Pengembangan Labuan Bajo Dipastikan Prioritaskan Keberlanjutan Lingkungan
Rabu, 04 Agustus 2021 - 15:03 WIB
JAKARTA - Labuan Bajo tetap akan disiapkan menjadi tempat pelaksanaan agenda pertemuan internasional G20 pada 2022. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno.
Menparekraf Sandi menjamin pengembangan Labuan Bajo akan mengutamakan keberlanjutan ekosistem lingkungan.
"Nanti pada akhirnya tujuannya mengarahkan kita pada Taman Nasional Komodo dikelola dengan penuh kehati-hatian agar biodeversity dan eksositem tidak terganggu. Namun, akan ada penyiapan travel pattern yang bertujuan untuk mengembangkan sisi lain dari labuan bajo sebagai destinasi super prioritas," jelas Sandi dalam pernyataan resminya, Rabu (4/8).
Sebelumnya, UNESCO meminta proyek infrastruktur di Taman Nasional Komdo dan sejumlah pulau di Labuan Bajo dihentikan karena berpotensi memberikan dampak terhadap nilai universal luar biasa atau outstanding universal value (OUV).
Pemberhentian dilakukan sampai pemerintah menyerahkan revisi amdal yang akan ditinjau oleh Uni Internasional untuk Konservasi Alam (International Union for Conservation of Nature, IUCN).
Menurut Sandi, pihaknya sedang meminta dokumen pertemuan atau minutes of meeting UNESCO. Dia ingin melihat detail permintaan UNESCO terhadap pemerintah Indonesia, termasuk soal masalah penilaian OUV.
Selanjutnya, Sandi akan berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mengevaluasi kembali masalah analisis dampak lingkungan atau amdal.
Sejalan dengan itu, lanjut Sandiaga, persiapan lokasi pelaksanaan pertemuan internasional G20 tidak terganggu oleh adanya permintaan Komite Warisan UNESCO yang meminta pemerintah menyetop proyek infrastruktur di Taman Nasional Komodo dan sekitarnya.
"Labuan Bajo sudah terpilih menjadi side event venue. Apa yang sudah diputuskan sebelumnya, diputuskan di Kemenkomarves, harus kita perhatikan dan wujudkan," pungkasnya.
Menparekraf Sandi menjamin pengembangan Labuan Bajo akan mengutamakan keberlanjutan ekosistem lingkungan.
"Nanti pada akhirnya tujuannya mengarahkan kita pada Taman Nasional Komodo dikelola dengan penuh kehati-hatian agar biodeversity dan eksositem tidak terganggu. Namun, akan ada penyiapan travel pattern yang bertujuan untuk mengembangkan sisi lain dari labuan bajo sebagai destinasi super prioritas," jelas Sandi dalam pernyataan resminya, Rabu (4/8).
Sebelumnya, UNESCO meminta proyek infrastruktur di Taman Nasional Komdo dan sejumlah pulau di Labuan Bajo dihentikan karena berpotensi memberikan dampak terhadap nilai universal luar biasa atau outstanding universal value (OUV).
Pemberhentian dilakukan sampai pemerintah menyerahkan revisi amdal yang akan ditinjau oleh Uni Internasional untuk Konservasi Alam (International Union for Conservation of Nature, IUCN).
Menurut Sandi, pihaknya sedang meminta dokumen pertemuan atau minutes of meeting UNESCO. Dia ingin melihat detail permintaan UNESCO terhadap pemerintah Indonesia, termasuk soal masalah penilaian OUV.
Selanjutnya, Sandi akan berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mengevaluasi kembali masalah analisis dampak lingkungan atau amdal.
Sejalan dengan itu, lanjut Sandiaga, persiapan lokasi pelaksanaan pertemuan internasional G20 tidak terganggu oleh adanya permintaan Komite Warisan UNESCO yang meminta pemerintah menyetop proyek infrastruktur di Taman Nasional Komodo dan sekitarnya.
"Labuan Bajo sudah terpilih menjadi side event venue. Apa yang sudah diputuskan sebelumnya, diputuskan di Kemenkomarves, harus kita perhatikan dan wujudkan," pungkasnya.
(nug)
tulis komentar anda