Pentingnya Deteksi Dini Kanker Payudara yang Efektif dan Tepat Waktu
Senin, 02 Agustus 2021 - 13:20 WIB
JAKARTA - Saat ini terdapat 18,1 juta pasien kanker baru di dunia dan 48,4% ada di Asia, sedangkan terdapat 9,6 juta kematian akibat kanker di dunia dan 57,3% di Asia. Kanker payudara adalah jenis kanker yang paling umum di dunia.
Dalam Southeast Asia Breast Cancer Symposium (SEABCS) 2021 yang diselenggarakan pada 31 Juli - 1 Agustus 2021, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin mengatakan Komitmen dan tanggung jawab bersama dari semua pemangku kepentingan sangat penting dalam memastikan keberhasilan pencegahan dan pengendalian kanker payudara melalui promosi kesehatan, skrining, deteksi dini, dan pengobatan standar.
Ia menyadari bahwasanya Data WHO dan Global Cancer Observatory menunjukkan bahwa pada tahun 2020, sekitar 2,3 juta perempuan didiagnosis menderita kanker payudara dan 685.000 meninggal akibat kanker payudara.
“Saya percaya dengan bekerja sama, membangun kekuatan kita dan mengalokasikan sumber daya yang cukup, kita dapat mencapai hasil yang lebih baik untuk pengendalian kanker payudara di kawasan Asia Tenggara dan secara global”, ucap Menkes.
Sementara itu perwakilan dari WHO, Dr. Benjamin Anderson berpendapat bahwa tantangan terbeser kanker payudara adalah kepenyintasan reintegrasi, mengatasi stigma, kondisi keuangan, dukungan dan layanan paliatif. “Untuk itu Agar efektif, deteksi dini kanker payudara harus ditindaklanjuti dengan efektif, tepat waktu, disertai pengobatan dan layanan pendukung,” ujar dr Benjamin.
Ia berharap agar adanya Inisiatif secara Global Breast Cancer sehing dapat menurunkan angka kematian akibat kanker payudara di dunia sebesar 2,5% per tahun, di antara tahun 2020 hingga 2040. “Ada 3 pilar untuk mencapai tujuan itu yaitu Promosi kesehatan untuk deteksi dini, Diagnosis kanker payudara tepat waktu dan tata laksana kanker payudara yang komprehensif,” terang dr Benjamin.
Ketua YKPI dan penyelenggara SEABCS 2021, Linda Agum Gumelar meyampaikan terimakasih atas partisipasi seluruh peserta, para narasumber, moderator dan semua pihak yang telah bekerjsama dan pihak-pihak yang mendukung.
“Terimakasih secara khusus kepada tim steering Committee (SC) dan tim Organaizing Committee (OC) atas koordinasi dan kerja kerasnya untuk mempersiapkan terselenggaranya SEABCS 2021 yang semua dilakukan secara virtual dan dengan perbedaan waktu antar negara,” ungkap Linda.
Baca Juga : Mengapa Makan Bersama Berisiko Tinggi Menularkan Covid-19? Ini Alasannya!
YKPI juga memandang diperlukan rangkaian program yang berkesinambungan dimulai dari kebijakan, pelaksanaan di tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan primer (Puskesmas) hingga tertier (Rumah sakit kelas A) dan profesi tenaga kesehatan agar upaya penurunan kanker payudara stadium lanjut dapat terlaksana dan memberikan hasil yang nyata.
Setelah berakhirnya SEABCS 2021 ini diharapkan adanya penurunan stadium kanker payudara dapat dipercepat dengan memperkuat deteksi dini, termasuk pemeriksaan laboratorium serta adanya penguatan kebijakan deteksi dini perlu dilakukan dalam hal sistem rujukan, layanan deteksi dini dan pembiayaan.
Lihat Juga: 3 Artis Indonesia yang Meninggal akibat Kanker Rahim, Ria Irawan Sempat Dinyatakan Sembuh
Dalam Southeast Asia Breast Cancer Symposium (SEABCS) 2021 yang diselenggarakan pada 31 Juli - 1 Agustus 2021, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin mengatakan Komitmen dan tanggung jawab bersama dari semua pemangku kepentingan sangat penting dalam memastikan keberhasilan pencegahan dan pengendalian kanker payudara melalui promosi kesehatan, skrining, deteksi dini, dan pengobatan standar.
Ia menyadari bahwasanya Data WHO dan Global Cancer Observatory menunjukkan bahwa pada tahun 2020, sekitar 2,3 juta perempuan didiagnosis menderita kanker payudara dan 685.000 meninggal akibat kanker payudara.
“Saya percaya dengan bekerja sama, membangun kekuatan kita dan mengalokasikan sumber daya yang cukup, kita dapat mencapai hasil yang lebih baik untuk pengendalian kanker payudara di kawasan Asia Tenggara dan secara global”, ucap Menkes.
Sementara itu perwakilan dari WHO, Dr. Benjamin Anderson berpendapat bahwa tantangan terbeser kanker payudara adalah kepenyintasan reintegrasi, mengatasi stigma, kondisi keuangan, dukungan dan layanan paliatif. “Untuk itu Agar efektif, deteksi dini kanker payudara harus ditindaklanjuti dengan efektif, tepat waktu, disertai pengobatan dan layanan pendukung,” ujar dr Benjamin.
Ia berharap agar adanya Inisiatif secara Global Breast Cancer sehing dapat menurunkan angka kematian akibat kanker payudara di dunia sebesar 2,5% per tahun, di antara tahun 2020 hingga 2040. “Ada 3 pilar untuk mencapai tujuan itu yaitu Promosi kesehatan untuk deteksi dini, Diagnosis kanker payudara tepat waktu dan tata laksana kanker payudara yang komprehensif,” terang dr Benjamin.
Ketua YKPI dan penyelenggara SEABCS 2021, Linda Agum Gumelar meyampaikan terimakasih atas partisipasi seluruh peserta, para narasumber, moderator dan semua pihak yang telah bekerjsama dan pihak-pihak yang mendukung.
“Terimakasih secara khusus kepada tim steering Committee (SC) dan tim Organaizing Committee (OC) atas koordinasi dan kerja kerasnya untuk mempersiapkan terselenggaranya SEABCS 2021 yang semua dilakukan secara virtual dan dengan perbedaan waktu antar negara,” ungkap Linda.
Baca Juga : Mengapa Makan Bersama Berisiko Tinggi Menularkan Covid-19? Ini Alasannya!
YKPI juga memandang diperlukan rangkaian program yang berkesinambungan dimulai dari kebijakan, pelaksanaan di tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan primer (Puskesmas) hingga tertier (Rumah sakit kelas A) dan profesi tenaga kesehatan agar upaya penurunan kanker payudara stadium lanjut dapat terlaksana dan memberikan hasil yang nyata.
Setelah berakhirnya SEABCS 2021 ini diharapkan adanya penurunan stadium kanker payudara dapat dipercepat dengan memperkuat deteksi dini, termasuk pemeriksaan laboratorium serta adanya penguatan kebijakan deteksi dini perlu dilakukan dalam hal sistem rujukan, layanan deteksi dini dan pembiayaan.
Lihat Juga: 3 Artis Indonesia yang Meninggal akibat Kanker Rahim, Ria Irawan Sempat Dinyatakan Sembuh
(wur)
tulis komentar anda