Varian Baru Masuk ke Indonesia, Angka Kematian Covid-19 Meningkat 3,16 Persen
Selasa, 04 Mei 2021 - 14:41 WIB
JAKARTA - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, angka kematian akibat Covid-19 mengalami peningkatan. Hal ini terjadi selama beberapa minggu terakhir, di mana angka kasus positif cenderung stabil atau bahkan meningkat.
"Selama beberapa minggu, khususnya dari minggu kedua April, itu (kasus konfirmasi positif Covid-19 ) mulai terjadi stagnan. Artinya kasus konfirmasi positif tidak bergerak ke arah yang turun, tetapi cenderung mendatar atau bahkan terjadi peningkatan," kata dr Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers virtual, Selasa (4/5).
Dia mengatakan, angka kematian akibat Covid-19 tersebut meningkat sebesar 3,16 persen. "Dalam dua minggu terakhir ini angka kematian cenderung mengalami peningkatan. Tercatat, hari ini ada peningkatan sebanyak 3,16 persen," ujarnya.
Dia memaparkan, ada dua hal yang perlu diperhatikan terkait meningkatnya angka kematian akibat Covid-19 ini. Diduga peningkatan angka kematian ini disebabkan oleh varian atau mutasi baru virus Corona yang sudah masuk ke Indonesia.
"Apakah ada kemungkinan perburukan yang cepat dari gejala Covid-19, karena peningkatakan angka kematian tidak secara langsung berkolerasi dengan peningkatan kasus positif. Tentunya kalau kita melihat varian atau mutasi ini salah satu yang bisa timbul adalah meningkatkan tingkat keparahan penyakit," jelasnya.
Meningkatnya angka kematian tersebut, sambung dr Siti Nadia, menjadi alarm untuk waspada terhadap tiga varian baru Corona yang sudah masuk ke Indonesia. Di antaranya varian Covid-19 B117 dari Inggris, varian B1351 dari Afrika Selatan, dan varian B1617 dari India.
"Gambaran ini walaupun harus kita lihat lebih lanjut, tetapi angka kematian yang terus meningkat ini tentunya menjadi kewaspadaan kita untuk berhati-hati, apakah varian atau mutasi virus ini yang menyebabkan terjadinya hal ini," kata dia.
Di kesempatan yang sama, dr Siti Nadia mengatakan bahwa kasus Covid-19 dari tiga varian tersebut telah ada di sejumlah wilayah Indonesia. "Di Jakarta ada 1 kasus, di Jawa Barat ada 5, kemudian kita lihat di Kaltim ada 1, di Bali itu ada 2, di Jawa Timur ada 1 kasus, di Sumut ada 2 kasus, di Sumsel ada 1 kasus," ungkapnya.
Baca Juga
"Selama beberapa minggu, khususnya dari minggu kedua April, itu (kasus konfirmasi positif Covid-19 ) mulai terjadi stagnan. Artinya kasus konfirmasi positif tidak bergerak ke arah yang turun, tetapi cenderung mendatar atau bahkan terjadi peningkatan," kata dr Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers virtual, Selasa (4/5).
Dia mengatakan, angka kematian akibat Covid-19 tersebut meningkat sebesar 3,16 persen. "Dalam dua minggu terakhir ini angka kematian cenderung mengalami peningkatan. Tercatat, hari ini ada peningkatan sebanyak 3,16 persen," ujarnya.
Dia memaparkan, ada dua hal yang perlu diperhatikan terkait meningkatnya angka kematian akibat Covid-19 ini. Diduga peningkatan angka kematian ini disebabkan oleh varian atau mutasi baru virus Corona yang sudah masuk ke Indonesia.
"Apakah ada kemungkinan perburukan yang cepat dari gejala Covid-19, karena peningkatakan angka kematian tidak secara langsung berkolerasi dengan peningkatan kasus positif. Tentunya kalau kita melihat varian atau mutasi ini salah satu yang bisa timbul adalah meningkatkan tingkat keparahan penyakit," jelasnya.
Meningkatnya angka kematian tersebut, sambung dr Siti Nadia, menjadi alarm untuk waspada terhadap tiga varian baru Corona yang sudah masuk ke Indonesia. Di antaranya varian Covid-19 B117 dari Inggris, varian B1351 dari Afrika Selatan, dan varian B1617 dari India.
"Gambaran ini walaupun harus kita lihat lebih lanjut, tetapi angka kematian yang terus meningkat ini tentunya menjadi kewaspadaan kita untuk berhati-hati, apakah varian atau mutasi virus ini yang menyebabkan terjadinya hal ini," kata dia.
Di kesempatan yang sama, dr Siti Nadia mengatakan bahwa kasus Covid-19 dari tiga varian tersebut telah ada di sejumlah wilayah Indonesia. "Di Jakarta ada 1 kasus, di Jawa Barat ada 5, kemudian kita lihat di Kaltim ada 1, di Bali itu ada 2, di Jawa Timur ada 1 kasus, di Sumut ada 2 kasus, di Sumsel ada 1 kasus," ungkapnya.
(nug)
tulis komentar anda