Varian Delta Jadi Penyebab Terbesar Kasus Baru COVID-19 di Eropa
Kamis, 24 Juni 2021 - 14:38 WIB
JAKARTA - Virus COVID-19 varian delta kini tengah menebar ancaman di berbagai negara. Virus yang sangat menular itu diyakini akan menjadi penyebab terbesar penyebaran COVID-19 di Eropa.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa mengatakan, varian delta bertanggung jawab atas 90% kasus baru di Benua Biru sehingga mereka sangat mendesak agar program vaksinasi dipercepat.
Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa Andrea Ammon mengatakan, varian alpha yang pertama kali ditemukan di Inggris adalah jenis varian dominan yang sekarang beredar di Uni Eropa, dan diperkirakan akan berubah dengan cepat.
"Sangat mungkin bahwa varian delta akan beredar luas selama musim panas, terutama di kalangan individu yang lebih muda yang tidak ditargetkan untuk vaksinasi," kata Andrea, seperti dilansir dari laman Channel News Asia.
Seperti diketahui, varian delta pertama kali diidentifikasi di India dan diyakini lebih menular daripada jenis lain. Diperkirakan varian delta (B16172), 40%-60% lebih menular daripada varian alpha (B117).
Andrea menuturkan, peringatan datang ketika Rusia mengumumkan adanya lonjakan infeksi yang diperburuk oleh rendahnya tingkat penyerapan vaksin. Inggris juga telah melihat varian delta menjadi dominan, namun telah dilindungi oleh penyelenggaraan vaksinasi yang sukses, di mana 82,5% orang dewasa telah mendapat dosis pertama dan 60% sudah dua kali mendapat suntikan vaksin.
"Sangat penting untuk maju dengan peluncuran vaksin berkecepatan sangat tinggi guna menghentikan penyebaran varian dan mengurangi dampak kesehatannya,” terang Andrea.
"Pada tahap ini menjadi penting bahwa dosis vaksinasi kedua diberikan untuk mempercepat tingkat di mana individu yang rentan menjadi terlindungi," lanjutnya.
Andrea menambahkan, data awal menunjukkan varian baru dapat menginfeksi seseorang yang baru menerima satu dosis vaksin yang tersedia saat ini. "Kabar baiknya adalah, setelah menerima dua dosis dari salah satu vaksin yang tersedia saat ini akan memberi perlindungan yang tinggi," ungkapnya.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa mengatakan, varian delta bertanggung jawab atas 90% kasus baru di Benua Biru sehingga mereka sangat mendesak agar program vaksinasi dipercepat.
Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa Andrea Ammon mengatakan, varian alpha yang pertama kali ditemukan di Inggris adalah jenis varian dominan yang sekarang beredar di Uni Eropa, dan diperkirakan akan berubah dengan cepat.
"Sangat mungkin bahwa varian delta akan beredar luas selama musim panas, terutama di kalangan individu yang lebih muda yang tidak ditargetkan untuk vaksinasi," kata Andrea, seperti dilansir dari laman Channel News Asia.
Seperti diketahui, varian delta pertama kali diidentifikasi di India dan diyakini lebih menular daripada jenis lain. Diperkirakan varian delta (B16172), 40%-60% lebih menular daripada varian alpha (B117).
Andrea menuturkan, peringatan datang ketika Rusia mengumumkan adanya lonjakan infeksi yang diperburuk oleh rendahnya tingkat penyerapan vaksin. Inggris juga telah melihat varian delta menjadi dominan, namun telah dilindungi oleh penyelenggaraan vaksinasi yang sukses, di mana 82,5% orang dewasa telah mendapat dosis pertama dan 60% sudah dua kali mendapat suntikan vaksin.
"Sangat penting untuk maju dengan peluncuran vaksin berkecepatan sangat tinggi guna menghentikan penyebaran varian dan mengurangi dampak kesehatannya,” terang Andrea.
"Pada tahap ini menjadi penting bahwa dosis vaksinasi kedua diberikan untuk mempercepat tingkat di mana individu yang rentan menjadi terlindungi," lanjutnya.
Andrea menambahkan, data awal menunjukkan varian baru dapat menginfeksi seseorang yang baru menerima satu dosis vaksin yang tersedia saat ini. "Kabar baiknya adalah, setelah menerima dua dosis dari salah satu vaksin yang tersedia saat ini akan memberi perlindungan yang tinggi," ungkapnya.
(tsa)
Lihat Juga :
tulis komentar anda