Anak Hilang Nafsu Makan karena Anosmia COVID-19, Begini Trik Mengatasinya
Jum'at, 23 Juli 2021 - 04:42 WIB
JAKARTA - Anak-anak menjadi salah satu golongan yang rentan terinfeksi COVID-19. Meski tingkat keparahan COVID-19 pada anak hanya 1%, namun risiko anak terinfeksi sangat besar. Salah satu gejala COVID-19 yang sering muncul adalah anosmia (kehilangan indera penciuman) yang menyebabkan anak menjadi sulit makan.
Sebagaimana diketahui, anak-anak yang masuk dalam rentang usia 0-18 tahun membutuhkan asupan makanan yang sehat dan bergizi guna membantu perkembangan tubuh mereka. Namun, akibat anosmia anak menjadi kehilangan nafsu makan karena pengaruh dari indera perasa dan penciumannya terganggu. Lantas, apa yang wajib dilakukan orangtua untuk mengatasi hal ini?
Menjawab hal tersebut, Spesialis Anak dr. Reza Fahlevi menjelaskan bahwa orangtua maupun pengasuh yang merawat anak dengan gejala anosmia harus memutar otak untuk memunculkan kembali nafsu makan sang anak. Selain untuk mempercepat kesembuhan, nutrisi yang berasal dari makanan ini juga sangat diperlukan oleh anak. Ia pun membagikan sejumlah tips yang bisa dilakukan, di antaranya:
1. Harus benar jumlahnya.
2. Frekuensi pemberian makan juga harus benar, terdiri dari tiga kali makan besar dan dua kali snack (makanan selingan).
3. Teksturnya harus disesuaikan dengan usia. Kalau usianya 6 bulan sampai 9 bulan, masih bubur halus. Usia 9-12 bulan bubur kasar dan di atas 12 bulan, anak sudah bisa mengonsumsi makanan keluarga.
4. Variasi dan rasa makanan harus disukai anak. Makanan yang terlalu hambar untuk anak pun tidak baik, sebab membuat anak menjadi tidak mau makan apapun.
“Hal yang paling sering membuat anak menjadi tidak mau makan adalah pengaturan jam makan yang tidak baik. Anak baru saja mendapatkan snack, namun setengah jam kemudian diberi makanan utama, sehingga anak tidak mau makan karena masih kenyang. Maka itu sebaiknya kita atur, antara susu, snack dan makan utama tidak terlalu dekat, minimal dua jam,” kata dr. Reza dalam Live Instagram Series bersama Okezone dan SINDOnews bertema COVID-19 pada Anak: Gejala dan Panduan Isoman, Kamis (22/7).
Selain itu ada kalanya anak-anak menolak makan dan memilih untuk minum susu saja. Menurut dr. Reza, fenomena ini bisa dilihat berdasarkan usia sang anak. Sebab, pada anak sehat di atas usia 1 tahun mereka membutuhkan makanan sebesar 70% dan susu 30%. Sementara pada anak di atas usia dua tahun, susu hanyalah sebagai tambahan asupan, sehingga tidak wajib untuk diberikan.
“Kalau anak tidak ada masalah makan, maka lebih baik konsumsi makanan padat. Kecuali ada masalah makan atau masalah oromotornya tidak baik baru ditambahkan susu untuk pengganti makan yang kurang. Kalau di atas 2 tahun dan sering dikasih susu, malah banyak yang mengalami obesitas,” tuntasnya.
Sebagaimana diketahui, anak-anak yang masuk dalam rentang usia 0-18 tahun membutuhkan asupan makanan yang sehat dan bergizi guna membantu perkembangan tubuh mereka. Namun, akibat anosmia anak menjadi kehilangan nafsu makan karena pengaruh dari indera perasa dan penciumannya terganggu. Lantas, apa yang wajib dilakukan orangtua untuk mengatasi hal ini?
Menjawab hal tersebut, Spesialis Anak dr. Reza Fahlevi menjelaskan bahwa orangtua maupun pengasuh yang merawat anak dengan gejala anosmia harus memutar otak untuk memunculkan kembali nafsu makan sang anak. Selain untuk mempercepat kesembuhan, nutrisi yang berasal dari makanan ini juga sangat diperlukan oleh anak. Ia pun membagikan sejumlah tips yang bisa dilakukan, di antaranya:
1. Harus benar jumlahnya.
2. Frekuensi pemberian makan juga harus benar, terdiri dari tiga kali makan besar dan dua kali snack (makanan selingan).
3. Teksturnya harus disesuaikan dengan usia. Kalau usianya 6 bulan sampai 9 bulan, masih bubur halus. Usia 9-12 bulan bubur kasar dan di atas 12 bulan, anak sudah bisa mengonsumsi makanan keluarga.
4. Variasi dan rasa makanan harus disukai anak. Makanan yang terlalu hambar untuk anak pun tidak baik, sebab membuat anak menjadi tidak mau makan apapun.
“Hal yang paling sering membuat anak menjadi tidak mau makan adalah pengaturan jam makan yang tidak baik. Anak baru saja mendapatkan snack, namun setengah jam kemudian diberi makanan utama, sehingga anak tidak mau makan karena masih kenyang. Maka itu sebaiknya kita atur, antara susu, snack dan makan utama tidak terlalu dekat, minimal dua jam,” kata dr. Reza dalam Live Instagram Series bersama Okezone dan SINDOnews bertema COVID-19 pada Anak: Gejala dan Panduan Isoman, Kamis (22/7).
Selain itu ada kalanya anak-anak menolak makan dan memilih untuk minum susu saja. Menurut dr. Reza, fenomena ini bisa dilihat berdasarkan usia sang anak. Sebab, pada anak sehat di atas usia 1 tahun mereka membutuhkan makanan sebesar 70% dan susu 30%. Sementara pada anak di atas usia dua tahun, susu hanyalah sebagai tambahan asupan, sehingga tidak wajib untuk diberikan.
“Kalau anak tidak ada masalah makan, maka lebih baik konsumsi makanan padat. Kecuali ada masalah makan atau masalah oromotornya tidak baik baru ditambahkan susu untuk pengganti makan yang kurang. Kalau di atas 2 tahun dan sering dikasih susu, malah banyak yang mengalami obesitas,” tuntasnya.
(tsa)
tulis komentar anda