Sasa Inti Melakukan Transformasi dengan Hati
Selasa, 08 Juni 2021 - 16:26 WIB
Da menambahkan, Sasa juga mendiversifikasi produk menjadi produk yang lebih sehat, seperti santan yang mengandung omega 3 dan 6. "Kami juga expand in new potential product, relevan dengan milenial melalui UAT+E communication, dan memaksimalkan profit," tuturnya.
Ketiga, inovasi, segmen ini menurut Agus sangat menantang. Hal itu karena, awalnya produk Sasa diasosiasikan sebagai produk yang kurang sehat, tetapi kini menjadi produk pendatang yang menyehatkan (healthter product). Misalnya, tepung Untuk Tepung Bumbu dengan fortified produk baru, mulai dari ide menggunakan SAP. Lalu, ada serta santan dengan omega 3 6. Dalam hal ini, Sasa melakukan speed up untuk pengeluaran hingga peluncurannya.
"Kami juga banyak melakukan perubahan di IT. Saat ini core system kami core modules-nya, non core modules, dan support system," tuturnya.
Hal itu, menurutnya, sehagai bentuk lain inovasi. Keempat, operation. Awalnya, pabrik Sasa hanya satu. Pada 2019, bertambah satu, lalu pada 2020 bertambah lagi satu dan pada 2021 ini rencananya juga akan menambah pabrik lagi.
"Dengan demikian kami harus mengubah supply chain yang awalnya sendiri-sendiri, kemudian akan disentralisasikan. jadi kami memadukan supply chain dari seluruh pabrik menjadi lebih simple," tuturnya.
Terakhir, menurut Agus, terkait dengan talenta ini, prioritas perusahaan adalah mengajak karyawan membudayakan rasa peduli (embrace care culture). Dia percaya dengan memiliki visi misi baru serta mengidentifikasi personal belief dan behavior yang baru kemudian membuat desain jenjang karier yang baru, transformasi pada talenta ini dapat dijalankan dengan mulus.
Agus percaya, perubahan kultur yang dibangun secara sistematis dalam dua tahun terakhir ini menjadi kunci sukses transformasi Sasa. Dia pun percaya, lima strategi yang dijalankan dan telah menjadi panduan arah transformasi berhasil meningkatkan kinerja perusahaan.
Sebagai gambaran untuk kategori MSG, Sasa memimpin pasar dengan penguasaan 90 persen, khususnya di Pulau Jawa. Untuk tepung bumbu sebagai pendatang baru, penjualan Sasa Tepung Bumbu juga terus melaju ke posisi memimpin pasar.
Ekuitas merek Sasa pun meningkat dua kali lipat dibandingkan 2018. Berdasarkan laporan Kantar, untuk kategori SF dan MSG ekuitas merek Sasa nomor satu pada 2020. Ekuitas merek produk non-MSG nya juga meningkat.
Agus optimis, berita baik ini akan terus berlanjut. Selama 2020 Sasa berhasil mengurangi production cost-highest GV ever, meningkatkan employee engagement index, dari 90 persen pada 2019 menjadi 93 persen pada 2020 dan memperoleh lebih dari 35 penghargaan sepanjang 2020. (CM)
Ketiga, inovasi, segmen ini menurut Agus sangat menantang. Hal itu karena, awalnya produk Sasa diasosiasikan sebagai produk yang kurang sehat, tetapi kini menjadi produk pendatang yang menyehatkan (healthter product). Misalnya, tepung Untuk Tepung Bumbu dengan fortified produk baru, mulai dari ide menggunakan SAP. Lalu, ada serta santan dengan omega 3 6. Dalam hal ini, Sasa melakukan speed up untuk pengeluaran hingga peluncurannya.
"Kami juga banyak melakukan perubahan di IT. Saat ini core system kami core modules-nya, non core modules, dan support system," tuturnya.
Hal itu, menurutnya, sehagai bentuk lain inovasi. Keempat, operation. Awalnya, pabrik Sasa hanya satu. Pada 2019, bertambah satu, lalu pada 2020 bertambah lagi satu dan pada 2021 ini rencananya juga akan menambah pabrik lagi.
"Dengan demikian kami harus mengubah supply chain yang awalnya sendiri-sendiri, kemudian akan disentralisasikan. jadi kami memadukan supply chain dari seluruh pabrik menjadi lebih simple," tuturnya.
Terakhir, menurut Agus, terkait dengan talenta ini, prioritas perusahaan adalah mengajak karyawan membudayakan rasa peduli (embrace care culture). Dia percaya dengan memiliki visi misi baru serta mengidentifikasi personal belief dan behavior yang baru kemudian membuat desain jenjang karier yang baru, transformasi pada talenta ini dapat dijalankan dengan mulus.
Agus percaya, perubahan kultur yang dibangun secara sistematis dalam dua tahun terakhir ini menjadi kunci sukses transformasi Sasa. Dia pun percaya, lima strategi yang dijalankan dan telah menjadi panduan arah transformasi berhasil meningkatkan kinerja perusahaan.
Sebagai gambaran untuk kategori MSG, Sasa memimpin pasar dengan penguasaan 90 persen, khususnya di Pulau Jawa. Untuk tepung bumbu sebagai pendatang baru, penjualan Sasa Tepung Bumbu juga terus melaju ke posisi memimpin pasar.
Ekuitas merek Sasa pun meningkat dua kali lipat dibandingkan 2018. Berdasarkan laporan Kantar, untuk kategori SF dan MSG ekuitas merek Sasa nomor satu pada 2020. Ekuitas merek produk non-MSG nya juga meningkat.
Agus optimis, berita baik ini akan terus berlanjut. Selama 2020 Sasa berhasil mengurangi production cost-highest GV ever, meningkatkan employee engagement index, dari 90 persen pada 2019 menjadi 93 persen pada 2020 dan memperoleh lebih dari 35 penghargaan sepanjang 2020. (CM)
tulis komentar anda