Tradisi Mangalame Orang Mandailing dalam Rayakan Hari Raya Idul Fitri
Sabtu, 15 Mei 2021 - 18:46 WIB
MANDAILING NATAL - Mangalame atau memasak dodol khas Mandailing merupakan tradisi turun temurun warga Mandailing Natal , Sumatera Utara, setiap menyambut dan merayakan Hari Raya Idul Fitri.
Sebagaimana yang dilakukan keluarga Erna Rangkuti, warga Desa Banua Rakyat, Kecamatan Naga Juang, Kabupaten Mandailing Natal, di hari ketiga Idul Fitri 1442 Hijriyah atau 2021.
Alame atau dodol orang Mandailing itu digunakan sebagai sajian kepada para tamu saat bersilaturrahmi di hari kemenangan umat Islam. Dodol Mandailing ini menjadi kue lebaran, dan tradisi itu sudah menjadi kebiasaan dari nenek moyang.
"Alame selalu kami masak untuk kue lebaran jika tidak memasak alame rasanya ada yang kurang, dan tradisi ini sudah turun temurung dari nenek moyang kami orang Mandailing," ujar Erna Rangkuti saat ditemui Sabtu(15/5).
Sedangkan komposisi alame atau dodol mandailing adalah tepung ketan, tepung agar-agar, susu dan gula merah atau yang baiasa disebut gula aren. Sementara, untuk cairannya menggunakan santan kelapa.
Sedangkan cara memasak alame itu perlu tenaga ekstra sebab selain menunggu lama hingga matang, saat memasak alame tidak bisa terhenti untuk mengaduk-aduknya di dalam kuali atau blanga.
"Saat memasak alame itu arus kuat mengaduk-aduknya kalau tidak, bisa nempel dan kering berkerak di dasar kualinya," ungkap ibu 42 tahun itu.
Sebenarnya, alame Mandailing bukan hanya untuk hidangan kue saat Lebaran, namun alame Mandailing kini sudah ada di pasar-pasar tradisional di Mandailing dan sekitarnya.
Jadi, jika Anda melakukan perjalanan atau berwisata ke daerah ini tidak ada salahnya untuk mencoba membeli alame menjadi oleh-oleh sebagai bukti Anda sudah melewati wilayah Mandailing.
Baca Juga
Sebagaimana yang dilakukan keluarga Erna Rangkuti, warga Desa Banua Rakyat, Kecamatan Naga Juang, Kabupaten Mandailing Natal, di hari ketiga Idul Fitri 1442 Hijriyah atau 2021.
Alame atau dodol orang Mandailing itu digunakan sebagai sajian kepada para tamu saat bersilaturrahmi di hari kemenangan umat Islam. Dodol Mandailing ini menjadi kue lebaran, dan tradisi itu sudah menjadi kebiasaan dari nenek moyang.
"Alame selalu kami masak untuk kue lebaran jika tidak memasak alame rasanya ada yang kurang, dan tradisi ini sudah turun temurung dari nenek moyang kami orang Mandailing," ujar Erna Rangkuti saat ditemui Sabtu(15/5).
Sedangkan komposisi alame atau dodol mandailing adalah tepung ketan, tepung agar-agar, susu dan gula merah atau yang baiasa disebut gula aren. Sementara, untuk cairannya menggunakan santan kelapa.
Sedangkan cara memasak alame itu perlu tenaga ekstra sebab selain menunggu lama hingga matang, saat memasak alame tidak bisa terhenti untuk mengaduk-aduknya di dalam kuali atau blanga.
"Saat memasak alame itu arus kuat mengaduk-aduknya kalau tidak, bisa nempel dan kering berkerak di dasar kualinya," ungkap ibu 42 tahun itu.
Sebenarnya, alame Mandailing bukan hanya untuk hidangan kue saat Lebaran, namun alame Mandailing kini sudah ada di pasar-pasar tradisional di Mandailing dan sekitarnya.
Jadi, jika Anda melakukan perjalanan atau berwisata ke daerah ini tidak ada salahnya untuk mencoba membeli alame menjadi oleh-oleh sebagai bukti Anda sudah melewati wilayah Mandailing.
(nug)
Lihat Juga :
tulis komentar anda