Bangun Komunikasi Cinta Keluarga melalui Momen Kreatif
Kamis, 21 Mei 2020 - 19:31 WIB
JAKARTA - Perubahan akibat Pandemi Covid-19 ini tentu memiliki dampak psikologis. Bukan hanya dirasakan orang dewasa saja, juga remaja dan anak-anak. Mereka mengalami dan merasakan dampak psikologis yang sama, seperti meningkatnya perasaan cemas, takut, bingung, frustrasi dan mudah tersinggung.
Inilah beberapa emosi yang muncul berupa proses mental yang menyertai perubahan yang bukan pilihan, tapi harus dihadapi dan jalani.
Dalam kehidupan keluarga ini pun dirasakan. Sebelumnya Anda lebih banyak berkegiatan di luar rumah, seringkali tidak mengenal waktu, di mana kebersamaan keluarga hanya dilakukan saat akhir pekan saja. Sekarang berbeda. Anda bekerja dari rumah, dan anak-anak pun harus menjalani belajar dari rumah, maka hampir setiap saat keluarga berkumpul karena hampir semua kegiatan di rumah.
Di awal saat melakukan kebiasaan baru tersebut, Anda ada dalam masa “honeymoon phase” (fase bulan madu). Senang dapat berkumpul bersama keluarga setiap hari. Dapat melakukan kegiatan bersama yang sebelumnya jarang dilakukan, seperti sarapan pagi bersama dengan santai dan tidak perlu memikirkan soal kemacetan lalu lintas. (Baca juga: Beef Curry Yogurt yang Tak Hanya Lezat, juga Menyehatkan ).
Anak-anak pun senang karena lebih sering bertemu orangtuanya. Namun euphoria itu tidak berlangsung lama. Hanya sekitar dua atau tiga pekan saja efek bulan madunya dirasakan, setelahnya mulai muncul masalah-masalah yang dipicu rasa bosan, kebingungan dan frustrasi. Suasana di rumah mulai berbeda. Orang tua mulai sibuk dengan urusan pekerjaan, anak-anak pun mulai disibukkan dengan kegiatan belajar dan PR dari guru yang semakin bertambah.
Komunikasi antar anggota keluarga yang awalnya terjalin dekat, mulai berubah. Kembali pada kebiasan lama, berupa tanya-jawab mengenai kegiatan rutin yang dilakukan, seperti, “PR sudah dikerjakan belum?” atau mungkin mulai muncul konflik antara kakak dan adik terkait pilihan program televisi, misalnya. Jika memang situasi ini mulai muncul dan dirasa mempengaruhi kenyamanan komunikasi antar anggota keluarga, maka sebaiknya perlu disikapi dengan bijak dan dicari upaya untuk menyiasatinya.
Satu di antara kebiasaan yang dapat membantu mengakrabkan orangtua dan anak, yaitu makan bersama. Tidak hanya makan besar saja yang bisa dilakukan, memilih cemilan untuk dinikmati bersama juga dapat menjadi momen tersendiri dalam membangun kedekatan emosional dan psikologis antara orang tua dan anak. Satu pilihan cemilan bagi keluarga, yaitu Yupi Gummy, kudapan yang menyehatkan sekaligus menyenangkan (fun and healthy).
Bukan saja dinikmati sebagai cemilan, Yupi Gummy ini ternyata bisa juga lho dimanfaatkan untuk kegiatan keluarga yang fun, imajinatif dan kreatif selama #DiRumahAja. Ini menjadi menarik, tapi bagaimana caranya? Bisa nih dibuat hashtag #YupinessChallenge buat keluarga. Nah, berikut ini tantangannya:
1. Luangkan waktu sore hari bersama keluarga untuk rileks sambil menikmati cemilan yang disukai. Manfaatkan momen tersebut untuk menerapkan “15 minutes to share and talk” antara orang tua dan anak.
Inilah beberapa emosi yang muncul berupa proses mental yang menyertai perubahan yang bukan pilihan, tapi harus dihadapi dan jalani.
Dalam kehidupan keluarga ini pun dirasakan. Sebelumnya Anda lebih banyak berkegiatan di luar rumah, seringkali tidak mengenal waktu, di mana kebersamaan keluarga hanya dilakukan saat akhir pekan saja. Sekarang berbeda. Anda bekerja dari rumah, dan anak-anak pun harus menjalani belajar dari rumah, maka hampir setiap saat keluarga berkumpul karena hampir semua kegiatan di rumah.
Di awal saat melakukan kebiasaan baru tersebut, Anda ada dalam masa “honeymoon phase” (fase bulan madu). Senang dapat berkumpul bersama keluarga setiap hari. Dapat melakukan kegiatan bersama yang sebelumnya jarang dilakukan, seperti sarapan pagi bersama dengan santai dan tidak perlu memikirkan soal kemacetan lalu lintas. (Baca juga: Beef Curry Yogurt yang Tak Hanya Lezat, juga Menyehatkan ).
Anak-anak pun senang karena lebih sering bertemu orangtuanya. Namun euphoria itu tidak berlangsung lama. Hanya sekitar dua atau tiga pekan saja efek bulan madunya dirasakan, setelahnya mulai muncul masalah-masalah yang dipicu rasa bosan, kebingungan dan frustrasi. Suasana di rumah mulai berbeda. Orang tua mulai sibuk dengan urusan pekerjaan, anak-anak pun mulai disibukkan dengan kegiatan belajar dan PR dari guru yang semakin bertambah.
Komunikasi antar anggota keluarga yang awalnya terjalin dekat, mulai berubah. Kembali pada kebiasan lama, berupa tanya-jawab mengenai kegiatan rutin yang dilakukan, seperti, “PR sudah dikerjakan belum?” atau mungkin mulai muncul konflik antara kakak dan adik terkait pilihan program televisi, misalnya. Jika memang situasi ini mulai muncul dan dirasa mempengaruhi kenyamanan komunikasi antar anggota keluarga, maka sebaiknya perlu disikapi dengan bijak dan dicari upaya untuk menyiasatinya.
Satu di antara kebiasaan yang dapat membantu mengakrabkan orangtua dan anak, yaitu makan bersama. Tidak hanya makan besar saja yang bisa dilakukan, memilih cemilan untuk dinikmati bersama juga dapat menjadi momen tersendiri dalam membangun kedekatan emosional dan psikologis antara orang tua dan anak. Satu pilihan cemilan bagi keluarga, yaitu Yupi Gummy, kudapan yang menyehatkan sekaligus menyenangkan (fun and healthy).
Bukan saja dinikmati sebagai cemilan, Yupi Gummy ini ternyata bisa juga lho dimanfaatkan untuk kegiatan keluarga yang fun, imajinatif dan kreatif selama #DiRumahAja. Ini menjadi menarik, tapi bagaimana caranya? Bisa nih dibuat hashtag #YupinessChallenge buat keluarga. Nah, berikut ini tantangannya:
1. Luangkan waktu sore hari bersama keluarga untuk rileks sambil menikmati cemilan yang disukai. Manfaatkan momen tersebut untuk menerapkan “15 minutes to share and talk” antara orang tua dan anak.
tulis komentar anda