Tak Rasakan Efek Samping usai Vaksinasi COVID-19 Bukan Berarti Vaksin Tak Bekerja, Ini Penjelasannya
Selasa, 30 Maret 2021 - 08:38 WIB
JAKARTA - Sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan, tak ada bukti bahwa kurangnya efek samping yang dirasakan seseorang usai divaksinasi tidak akan terlindungi dari COVID-19.
Dalam uji klinis, kurang dari setengah penerima vaksin melaporkan mengalami efek samping sistemik tingkat sedang atau parah seperti demam, sakit kepala, dan kelelahan. Namun, vaksin tersebut mencegah sebagian besar kasus penyakit. Jadi dengan proses eliminasi, sebagian dari pencegahan penyakit itu pasti terjadi pada orang dengan efek samping ringan atau tanpa efek samping.
" Vaksin tetap bekerja meskipun Anda tidak memiliki efek samping. Sementara banyak yang memiliki efek samping, banyak yang tidak," kata Sarah Coles, Dokter Keluarga sekaligus Asisten Profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Arizona.
Direktur Pusat Pendidikan Vaksin di Rumah Sakit Anak Philadelphia Paul Offit sepakat bahwa tidak mengalami demam atau sakit kepala usai divaksinasi tak perlu dikhawatirkan. “Anda tidak perlu mengembangkan efek samping agar terlindungi,” ujar Offit, seperti dikutip dari Medical Xpress, Selasa (30/3).
Dengan kata lain, memperoleh kekebalan dan mengalami efek samping digerakkan oleh rangkaian peradangan yang sama dalam sistem kekebalan setelah Anda divaksinasi. Tapi, hanya karena peradangan awal ini berhasil memicu produksi antibodi dan pertahanan lain terhadap penyakit, tidak serta merta menyebabkan demam. Menurut Coles, tidak ada korelasi yang kuat antara kedua hal tersebut.
Pada dasarnya, efek samping vaksin ditentukan oleh faktor lain selain sistem kekebalan seseorang seperti kelelahan, stres, dan bagaimana mereka merasakan nyeri.
Tingkat berbagai efek samping sedikit berbeda pada masing-masing vaksin COVID-19. Dan pada vaksin yang membutuhkan dua dosis, cenderung lebih umum terjadi setelah dosis kedua.
Pada vaksin yang dibuat oleh Pfizer Inc dan BioNTech SE, misalnya, 3,7% dari peserta uji coba yang berusia 18 hingga 55 tahun melaporkan mengalami demam setelah dosis pertama, dan 15,8% melaporkan demam setelah dosis kedua. Setengah dari penerima vaksin melaporkan sakit kepala setelah dosis kedua, tetapi kebanyakan sedang atau ringan.
Semua efek samping ini bersifat sementara. Umumnya berlangsung selama satu atau dua hari. Dalam kasus yang jarang terjadi timbul pula reaksi alergi serius yang disebut anafilaksis dalam beberapa menit setelah injeksi. Dokter dapat segera mengobatinya dengan EpiPen atau obat serupa yang mengandung epinefrin.
Dalam uji klinis, kurang dari setengah penerima vaksin melaporkan mengalami efek samping sistemik tingkat sedang atau parah seperti demam, sakit kepala, dan kelelahan. Namun, vaksin tersebut mencegah sebagian besar kasus penyakit. Jadi dengan proses eliminasi, sebagian dari pencegahan penyakit itu pasti terjadi pada orang dengan efek samping ringan atau tanpa efek samping.
" Vaksin tetap bekerja meskipun Anda tidak memiliki efek samping. Sementara banyak yang memiliki efek samping, banyak yang tidak," kata Sarah Coles, Dokter Keluarga sekaligus Asisten Profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Arizona.
Direktur Pusat Pendidikan Vaksin di Rumah Sakit Anak Philadelphia Paul Offit sepakat bahwa tidak mengalami demam atau sakit kepala usai divaksinasi tak perlu dikhawatirkan. “Anda tidak perlu mengembangkan efek samping agar terlindungi,” ujar Offit, seperti dikutip dari Medical Xpress, Selasa (30/3).
Dengan kata lain, memperoleh kekebalan dan mengalami efek samping digerakkan oleh rangkaian peradangan yang sama dalam sistem kekebalan setelah Anda divaksinasi. Tapi, hanya karena peradangan awal ini berhasil memicu produksi antibodi dan pertahanan lain terhadap penyakit, tidak serta merta menyebabkan demam. Menurut Coles, tidak ada korelasi yang kuat antara kedua hal tersebut.
Pada dasarnya, efek samping vaksin ditentukan oleh faktor lain selain sistem kekebalan seseorang seperti kelelahan, stres, dan bagaimana mereka merasakan nyeri.
Tingkat berbagai efek samping sedikit berbeda pada masing-masing vaksin COVID-19. Dan pada vaksin yang membutuhkan dua dosis, cenderung lebih umum terjadi setelah dosis kedua.
Pada vaksin yang dibuat oleh Pfizer Inc dan BioNTech SE, misalnya, 3,7% dari peserta uji coba yang berusia 18 hingga 55 tahun melaporkan mengalami demam setelah dosis pertama, dan 15,8% melaporkan demam setelah dosis kedua. Setengah dari penerima vaksin melaporkan sakit kepala setelah dosis kedua, tetapi kebanyakan sedang atau ringan.
Semua efek samping ini bersifat sementara. Umumnya berlangsung selama satu atau dua hari. Dalam kasus yang jarang terjadi timbul pula reaksi alergi serius yang disebut anafilaksis dalam beberapa menit setelah injeksi. Dokter dapat segera mengobatinya dengan EpiPen atau obat serupa yang mengandung epinefrin.
(tsa)
tulis komentar anda