Cegah Stunting Bisa Dilakukan dengan Mudah, Begini Caranya
Sabtu, 21 Agustus 2021 - 09:58 WIB
JAKARTA - Stunting menjadi salah satu masalah kesehatan yang jadi prioritas pemerintah, mengingat target negara untuk menjamin lahirnya generasi penerus bangsa yang berkualitas.
Masalah stunting terus digaungkan pemerintah maupun ahli kesehatan , karena ketika anak lahir stunting, perkembangan otak dan tubuh si anak tidak seoptimal anak lainnya. Ini dikhawatirkan akan memengaruhi tumbuh kembng si kecil.
Untuk itu, peran calon ibu memastikan anak yang dikandungnya nanti tidak stunting cukup penting. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mengontrol makanan dan minuman yang dikonsumsi. Sebab, apa yang dimakan si calon ibu, punya andil menentukan bayinya kelak.
Menurut Dokter Spesialis Gizi Klinis, dr Nurul Ratna Mutu Manikam, Sp.GK, langkah pencegahan stunting sangat bisa dilakukan oleh para ibu, misalnya menjalankan rekomendasi Isi Piringku yang disusun Kementerian Kesehatan.
"Jadi, dalam 1 piring makan harus tersedia lengkap, mulai dari makanan pokok, lauk-pauk, dan sayur serta buah-buahan," kata dr Nurul di siaran langsung Instagram @ICanggih, belum lama ini.
Komposisi Isi Piringku Kemenkes tersebut, sambung dr Nurul, terdiri dari makanan pokok (⅓ porsi) dan sayur (⅓ porsi), serta sisanya adalah lauk-pauk dan buah-buahan (⅓ porsi). Namun untuk balita, porsi lauk perlu ditambahkan lebih banyak.
"Makanan pokok yang dimaksud bukan hanya nasi, melainkan juga bisa divariasikan dengan kentang, singkong, jagung, sagu, ubi, dan lain-lain. Sedangkan lauk-pauk bisa berupa protein hewani daging sapi atau ayam atau unggas, ikan, telur, serta protein nabati tahu, tempe, dan produk olahannya. Sementara sayur dan buah untuk si kecil bisa berupa sawi, bayam, pepaya, jeruk, dan sebagainya," papar dr Nurul.
"Menu makanan yang disiapkan harus bervariasi. Dalam satu menu harus ada makanan pokok, lauk pauk berupa protein hewani dan nabati, dan juga ada sayur. Buah juga ditambahkan sebagai makanan selingan pada jadwal pemberian MPASI (makanan pendamping ASI)," tambahnya.
Kasus stunting sendiri di Indonesia menurut data Riskesdas (2018), diketahui sebanyak 30,8 persen. Stunting ini sendiri ditandai dengan kondisi anak yang panjang badan atau tinggi badan terhadap usianya lebih dari 2 dari standar deviasi di bawah median kurva pertumbuhan anak berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Lihat Juga: Indonesia-Jepang Perkuat Transformasi Digital untuk Atasi Stunting dan Pelayanan Kesehatan Ibu-Anak
Masalah stunting terus digaungkan pemerintah maupun ahli kesehatan , karena ketika anak lahir stunting, perkembangan otak dan tubuh si anak tidak seoptimal anak lainnya. Ini dikhawatirkan akan memengaruhi tumbuh kembng si kecil.
Untuk itu, peran calon ibu memastikan anak yang dikandungnya nanti tidak stunting cukup penting. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mengontrol makanan dan minuman yang dikonsumsi. Sebab, apa yang dimakan si calon ibu, punya andil menentukan bayinya kelak.
Menurut Dokter Spesialis Gizi Klinis, dr Nurul Ratna Mutu Manikam, Sp.GK, langkah pencegahan stunting sangat bisa dilakukan oleh para ibu, misalnya menjalankan rekomendasi Isi Piringku yang disusun Kementerian Kesehatan.
"Jadi, dalam 1 piring makan harus tersedia lengkap, mulai dari makanan pokok, lauk-pauk, dan sayur serta buah-buahan," kata dr Nurul di siaran langsung Instagram @ICanggih, belum lama ini.
Komposisi Isi Piringku Kemenkes tersebut, sambung dr Nurul, terdiri dari makanan pokok (⅓ porsi) dan sayur (⅓ porsi), serta sisanya adalah lauk-pauk dan buah-buahan (⅓ porsi). Namun untuk balita, porsi lauk perlu ditambahkan lebih banyak.
"Makanan pokok yang dimaksud bukan hanya nasi, melainkan juga bisa divariasikan dengan kentang, singkong, jagung, sagu, ubi, dan lain-lain. Sedangkan lauk-pauk bisa berupa protein hewani daging sapi atau ayam atau unggas, ikan, telur, serta protein nabati tahu, tempe, dan produk olahannya. Sementara sayur dan buah untuk si kecil bisa berupa sawi, bayam, pepaya, jeruk, dan sebagainya," papar dr Nurul.
"Menu makanan yang disiapkan harus bervariasi. Dalam satu menu harus ada makanan pokok, lauk pauk berupa protein hewani dan nabati, dan juga ada sayur. Buah juga ditambahkan sebagai makanan selingan pada jadwal pemberian MPASI (makanan pendamping ASI)," tambahnya.
Kasus stunting sendiri di Indonesia menurut data Riskesdas (2018), diketahui sebanyak 30,8 persen. Stunting ini sendiri ditandai dengan kondisi anak yang panjang badan atau tinggi badan terhadap usianya lebih dari 2 dari standar deviasi di bawah median kurva pertumbuhan anak berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Lihat Juga: Indonesia-Jepang Perkuat Transformasi Digital untuk Atasi Stunting dan Pelayanan Kesehatan Ibu-Anak
(nug)
tulis komentar anda