Pentingnya Kolaborasi Internasional dalam Ketahanan Pangan
Kamis, 12 Agustus 2021 - 19:07 WIB
JAKARTA - Ketahanan pangan merupakan kekuatan negara dan bangsa. Kepala Badan Ketahanan Pangan, Dr. Ir. Agung Hendriadi, M. Eng., memaparkan bahwa sistem pangan yang baik tidak dapat bergantung hanya pada produksi namun keseluruhan sistem pangan mulai dari petani, distribusi, kemasan, bahkan hingga sampahnya.
Deputi Pengembangan Riset dan Pengembangan BRIN, Prof. Dr. Ismunandar, PhD, melanjutkan bahwa untuk menyelesaikan masalah ini diperlukan riset dan pendidikan untuk menghasilkan ahli-ahli pada sistem pangan dan pertanian. Universitas memiliki peranan besar dalam menumbuhkan ahli-ahli melalui sistem pendidikan yang aplikatif dan terintegrasi.
Kolaborasi internasional menjadi salah satu kunci dalam pendidikan yang adaptif, terutama di masa pandemi dan revolusi industri 4.0.
Paparan tersebut disampaikan pada konferensi internasional The 6th International Conference of Food Agriculture and Natural Resources (IC-FANRES) 2021 pada 4-5 Agustus 2021 yang diselenggarakan oleh Swiss German University (SGU) bersama FANRES International Network.
Pada acara itu, SGU melalui FANRES International Network mengundang 40 rektor dan dekan dari Indonesia, Malaysia, Jepang, Korea Selatan, Australia, Jerman, Amerika Serikat, dan Sri Lanka untuk merumuskan kolaborasi internasional dalam pendidikan di bidang pangan dan pertanian.
Rektor dan dosen teknologi pangan SGU, Dr.rer.nat. Filiana Santoso memaparkan pentingnya kolaborasi internasional dalam pendidikan universitas dan mendorong kerjasama akademik di bidang pangan. "Di era pasar global seperti ini, pendidikan harus memiliki standar internasional," kata Filiana dalam keterangan persnya, Kamis (12/8).
"Kolaborasi di bidang pendidikan pangan sangat penting bukan hanya di level nasional, tapi juga dengan mitra internasional untuk menghasilkan karya inovatif yang mendorong berkembangnya produk berbasis bahan lokal, untuk pemberdayaan masyarakat dalam situasi pandemi ini," jelasnya.
Konferensi ilmiah itu pun dihadiri Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Dr. Sandiaga Salahuddin Uno, BBA, MBA; Deputi Pengembangan Riset dan Pengembangan BRIN, Prof. Dr. Ismunandar, PhD.; dan Kepala Badan Ketahanan Pangan, Dr. Ir. Agung Hendriadi, M. Eng.
Konferensi ini bertujuan untuk menjadi wadah forum diskusi mengenai pengembangan dan inovasi terkini di bidang pangan dan sumber daya alam dalam pemberdayaan pertanian lokal untuk pasar global di masa pandemi.
Turut dihadirkan 15 pembicara internasional dari Jepang, Jerman, Amerika Serikat, Thailand, Malaysia, Indonesia, dan juga Diaspora Indonesia untuk membawakan presentasi mengenai inovasi inovasi mengenai pangan dan sumber daya alam.
Deputi Pengembangan Riset dan Pengembangan BRIN, Prof. Dr. Ismunandar, PhD, melanjutkan bahwa untuk menyelesaikan masalah ini diperlukan riset dan pendidikan untuk menghasilkan ahli-ahli pada sistem pangan dan pertanian. Universitas memiliki peranan besar dalam menumbuhkan ahli-ahli melalui sistem pendidikan yang aplikatif dan terintegrasi.
Kolaborasi internasional menjadi salah satu kunci dalam pendidikan yang adaptif, terutama di masa pandemi dan revolusi industri 4.0.
Paparan tersebut disampaikan pada konferensi internasional The 6th International Conference of Food Agriculture and Natural Resources (IC-FANRES) 2021 pada 4-5 Agustus 2021 yang diselenggarakan oleh Swiss German University (SGU) bersama FANRES International Network.
Pada acara itu, SGU melalui FANRES International Network mengundang 40 rektor dan dekan dari Indonesia, Malaysia, Jepang, Korea Selatan, Australia, Jerman, Amerika Serikat, dan Sri Lanka untuk merumuskan kolaborasi internasional dalam pendidikan di bidang pangan dan pertanian.
Rektor dan dosen teknologi pangan SGU, Dr.rer.nat. Filiana Santoso memaparkan pentingnya kolaborasi internasional dalam pendidikan universitas dan mendorong kerjasama akademik di bidang pangan. "Di era pasar global seperti ini, pendidikan harus memiliki standar internasional," kata Filiana dalam keterangan persnya, Kamis (12/8).
"Kolaborasi di bidang pendidikan pangan sangat penting bukan hanya di level nasional, tapi juga dengan mitra internasional untuk menghasilkan karya inovatif yang mendorong berkembangnya produk berbasis bahan lokal, untuk pemberdayaan masyarakat dalam situasi pandemi ini," jelasnya.
Konferensi ilmiah itu pun dihadiri Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Dr. Sandiaga Salahuddin Uno, BBA, MBA; Deputi Pengembangan Riset dan Pengembangan BRIN, Prof. Dr. Ismunandar, PhD.; dan Kepala Badan Ketahanan Pangan, Dr. Ir. Agung Hendriadi, M. Eng.
Konferensi ini bertujuan untuk menjadi wadah forum diskusi mengenai pengembangan dan inovasi terkini di bidang pangan dan sumber daya alam dalam pemberdayaan pertanian lokal untuk pasar global di masa pandemi.
Turut dihadirkan 15 pembicara internasional dari Jepang, Jerman, Amerika Serikat, Thailand, Malaysia, Indonesia, dan juga Diaspora Indonesia untuk membawakan presentasi mengenai inovasi inovasi mengenai pangan dan sumber daya alam.
(nug)
tulis komentar anda