Korban Pelecehan Seksual Kebanyakan Alami Tonic Immobility, Apa Itu?
Rabu, 09 Juni 2021 - 10:50 WIB
JAKARTA - Banyak pengakuan korban pelecehan seksual yang tak berdaya saat tindakan tersebut dialami. Mereka tak tahu harus berbuat apa, alhasil hanya terdiam tanpa perlawanan.
Kondisi tersebut disebut dengan Tonic Immobility. Ya, kondisi di mana terjadi penghambatan motorik sementara. Ini dianggap sebagai metode pertahanan terakhir yang terjadi dalam situasi yang melibatkan ketakutan ekstrem.
"Tonic Immobility adalah strategi defensif yang tidak disengaja. 'Freeze response'," terang laporan laman Center for Clinical Psychology.
Tidak bisanya si korban bertindak bukan artinya dia tidak sadar akan perilaku pelecehan seksual yang sedang dialami. Melainkan, si korban hanya tak bisa bergerak saat menerima pelecehan seksual.
Kondisi ini berbeda dengan yang dinamakan 'disosiasi', yang mana mereka mungkin terputus dari lingkungan dan tubuh mereka, tetapi ini tidak berarti mereka berada dalam keadaan Tonic Immobility.
Lebih lanjut, dalam laporan studi berjudul 'Tonic Immobility during sexual assault - a common reaction predicting post-traumatic stress disorder and severe depression', dijelaskan di sana bahwa seseorang yang mendapat pelecehan seksual kebanyakan mengalami Tonic Immobility.
"Dari 298 perempuan yang diteliti, 70% dari mereka melaporkan mengalami Tonic Immobility dan 48% melaporkan mengalami Tonic Immobility yang sangat ekstrem saat dilecehkan," laporan studi yang diterbitkan di jurnal Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica (AOGS).
Dijelaskan di sana bahwa Tonic Immobility dikaitkan dengan perkembangan post-traumatic stress disorder (PTSD) dan depresi berat pada 6 bulan. "Selanjutnya, riwayat trauma sebelumnya dan riwayat pengobatan psikiatri dikaitkan dengan respon Toic Immobility," tambah laporan studi yang dipublikasi 2017.
Lihat Juga: Kanye West Dituduh Memperkosa Mantan Asisten dalam Pengaruh Obat Bius, P Diddy Ikut Terlibat
Kondisi tersebut disebut dengan Tonic Immobility. Ya, kondisi di mana terjadi penghambatan motorik sementara. Ini dianggap sebagai metode pertahanan terakhir yang terjadi dalam situasi yang melibatkan ketakutan ekstrem.
"Tonic Immobility adalah strategi defensif yang tidak disengaja. 'Freeze response'," terang laporan laman Center for Clinical Psychology.
Tidak bisanya si korban bertindak bukan artinya dia tidak sadar akan perilaku pelecehan seksual yang sedang dialami. Melainkan, si korban hanya tak bisa bergerak saat menerima pelecehan seksual.
Kondisi ini berbeda dengan yang dinamakan 'disosiasi', yang mana mereka mungkin terputus dari lingkungan dan tubuh mereka, tetapi ini tidak berarti mereka berada dalam keadaan Tonic Immobility.
Lebih lanjut, dalam laporan studi berjudul 'Tonic Immobility during sexual assault - a common reaction predicting post-traumatic stress disorder and severe depression', dijelaskan di sana bahwa seseorang yang mendapat pelecehan seksual kebanyakan mengalami Tonic Immobility.
"Dari 298 perempuan yang diteliti, 70% dari mereka melaporkan mengalami Tonic Immobility dan 48% melaporkan mengalami Tonic Immobility yang sangat ekstrem saat dilecehkan," laporan studi yang diterbitkan di jurnal Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica (AOGS).
Baca Juga
Dijelaskan di sana bahwa Tonic Immobility dikaitkan dengan perkembangan post-traumatic stress disorder (PTSD) dan depresi berat pada 6 bulan. "Selanjutnya, riwayat trauma sebelumnya dan riwayat pengobatan psikiatri dikaitkan dengan respon Toic Immobility," tambah laporan studi yang dipublikasi 2017.
Lihat Juga: Kanye West Dituduh Memperkosa Mantan Asisten dalam Pengaruh Obat Bius, P Diddy Ikut Terlibat
(nug)
tulis komentar anda