Donasi Alat Bantu Pendengaran, Ini Harapan Kasoem Hearing

Selasa, 09 Maret 2021 - 15:22 WIB
Ketua Perhati Cabang Jawa Timur Utara, dr. Dwi Reno Pawarti Sp.THT-KL (K) bersama karyawan Kasoem Hearing. / Foto: ist
JAKARTA - Berdiri sejak 1989, Kasoem Hearing Center memiliki komitmen yang besar untuk membantu dan memberikan solusi terhadap masalah gangguan pendengaran bagi masyarakat di Indonesia.



Menurut Deputy Chief Executive Officer Kasoem Hearing Center, Trista Mutia Kasoem, saat ini pihaknya memberikan donasi alat bantu dengar kepada masyarakat yang membutuhkan. Utamanya bagi mereka yang tidak mampu.

"Dengan donasi ini, harapannya Kasoem bisa menjadi bagian penting dalam membantu pemerintah menanggulangi masalah gangguan pendengaran ini," ungkap Trista melalui pernyataan tertulisnya, Selasa (9/3).

Lewat upaya ini, Trista berharap masyarakat Indonesia bisa memperoleh solusi dalam mengatasi masalah pendengaran serta mendapatkan pelayanan terbaik dalam penanganan gangguan pendengaran yang dilakukan oleh tenaga profesional dan terstandarisasi serta ditunjang dengan peralatan diagnostik yang lengkap.



Dalam kesempatan yang sama, perwakilan dari Perhati cabang Jawa Timur Utara, dr. Rosa Falerina Sp.THT KL memaparkan, berdasarkan data dari Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, terdapat sembilan provinsi di Indonesia dengan angka prevalensi gangguan pendengaran melebihi angka nasional (2,6 persen).

"Salah satu dari sembilan provinsi itu adalah Jawa Timur. Oleh karena itu, penting sekali deteksi gangguan pendengaran dan memberikan solusi untuk gangguan pendengaran dengan cara menggunakan alat bantu dengar," ujarnya.

Dalam hal ini, Perhati Jawa Timur Utara bekerjasama dengan Kasoem Hearing Center dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Jawa Timur. Harapannya, upaya ini bisa menjadi awal yang baik untuk membantu mengurangi masalah gangguan pendengaran, khususnya di Jawa Timur.

"Karena dampak yang ditimbulkan akibat gangguan pendengaran cukup luas dan berat jika tidak ditangani dengan tepat, yaitu mengganggu perkembangan kognitif, psikologi dan sosial," terangnya.

Oleh karenaitu, kesadaran mengenai dampak gangguan pendengaran sangat penting untuk terus ditingkatkan agar masyarakat di Indonesia mengetahui solusi yang tepat untuk penanganan masalah gangguan pendengaran.



Menurut data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) pada 2013 menunjukan, 2,6 persen penduduk Indonesia usia 5 tahun ke atas mengalami gangguan pendengaran, 0,09 persen mengalami ketulian, 18,8 persen ada sumbatan serumen, dan 2,4 persen ada sekret di liang telinga. Ini menunjukkan, gangguan pendengaran masih menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia.
(nug)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More