Kembali Direstorasi, Christine Hakim Kenang Perjuangan Perankan Tjoet Nja' Dhien
Jum'at, 21 Mei 2021 - 23:05 WIB
JAKARTA - Film Tjoet Nja' Dhien kembali di restorasi dan tayang di bioskop. Artis senior Christine Hakim pun kembali mengenang perjuangan memerankan sosok pahlawan perempuan asal Aceh, Tjoet Nja' Dhien di film tersebut yang pertama kali diputar di bioskop pada 1988.
Artis kelahiran Kuala Tungkal, Jambi, 25 Desember 1956 ini mengungkapkan bagaimana perjuangan dalam menyelesaikan film ini. Secara terang-terangan, Christine mengungkapkan bahwa dirinya tidak menerima bayaran saat membintangi film ini.
“Kita nggak ada yang dibayar. Mas Slamet (Rahardjo), saya, nggak dibayar. Bahkan kita yang cari duit untuk bisa menyelesaikan film ini,” ungkap Christine Hakim di Plaza Senayan, Kamis (20/5).
Ia menjelaskan bahwa butuh waktu tiga tahun dengan riset, untuk merampungkan film tersebut. Bahkan antara dua adegan saja, ada yang harus menunggu dua tahun karena kurangnya dana. Namun, Christine memiliki alasan tersendiri mengapa mau main di film ini dan tidak dibayar.
“Waktu itu saya usia masih 28 tahun. Betapa bodohnya saya ini ada kesempatan untuk belajar, bukan hanya kesempatan, tantangan sebagai seorang pemain dan seorang warga Indonesia,” papar aktris berdarah Aceh dan Minangkabau itu.
Di sisi lain, Christine menyebut, film ini menjadi satu-satunya film yang menceritakan zaman penjajahan Belanda dan tidak menyudutkan pihak penjajah. Artinya film ini dibuat dengan sudut pandang berbeda dan sangat hati-hati.
Setelah film dirilis, Duta Indonesia Untuk Unesco dalam bidang pendidikan ini juga masih harus berjuang melepas karakter Tjoet Nja' Dhien yang sudah melekat. Hingga 3 tahun lamanya, Christine bisa perlahan lepas dari karakter yang dibintanginya itu.
Saat itu, ia mempelajari karakter Tjoet Nja' Dhien dari 30 buku berbahasa Indonesia dan Belanda yang diberikan oleh sang sutradara, Eros Djarot. Istri Jeroen Lezer ini begitu mendalami karakter istri pahlawan Teuku Umar tersebut. Christine bahkan dulu tidak tegas tidur di hotel demi mencegah suasana mewah yang berbanding terbalik dengan kehidupan sang pahlawan.
Artis kelahiran Kuala Tungkal, Jambi, 25 Desember 1956 ini mengungkapkan bagaimana perjuangan dalam menyelesaikan film ini. Secara terang-terangan, Christine mengungkapkan bahwa dirinya tidak menerima bayaran saat membintangi film ini.
“Kita nggak ada yang dibayar. Mas Slamet (Rahardjo), saya, nggak dibayar. Bahkan kita yang cari duit untuk bisa menyelesaikan film ini,” ungkap Christine Hakim di Plaza Senayan, Kamis (20/5).
Ia menjelaskan bahwa butuh waktu tiga tahun dengan riset, untuk merampungkan film tersebut. Bahkan antara dua adegan saja, ada yang harus menunggu dua tahun karena kurangnya dana. Namun, Christine memiliki alasan tersendiri mengapa mau main di film ini dan tidak dibayar.
Baca Juga
“Waktu itu saya usia masih 28 tahun. Betapa bodohnya saya ini ada kesempatan untuk belajar, bukan hanya kesempatan, tantangan sebagai seorang pemain dan seorang warga Indonesia,” papar aktris berdarah Aceh dan Minangkabau itu.
Di sisi lain, Christine menyebut, film ini menjadi satu-satunya film yang menceritakan zaman penjajahan Belanda dan tidak menyudutkan pihak penjajah. Artinya film ini dibuat dengan sudut pandang berbeda dan sangat hati-hati.
Setelah film dirilis, Duta Indonesia Untuk Unesco dalam bidang pendidikan ini juga masih harus berjuang melepas karakter Tjoet Nja' Dhien yang sudah melekat. Hingga 3 tahun lamanya, Christine bisa perlahan lepas dari karakter yang dibintanginya itu.
Saat itu, ia mempelajari karakter Tjoet Nja' Dhien dari 30 buku berbahasa Indonesia dan Belanda yang diberikan oleh sang sutradara, Eros Djarot. Istri Jeroen Lezer ini begitu mendalami karakter istri pahlawan Teuku Umar tersebut. Christine bahkan dulu tidak tegas tidur di hotel demi mencegah suasana mewah yang berbanding terbalik dengan kehidupan sang pahlawan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda