Mari Mengenal Badai Sitokin, Kondisi Fatal yang Dialami Suami Joanna Alexandra Sebelum Tutup Usia
Kamis, 06 Mei 2021 - 21:12 WIB
JAKARTA - Kabar duka menyelimuti Joanna Alexandra . Pasalnya, sang suami Raditya Oloan tutup usia pada hari ini Kamis (6/5/2021). Kabar itu pun diketahui lewat beberapa postingan teman dan juga kerabat Radit dan juga Joanna Alexandra.
Hingga saat ini, belum ada kabar pasti apa penyebab meninggalnya Radit. Tetapi menurut kondisi terakhirnya, dia mengalami badai sitokin pasca terinfeksi Covid-19 .
"Kondisinya post-covid dengan komorbid asma, dan dia sedang mengalami badai sitokin yang menyebabkan hiperinflamasi (peradangan) di sekujur tubuhnya...ditambah lagi ada infeksi bakteri yang lumayan kuat (tapi tidak sekuat Bapa kita tentunya!)," tulis Joanna pada akun Instagramnya.
Badai sitokin sendiri terjadi bukan hanya karena Covid-19. Kondisi ini bisa terjadi pada flu, SARS, hingga MERS. Badai sitokin dapat dipicu oleh sejumlah infeksi, termasuk influenza, pneumonia, dan sepsis.
Respons imun yang meningkat ini tidak terjadi pada semua pasien dengan infeksi parah, tetapi para ahli tidak tahu apa yang membuat beberapa orang lebih rentan daripada yang lain.
Melansir Webmd, para ilmuwan percaya bahwa sitokin ini adalah bukti dari respons kekebalan yang disebut badai sitokin, di mana tubuh mulai menyerang sel dan jaringannya sendiri daripada melawan virus.
Badai sitokin diketahui terjadi pada penyakit autoimun seperti artritis remaja. Mereka juga terjadi selama beberapa jenis pengobatan kanker, dan dapat dipicu oleh infeksi, seperti flu.
Satu studi terhadap pasien yang meninggal karena influenza H1N1, misalnya, menemukan bahwa 81% memiliki ciri-ciri badai sitokin. Meskipun virus yang menyebabkan Covid-19 hanya bertahan beberapa bulan, penelitian awal menunjukkan bahwa seperti infeksi lainnya, virus juga dapat menyebabkan masalah kekebalan tubuh seperti ini.
Tidak ada cara untuk menguji apakah seseorang mengalami badai sitokin atau tidak, meskipun pemeriksaan darah dapat memberikan petunjuk kepada dokter bahwa respons hiper-inflamasi sedang terjadi.
Tes darah bisa saja dilakukan untuk deteksi badai sitokin tetapi belum cukup valid. Sejauh ini gejala yang sudah akurat adalah ketika seorang pasien terus mengalami kesulitan bernapas meskipun menerima oksigen. Hal itu mungkin berarti tubuh mereka sedang mengalami badai sitokin.
Hingga saat ini, belum ada kabar pasti apa penyebab meninggalnya Radit. Tetapi menurut kondisi terakhirnya, dia mengalami badai sitokin pasca terinfeksi Covid-19 .
"Kondisinya post-covid dengan komorbid asma, dan dia sedang mengalami badai sitokin yang menyebabkan hiperinflamasi (peradangan) di sekujur tubuhnya...ditambah lagi ada infeksi bakteri yang lumayan kuat (tapi tidak sekuat Bapa kita tentunya!)," tulis Joanna pada akun Instagramnya.
Badai sitokin sendiri terjadi bukan hanya karena Covid-19. Kondisi ini bisa terjadi pada flu, SARS, hingga MERS. Badai sitokin dapat dipicu oleh sejumlah infeksi, termasuk influenza, pneumonia, dan sepsis.
Respons imun yang meningkat ini tidak terjadi pada semua pasien dengan infeksi parah, tetapi para ahli tidak tahu apa yang membuat beberapa orang lebih rentan daripada yang lain.
Melansir Webmd, para ilmuwan percaya bahwa sitokin ini adalah bukti dari respons kekebalan yang disebut badai sitokin, di mana tubuh mulai menyerang sel dan jaringannya sendiri daripada melawan virus.
Badai sitokin diketahui terjadi pada penyakit autoimun seperti artritis remaja. Mereka juga terjadi selama beberapa jenis pengobatan kanker, dan dapat dipicu oleh infeksi, seperti flu.
Satu studi terhadap pasien yang meninggal karena influenza H1N1, misalnya, menemukan bahwa 81% memiliki ciri-ciri badai sitokin. Meskipun virus yang menyebabkan Covid-19 hanya bertahan beberapa bulan, penelitian awal menunjukkan bahwa seperti infeksi lainnya, virus juga dapat menyebabkan masalah kekebalan tubuh seperti ini.
Tidak ada cara untuk menguji apakah seseorang mengalami badai sitokin atau tidak, meskipun pemeriksaan darah dapat memberikan petunjuk kepada dokter bahwa respons hiper-inflamasi sedang terjadi.
Tes darah bisa saja dilakukan untuk deteksi badai sitokin tetapi belum cukup valid. Sejauh ini gejala yang sudah akurat adalah ketika seorang pasien terus mengalami kesulitan bernapas meskipun menerima oksigen. Hal itu mungkin berarti tubuh mereka sedang mengalami badai sitokin.
(nug)
tulis komentar anda