Ini Penjelasan Dokter Soal Penyataan WHO yang Sebut Jam Kerja Panjang Sebabkan Kematian
Senin, 17 Mei 2021 - 17:35 WIB
JAKARTA - Dokter sekaligus influencer kesehatan, dr. Muhamad Fajri Adda’i memberikan penjelasan terkait pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyebut bahwa jam kerja panjang menyebabkan kematian.
Menurut dr. Fajri, penelitian tersebut sebenarnya memberikan bukti yang sangat kuat. Sebab, studinya besar, meta analisis berdasarkan puluhan studi, dan angkanya juga besar.
"Penelitian ini memang sudah banyak terbukti bahwa, kelelahan, kurang tidur, dan lain-lain meningkatkan risiko kardiovaskular dan kematian," jelas dr. Fajri saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Senin (17/5).
"Jadi memang begadang dari segi waktunya, itu memang risikonya tinggi. Itu sudah jelas sih, bukti-bukti sebelumnya memang sudah jelas,” sambungnya.
Kerja yang lebih panjang memang berisiko lebih besar untuk terserang penyakit . Oleh sebab itu, para tenaga keja apapun, termasuk tenaga medis (Nakes) di masa pandemi Covid-19 harus benar-benar diatur.
“Karena berbahaya memang. Ini tanggapan saya yang pertama. Studi ini memvalidasi apa yang kita tahu selama ini yang semakin memperkuat evidence atau bukti,” tandasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, WHO menyebut bahwa jam kerja yang panjang bisa menyebabkan kematian . Tak tanggung-tanggung sebanyak 745.000 kematian tercatat akibat stroke dan penyakit jantung iskemik pada tahun 2016. Jumlahnya pun terus meningkat 29% sejak tahun 2000.
Menurut dr. Fajri, penelitian tersebut sebenarnya memberikan bukti yang sangat kuat. Sebab, studinya besar, meta analisis berdasarkan puluhan studi, dan angkanya juga besar.
"Penelitian ini memang sudah banyak terbukti bahwa, kelelahan, kurang tidur, dan lain-lain meningkatkan risiko kardiovaskular dan kematian," jelas dr. Fajri saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Senin (17/5).
"Jadi memang begadang dari segi waktunya, itu memang risikonya tinggi. Itu sudah jelas sih, bukti-bukti sebelumnya memang sudah jelas,” sambungnya.
Kerja yang lebih panjang memang berisiko lebih besar untuk terserang penyakit . Oleh sebab itu, para tenaga keja apapun, termasuk tenaga medis (Nakes) di masa pandemi Covid-19 harus benar-benar diatur.
“Karena berbahaya memang. Ini tanggapan saya yang pertama. Studi ini memvalidasi apa yang kita tahu selama ini yang semakin memperkuat evidence atau bukti,” tandasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, WHO menyebut bahwa jam kerja yang panjang bisa menyebabkan kematian . Tak tanggung-tanggung sebanyak 745.000 kematian tercatat akibat stroke dan penyakit jantung iskemik pada tahun 2016. Jumlahnya pun terus meningkat 29% sejak tahun 2000.
(dra)
tulis komentar anda