Mengatasi Masalah Kulit saat Isoman, Lakukan Cara Ini!
Kamis, 29 Juli 2021 - 20:20 WIB
JAKARTA - Selama melakukan isolasi mandiri ( isoman ), para penyintas COVID-19 mengalami masalah kulit yang beragam. Hal ini bisa diatasi dengan perawatan yang tepat.
Menurut Dermatologis ZAP Clinic dr. Novi Junita, M.Biomed, Sp.KK, saat isoman, bukan hanya gejala COVID-19 yang dirasakan. Beberapa pasien dilaporkan memiliki kelainan pada kulit baik yang berhubungan langsung dengan infeksi COVID-19 maupun tidak. Ruam pada kulit adalah salah satu gejala infeksi COVID-19 yang kerap muncul bersamaan dengan sejumlah gejala lain.
Novi menuturkan, salah satu ruam yang paling sering dialami oleh penderita COVID-19 di Spanyol adalah tipe makulopapular (47% dari 375 kasus), yaitu berupa ruam kemerahan atau bentol pada kulit yang banyak ditemukan di area badan dan ekstremitas.
“Biasanya bisa disertai perdarahan pada kulit berupa ptechiae atau purpura, gatal, rasa terbakar, demam, nyeri otot, dan lemas,” jelas Novi dalam konferensi pers virtual belum lama ini.
Di sisi lain, rasa khawatir dan cemas yang tak terhindarkan oleh penderita COVID-19 mampu memicu timbulnya perasaan stres yang akan direspons tubuh dengan produksi hormon kortisol dan androgen berlebih. Perpaduan kedua hormon yang bekerja lebih aktif tersebut mampu meningkatkan aktivitas kelenjar minyak serta inflamasi pada kulit wajah, sehingga muncullah komedo dan jerawat.
Selain itu, stres juga dapat memberikan efek negatif lain pada kulit, seperti gangguan regenerasi kulit menyebabkan kulit kusam, gangguan permeabilitas kulit sehingga kulit menjadi kering, gangguan imunitas kulit yang mengakibatkan kulit mudah mengalami peradangan, serta memperlambat kesembuhan dan kambuhnya penyakit kronis kulit pada seseorang yang menjalani isoman seperti dermatitis seboroik, dermatitis atopik, psoriasis, dan neurodermatitis.
"Stres juga mampu mempercepat proses penuaan kulit," imbuh Novi.
Menurut Dermatologis ZAP Clinic dr. Novi Junita, M.Biomed, Sp.KK, saat isoman, bukan hanya gejala COVID-19 yang dirasakan. Beberapa pasien dilaporkan memiliki kelainan pada kulit baik yang berhubungan langsung dengan infeksi COVID-19 maupun tidak. Ruam pada kulit adalah salah satu gejala infeksi COVID-19 yang kerap muncul bersamaan dengan sejumlah gejala lain.
Novi menuturkan, salah satu ruam yang paling sering dialami oleh penderita COVID-19 di Spanyol adalah tipe makulopapular (47% dari 375 kasus), yaitu berupa ruam kemerahan atau bentol pada kulit yang banyak ditemukan di area badan dan ekstremitas.
“Biasanya bisa disertai perdarahan pada kulit berupa ptechiae atau purpura, gatal, rasa terbakar, demam, nyeri otot, dan lemas,” jelas Novi dalam konferensi pers virtual belum lama ini.
Di sisi lain, rasa khawatir dan cemas yang tak terhindarkan oleh penderita COVID-19 mampu memicu timbulnya perasaan stres yang akan direspons tubuh dengan produksi hormon kortisol dan androgen berlebih. Perpaduan kedua hormon yang bekerja lebih aktif tersebut mampu meningkatkan aktivitas kelenjar minyak serta inflamasi pada kulit wajah, sehingga muncullah komedo dan jerawat.
Selain itu, stres juga dapat memberikan efek negatif lain pada kulit, seperti gangguan regenerasi kulit menyebabkan kulit kusam, gangguan permeabilitas kulit sehingga kulit menjadi kering, gangguan imunitas kulit yang mengakibatkan kulit mudah mengalami peradangan, serta memperlambat kesembuhan dan kambuhnya penyakit kronis kulit pada seseorang yang menjalani isoman seperti dermatitis seboroik, dermatitis atopik, psoriasis, dan neurodermatitis.
"Stres juga mampu mempercepat proses penuaan kulit," imbuh Novi.
Lihat Juga :
tulis komentar anda