Tantangan Humas di Tengah Era Digitalisasi dan Pandemi
Jum'at, 03 September 2021 - 11:12 WIB
JAKARTA - Webinar Nasional Indonesia Public Relations 2021 baru saja digelar. Acara yang dihelat GPR Institute dan Suara Pemerintah.ID ini didukung Dirjen IKP Kemenkominfo, IPRA Humas Indonesia, dan beberapa lembaga, organisasi kehumasan lainnya. Kali ini, diangkat tema Public Relations in the Era of Pandemic dan Disruption for Government, BUMN & BUMD.
CEO Suara Pemerintah.ID, Arief Munajad mengatakan, tema tersebut penting untuk para pelaku kehumasan, di mana saat ini kita sedang dihadapkan pada tantangan pandemi Covid-19 dan juga tantangan era disrupsi akibat meningkatnya perkembangan teknologi media digital.
"Posisi public relations memiliki peran penting sebagai jembatan komunikasi antara instansi dengan masyarakat publik. Di tangan kehumasan inilah berbagai informasi komprehensif bisa tersampaikan kepada khalayak publik," ungkap Arif secara virtual, kemarin (2/9).
Dalam kesempatan yang sama, Dirjen IKP Kemenkominfo RI, Usman Kansong menambahkan bahwa pandemi mengubah gaya hidup masyarakat, sehingga para humas juga turut mengubah cara menyebarkan informasi positif sehingga sampai ke khalayak tepat sasaran. "Mengubah pola pikir, mengubah pola kerja, akeselarasi kerja, adaptasi, dan penguasaan media digital itu perlu dimiliki humas saat ini," kata dia.
"Humas juga perlu berkolaborasi, bangun jaringan ke berbagai pihak, lembaga pemerintah, swasta, orgaisasi. Sehingga praktisi humas terbuka ruang komunikasi. Menangkal hoaks dan diskomunikasi di lingkup secara luas," lanjut dia.
Pembicara lain, Ketua Badan Kordinasi Humas, Prof. Dr. Widodo Muktiyo mengatakan bahwa peran humas adalah sebagai sebuah seni. Bagaimana praktisi humas memainkan peran menyampaikan berita positif dari suatu lembaga baik pemerintah, swasta ke masyarakat. "Ilmu humas itu bagian dari seni. Otak kanan dan otak kiri harus seirama dan seimbang. Sehingga para pelaku humas berhasil dan sukses dalam menyampaikan informasi kehumasannya," beber Widodo.
Ketua IPRA Humas Cabang Daerah Provinsi Jawa Timur, I Gede Alfian Septamiarsa memaparkan bahwa di era digital yang serba cepat ini, kecanggihan teknologi terus berkembang dan berubah setiap hitungan detik. "Humas harus siap dengan perubahan. Konvergensi media dari konvensional ke digital, update berita, informasi terkini sehingga tidak gagap teknologi dan informasi," ungkapnya.
Selain melek informasi, sambung I Gede Alfian, peran humas juga menangkal hoax dan komentar negatif. Cek fakta media dan sosmed mempengaruhi kualitas kehidupan secara keseluruhan. "Semua kehidupan beralih ke internet, terhubung dan berbagi satu sama lain, sepanjang hari, setiap hari, humas harus cerdas memilah informasi," kata dia.
CEO Suara Pemerintah.ID, Arief Munajad mengatakan, tema tersebut penting untuk para pelaku kehumasan, di mana saat ini kita sedang dihadapkan pada tantangan pandemi Covid-19 dan juga tantangan era disrupsi akibat meningkatnya perkembangan teknologi media digital.
"Posisi public relations memiliki peran penting sebagai jembatan komunikasi antara instansi dengan masyarakat publik. Di tangan kehumasan inilah berbagai informasi komprehensif bisa tersampaikan kepada khalayak publik," ungkap Arif secara virtual, kemarin (2/9).
Dalam kesempatan yang sama, Dirjen IKP Kemenkominfo RI, Usman Kansong menambahkan bahwa pandemi mengubah gaya hidup masyarakat, sehingga para humas juga turut mengubah cara menyebarkan informasi positif sehingga sampai ke khalayak tepat sasaran. "Mengubah pola pikir, mengubah pola kerja, akeselarasi kerja, adaptasi, dan penguasaan media digital itu perlu dimiliki humas saat ini," kata dia.
"Humas juga perlu berkolaborasi, bangun jaringan ke berbagai pihak, lembaga pemerintah, swasta, orgaisasi. Sehingga praktisi humas terbuka ruang komunikasi. Menangkal hoaks dan diskomunikasi di lingkup secara luas," lanjut dia.
Pembicara lain, Ketua Badan Kordinasi Humas, Prof. Dr. Widodo Muktiyo mengatakan bahwa peran humas adalah sebagai sebuah seni. Bagaimana praktisi humas memainkan peran menyampaikan berita positif dari suatu lembaga baik pemerintah, swasta ke masyarakat. "Ilmu humas itu bagian dari seni. Otak kanan dan otak kiri harus seirama dan seimbang. Sehingga para pelaku humas berhasil dan sukses dalam menyampaikan informasi kehumasannya," beber Widodo.
Ketua IPRA Humas Cabang Daerah Provinsi Jawa Timur, I Gede Alfian Septamiarsa memaparkan bahwa di era digital yang serba cepat ini, kecanggihan teknologi terus berkembang dan berubah setiap hitungan detik. "Humas harus siap dengan perubahan. Konvergensi media dari konvensional ke digital, update berita, informasi terkini sehingga tidak gagap teknologi dan informasi," ungkapnya.
Selain melek informasi, sambung I Gede Alfian, peran humas juga menangkal hoax dan komentar negatif. Cek fakta media dan sosmed mempengaruhi kualitas kehidupan secara keseluruhan. "Semua kehidupan beralih ke internet, terhubung dan berbagi satu sama lain, sepanjang hari, setiap hari, humas harus cerdas memilah informasi," kata dia.
(nug)
Lihat Juga :
tulis komentar anda