5 Film Indonesia Tembus Pasar Internasional, Nomor 1 Sulit Tayang di Dalam Negeri
Minggu, 18 Juli 2021 - 16:09 WIB
The Raid yang memiliki judul asli Serbuan Maut, adalah film aksi dan thriller garapan sutradara Gareth Evans. Meski berasal dari luar negeri, film ini melibatkan lebih dari 90% kru serta aktor dari Indonesia. The Raid juga menjadi salah satu film yang menaikkan nama Iko Uwais, Joe Taslim, dan Yayan Ruhian di kancah perfilman internasional.
Film ini bercerita tentang Rama, seorang anggota Brimob yang bertugas memimpin penyerbuan sebuah apartemen yang diduga menjadi sarang gembong narkoba. Tak disangka, para penghuni apartemen adalah preman-preman yang sangat kompeten dan berhasil menghabisi para anggota polisi satu per satu. Misi Rama pun berubah, tak lagi berusaha meringkus sang pemimpin gembong narkoba, tetapi keluar dari bangunan tersebut hidup-hidup.
Film ini berhasil rilis di Amerika Serikat, Amerika Latin, dan Spanyol setelah hak distribusinya dibeli oleh Sony Pictures. Selain di tiga kawasan tersebut, The Raid juga berhasil tayang di Jepang, Jerman, Kanada, Inggris, Australia, dan banyak negara lain.
Film ini sempat tayang di berbagai festival internasional seperti TIFF dan SXSW yang berhasil menaikkan nama Indonesia di awal 2010-an. Karena kesuksesannya, film ini melahirkan sebuah sekuel berjudul The Raid 2: Berandal.
3. Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017)
Film Marlina adalah salah satu pionir dalam genre Western yang diciptakan di Indonesia dan mendapat sebutan “satay Western”, mirip dengan sebutan “spaghetti Western” bagi film koboi buatan Italia. Disutradarai Mouly Surya, film ini dibintangi Marsha Timothy sebagai Marlina.
Membawa tema feminisme yang kental, Marlina mengisahkan seorang perempuan yang tinggal sendirian setelah ditinggal mati suaminya. Pada suatu hari, segerombol preman mendatangi rumah Marlina untuk merampok dan memperkosa Marlina. Ia pun, setelah dilecehkan selama semalaman, meracuni preman-preman tersebut dan memenggal kepala si ketua preman.
Takut didatangi preman lain, Marlina akhirnya berjalan ke kantor polisi untuk melaporkan kejadian yang ia alami. Tentu dengan berbagai halangan yang ada, dari beberapa anggota preman yang mencarinya dan alam Sumba yang masih belum dikembangkan pemerintah.
Film ini menjadi film keempat dari Indonesia yang mendapat gelar official selection di Festival Film Cannes. Selain itu, Marlina juga sempat mendatangi berbagai festival seperti TIFF, AFI Fest, dan Golden Horse Film Festival.
Setelah berhasil tayang di Indonesia, Marlina juga rilis di Jerman, Italia, Belanda, Malaysia, Yunani, Jepang, dan Amerika Serikat sekaligus membawa alam Sumba ke bioskop luar negeri.
Film ini bercerita tentang Rama, seorang anggota Brimob yang bertugas memimpin penyerbuan sebuah apartemen yang diduga menjadi sarang gembong narkoba. Tak disangka, para penghuni apartemen adalah preman-preman yang sangat kompeten dan berhasil menghabisi para anggota polisi satu per satu. Misi Rama pun berubah, tak lagi berusaha meringkus sang pemimpin gembong narkoba, tetapi keluar dari bangunan tersebut hidup-hidup.
Film ini berhasil rilis di Amerika Serikat, Amerika Latin, dan Spanyol setelah hak distribusinya dibeli oleh Sony Pictures. Selain di tiga kawasan tersebut, The Raid juga berhasil tayang di Jepang, Jerman, Kanada, Inggris, Australia, dan banyak negara lain.
Film ini sempat tayang di berbagai festival internasional seperti TIFF dan SXSW yang berhasil menaikkan nama Indonesia di awal 2010-an. Karena kesuksesannya, film ini melahirkan sebuah sekuel berjudul The Raid 2: Berandal.
3. Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017)
Film Marlina adalah salah satu pionir dalam genre Western yang diciptakan di Indonesia dan mendapat sebutan “satay Western”, mirip dengan sebutan “spaghetti Western” bagi film koboi buatan Italia. Disutradarai Mouly Surya, film ini dibintangi Marsha Timothy sebagai Marlina.
Membawa tema feminisme yang kental, Marlina mengisahkan seorang perempuan yang tinggal sendirian setelah ditinggal mati suaminya. Pada suatu hari, segerombol preman mendatangi rumah Marlina untuk merampok dan memperkosa Marlina. Ia pun, setelah dilecehkan selama semalaman, meracuni preman-preman tersebut dan memenggal kepala si ketua preman.
Takut didatangi preman lain, Marlina akhirnya berjalan ke kantor polisi untuk melaporkan kejadian yang ia alami. Tentu dengan berbagai halangan yang ada, dari beberapa anggota preman yang mencarinya dan alam Sumba yang masih belum dikembangkan pemerintah.
Film ini menjadi film keempat dari Indonesia yang mendapat gelar official selection di Festival Film Cannes. Selain itu, Marlina juga sempat mendatangi berbagai festival seperti TIFF, AFI Fest, dan Golden Horse Film Festival.
Setelah berhasil tayang di Indonesia, Marlina juga rilis di Jerman, Italia, Belanda, Malaysia, Yunani, Jepang, dan Amerika Serikat sekaligus membawa alam Sumba ke bioskop luar negeri.
tulis komentar anda