meski sudah divaksin.
Bahkan di Inggris, salah seorang yang mendapat vaksin Pfizer pertama, Collin Horseman (85) meninggal beberapa hari setelah terkonfirmasi positif Covid-19. Diduga ia menderita infeksi ginjal di akhir Desember dan terkena virus corona pada saat itu.
Produsen vaksin Pfizer dan Moderna yang diedarkan di Amerika Serikat, mengklaim vaksin mereka 95% efektif dalam mencegah orang sakit akibat gejala Covid-19. Tapi belum cukup bukti apakah vaksin juga mencegah infeksi dan penyebaran asimtomatik.
Maksudnya adalah orang yang terinfeksi yang tidak memiliki gejala (asimtomatik). Produsen vaksin mengatakan, penelitian masih dilakukan untuk mencari jawabannya. Tanpa vaksin, peneliti menekankan bahwa penyebaran asimtomatik mengakibatkan tingginya kasus Covid-19 yang terjadi.
Lihat Juga :
tulis komentar anda