1.139 Kasus Varian Covid-19 Ditemukan di Indonesia, Termasuk Varian Delta
Senin, 02 Agustus 2021 - 23:33 WIB
JAKARTA - Sebanyak 1.139 kasus varian Covid-19 ditemukan di Indonesia. Salah satunya varian Delta .
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus memperbanyak tes whole genom sekuens untuk melacak keberadaan varian Covid-19 yang sangat meresahkan. Hingga Juli 2021, diketahui sudah 3.917 tes yang dilakukan.
"Angka tersebut kami rasa masih belum begitu banyak dibandingkan negara lain, Inggris misalnya yang sudah melakukan genom sekuens puluhan ribu kali. Tapi, kami akan terus tingkatkan testnya," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat konferensi pers virtual, Senin (2/8).
Ia melanjutkan, sejak Desember 2020, tes genom sekuens ini baru dilakukan sebanyak 140 kali. Sangat sedikit, sampai akhirnya Budi meningkatkan cakupan testing dan bisa 1.000-an tes per bulannya.
Dari 3917 tes genom sekuens yang telah dilakukan, diketahui ada 1.139 hasil menunjukkan kasus varian Covid-19, seperti Alfa (B.1.1.7), Beta (B.1.351, B.1.351.2, B.1.351.3), Delta (B.1.617.2, AY.1, AY.3).
Untuk rincian kasusnya, dari 1.139, sebanyak 61 kasus adalah varian Alfa , 17 kasus varian Beta , dan 1.061 varian Delta, termasuk di dalamnya varian Delta Plus .
"Varian Delta memang mendominasi kasus karena karakternya yang lebih cepat menular. Dibanding varian Alfa, varian Delta 2 kali lebih cepat, dan dibandingkan virus SARS-CoV2 utama, varian Delta enam kali lebih cepat menular," papar Budi.
Varian Delta juga menjadi salah satu penyebab meningkatnya kasus Covid-19 di luar Jawa-Bali. Namun, semakin banyak dilakukan tes genom sekuens, akan semakin cepat mencegah penyebaran varian Covid-19 di masyarakat.
"Kasus di Amerika Serikat misalnya, varian Delta di sana sudah 122 ribu kasus per hari. Karena itu, varian ini perlu disikapi serius," tutup Budi.
Lihat Juga: Viral Mitos Penyakit Mpox Efek dari Vaksin COVID-19, Kemenkes Tegaskan Tak Ada Hubungannya
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus memperbanyak tes whole genom sekuens untuk melacak keberadaan varian Covid-19 yang sangat meresahkan. Hingga Juli 2021, diketahui sudah 3.917 tes yang dilakukan.
"Angka tersebut kami rasa masih belum begitu banyak dibandingkan negara lain, Inggris misalnya yang sudah melakukan genom sekuens puluhan ribu kali. Tapi, kami akan terus tingkatkan testnya," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat konferensi pers virtual, Senin (2/8).
Ia melanjutkan, sejak Desember 2020, tes genom sekuens ini baru dilakukan sebanyak 140 kali. Sangat sedikit, sampai akhirnya Budi meningkatkan cakupan testing dan bisa 1.000-an tes per bulannya.
Dari 3917 tes genom sekuens yang telah dilakukan, diketahui ada 1.139 hasil menunjukkan kasus varian Covid-19, seperti Alfa (B.1.1.7), Beta (B.1.351, B.1.351.2, B.1.351.3), Delta (B.1.617.2, AY.1, AY.3).
Untuk rincian kasusnya, dari 1.139, sebanyak 61 kasus adalah varian Alfa , 17 kasus varian Beta , dan 1.061 varian Delta, termasuk di dalamnya varian Delta Plus .
"Varian Delta memang mendominasi kasus karena karakternya yang lebih cepat menular. Dibanding varian Alfa, varian Delta 2 kali lebih cepat, dan dibandingkan virus SARS-CoV2 utama, varian Delta enam kali lebih cepat menular," papar Budi.
Varian Delta juga menjadi salah satu penyebab meningkatnya kasus Covid-19 di luar Jawa-Bali. Namun, semakin banyak dilakukan tes genom sekuens, akan semakin cepat mencegah penyebaran varian Covid-19 di masyarakat.
"Kasus di Amerika Serikat misalnya, varian Delta di sana sudah 122 ribu kasus per hari. Karena itu, varian ini perlu disikapi serius," tutup Budi.
Lihat Juga: Viral Mitos Penyakit Mpox Efek dari Vaksin COVID-19, Kemenkes Tegaskan Tak Ada Hubungannya
(dra)
tulis komentar anda